Deskripsi Majalah Online
Judul | Perpustakaan : Kebanggaan Bersama Milik Masyarakat (Tinjauan Dari Segi Tantangan dan Peran di Era Informasi) |
Majalah | Visi Pustaka |
Edisi | Vol. 05 No. 2 - Desember 2003 |
Abstrak | Perkembangan teknologi yang semakin cepat berubah segala bentuk tatanan kehidupan masyarakat. Penemuan-penemuan baru yang lahir dari perkembangan teknologi menjadikan sebuah bom pertumbuhan yang semakin cepat. Arus informasi sebagai hasil dari teknologi tidak terbendung lagi arus dan dampaknya. Tanpa batas jarak, ruang dan waktu, pengaruh informasi sangat membahayakan masyarakat apabila tidak diantisipasi dan diseleksi. Perpustakaan sebagai pusat dokumentasi dan informasi, sangat terkait dengan tugas mengelola sumber-sumber informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perpustakaan diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi masyarakatnya untuk mengeksploitasi informasi serta mampu mengubah sebuah bangsa melalui perannya dalam menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan. |
Keyword | Perpustakaan, Masyarakat, Informasi, Teknologi Informasi |
Pengarang | Chakim Mustofa |
Subjek | Perpustakaan |
Sumber | |
Artikel Lengkap | PENDAHULUAN           Dalam era informasi saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas sumber daya manusia sangat menentukan. Terbukti bahwa dengan sumber daya alam saja tidak cukup untuk menuju tatanan kehidupan masyarakat yang bahagia, adil dan sejahtera. Yang paling menentukan adalah terciptanya manusia yang mempunyai kualitas tinggi dalam kapasitas sebagai tenaga yang handal dan bermutu.          Berbagai permasalahan negara Indonesia dewasa ini baik menyangkut aspek politik, sosial budaya, ekonomi dan lain-lain telah mengakibatkan hancurnya segi-segi kemapanan dalam kehidupan masyarakat. Sebuah kehidupan yang nyaman sudah jarang ditemukan seiring dengan berubahnya masa yang ruwet ini. Secara tidak langsung keadaan seperti ini sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat.         Satu persatu fondasi yang dahulu terbangun kuat, saat ini mulai runtuh dengan adanya bencana sosial yang sedang melanda Indonesia. Hal ini menjadi dilema psikologis yang mengguncang peradaban masyarakat dalam mendambakan keadaan nyaman dan aman dalam kehidupan sehari-hari. Namun hal tersebut seharusnya menjadi alat untuk mengukur sampai sejauh mana Bangsa Indonesia telah berpikir maju serta dewasa. Karena secara umum, saat ini masyarakat terjerumus menjadi "pengamat" kondisi politik, sosial, ekonomi dan lain-lain yang seharusnya tidak perlu mereka pikirkan. Mereka seharusnya lebih memikirkan bagaimana dapat hidup mapan dan sejahtera tanpa terpengaruh keadaan negara saat ini.          Bertolak dari sini, kiranya pembangunan diri (mental) mutlak diperlukan kecerdasan emosional masyarakat harus ditata sedemikian rupa sehingga masyarakat dapat menemukan jati dirinya tentunya sebagai masyarakat yang cerdas dan bermartabat dalam segi pengetahuan. Namun perlu diingat bahwa untuk menjadi masyarakat yang demikian tidaklah mudah. Pengorbanan dan kerja keras haruslah dilakukan untuk mewujudkan. Salah satunya adalah bahwa masyarakat harus mempunyai wawasan luas, pandai menyikapi keadaan serta dewasa dalam bersikap baik sebagai makhluk individual ataupun sosial yang semuanya itu dapat dilakukan dengan suatu kegiatan yang bernama membaca. Baik itu membaca dalam arti yang sesungguhnya (membaca buku) ataupun membaca keadaan yang sedang terjadi di lingkungannya. Membaca sebagai aktifitas intelektual inilah yang kemudian dapat menjadi acuan masyarakat untuk lebih maju. Gangguan Informasi 1. Tatanan masyarakat akan rusak. Hal ini dapat dilihat dari mengalirnya budaya tradisi barat yang telah diadopsi oleh sebagian masyarakat, yang sebenarnya tradisi tersebut tidak cocok untuk diterapkan ke dalam tradisi masyarakat kita. 2. Hilangnya minat dan kebutuhan membaca, tanpa disadari akibat dari mudahnya mendapatkan informasi. Saat ini minat baca akan tenggelam dan kurang, sementara acara-acara TV yang menarik adalah musuh nomor satu untuk menjadi alasan meninggalkan aktivitas membaca. 3. Memperbudak manusia. Dengan adanya teknologi tidak dapat dipungkiri bahwa penemuan-penemuan baru seperti televisi, radio, komputer yang tadinya diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia, kini alat-alat tersebut sudah bergeser fungsinya. Berbagai informasi yang dihasilkan darinya telah membuat manusia malas dalam melaksanakan aktifitasnya. Dahulu, sebelum ditemukannya sebuah teknologi, dalam mencari informasi diperlukan perjuangan. Antarkota, antar pulau, antar negara menjadi hambatan dalam memperoleh informasi. Tetapi sekarang dengan sistem online masyarakat dalam keadaan dan kondisi apapun akan mendapatkan informasi secara cepat dan tepat. Dalam duduk, mengendarai, berjalan, informasi akan sampai kepada kita. Masyarakat beranggapan mengapa harus mencari informasi kalau dia (informasi) akan datang sendiri (menjemput kita) dan hadir setiap saat. Yang pada akhirnya masyarakatlah yang akan menjadi korban dari pengaruh informasi tersebut. Optimalisasi Peran Perpustakaan          Saat sangat sulit mendatangkan orang ke perpustakaan. Mengapa? Karena sebagian besar masyarakat masih menganggap perpustakaan adalah tempat yang menjenuhkan dan membosankan, ditambah lagi faktor internal masyarakat Indonesia sendiri yang memang mempunyai minat membaca rendah. Dua faktor inilah yang menjadikan mengapa perpustakaan kurang mendapat perhatian dari masyarakatnya.        Alternatif penyelesaian dari masalah tersebut adalah pihak perpustakaan sendiri yang aktif ¿menjemput¿ masyarakat dengan gagasan-gagasan dan tindakan yang kreatif dan inovatif. Jangan lantas membiarkan keadaan berlarut-larut demikian dengan mengkambinghitamkan masyarakat yang tidak mau datang ke perpustakaan. Sedapat mungkin perpustakaan dituntut untuk melakukan terobosan-terobosan baru dalam kegiatannya. Bagaimana menyusun strategi promosi yang jitu, memanejemen sumber daya manusianya dan menerapkan program-program, yang dapat menarik masyarakat untuk datang dan menikmati perpustakaan sebagai rumah kedua yang nyaman dan memuaskan.          Perlu diingat bahwa minat untuk membaca muncul ketika pembaca lebih mengenal subjek yang dibutuhkan dan dapat memberikan manfaat serta kepuasan dalam membacanya. Oleh karenanya perpustakaan harus tanggap akan hal tersebut dengan menyediakan bahan bacaan yang lengkap dan siap saji apabila dibutuhkan. Tentunya hal itu sebatas dalam kapasitas perpustakaan saat ini yang masih terbatas pada ruang dan bahan koleksi. Namun apabila nanti telah terbangun dan menjamur library without wall, maka yang menjadi simpul utama adalah kecepatan dan up to date nya sebuah informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.         Di sisi lain saat ini sudah sepatutnya perpustakaan dapat mengadopsi pelayanan dalam dunia perbankan. Bagaima bank merancang strategi dalam mendatangkan pelanggan atau nasabah. Apakah melalui iklan di media audiovisual, pelayanan kemudahan akses, pemberian hadiah, undian dan usaha-usaha lain sifatnya mengajak pelanggan atau nasabah untuk memanfaatkan jasa perbankan. Bisakah perpustakaan melakukan hal tersebut?          Kalau pengelola perpustakaan mempunyai niat dan itikad yang sungguh-sungguh untuk memajukan perpustakaan maka jawabannya adalah bisa. Usaha itu dapat dialihbentukkan seperti pemberian hadiah (buku) bagi peminjam potensial, kemudahan, ketepatan dan kecepatan akses mendapatkan literatur, penjualan buku-buku murah, penyelenggaraan library award dalam berbagai kategori ataupun pengembangan usaha-usaha lainnya yang sekiranya dapat menarik minat masyarakat untuk datang dan memanfaatkan jasa perpustakaan.       Setidaknya penulis mempunyai beberapa kriteria yang sekiranya dapat dijadikan pedoman bagi perpustakaan dalam mengoptimalkan fungsi di era informasi. Pertama, komitmen dari pihak perpustakaan untuk melengkapi dan memperkaya dirinya dengan berbagai jenis koleksi serta fasilitas yang lengkap bagi pemakainya. Kedua, pemeliharaan administrasi dan manajemen perpustakaan yang diharapkan masyarakat dapat saling mengakses apa yang dilayankan oleh perpustakaan. Sehingga timbul rasa keterlibatan yang saling menguntungkan antara masyarakat dan perpustakaan. Ketiga, menciptakan tenaga perpustakaan yang profesional, berdedikasi tinggi dan memiliki visi bagi pembangunan perpustakaan di masa yang akan datang. Keempat adalah dana. Diperlukan sebuah ¿gerakan orang tua asuh¿ bagi perpustakaan dalam bidang pendanaan untuk menyuplai secara kontinyu kehidupan sebuah perpustakaan. Walaupun biasanya perpustakaan di bawah sebuah instansi, namun apa salahnya jika usaha ini dilakukan untuk belajar mandiri dengan tanpa mengharapkan dari instansi yang menaunginya. Kelima, diperlukan perencanaan teknis yang cermat, runtut dan teratur. Sebisa mungkin perpustakaan menciptakan kesan pertama begitu mengoda selanjutnya terserah anda (kutipan sebuah iklan produk). Apakah itu dalam pembenahan desain interiornya, koleksinya atau pun pelayanan yang diberikan. Sehingga para pemakai nantinya betah dalam memanfaatkan jasa yang diberikan pihak perpustakaan. Dari berbagai usaha ini sebuah perpustakaan di masa yang akan datang diharapkan mampu menjadikan dirinya untuk lebih dapat merespon keadaan yang terjadi di masyarakat. Dalam kata lain bahwa perpustakaan harus mampu menyikapi keadaan bentuk pemberian fasilitas murah (baca: gratis) namun memuaskan kebutuhan bagi masyarakatnya. Harapan Masa Depan          Berbagai tantangan dan tugas perpustakaan terhadap derasnya arus informasi menjadi isu hangat yang harus direspon dengan serius. Eksistensi perpustakaan yang oleh masyarakat dianggap mandeg sudah saatnya dirubah dan menyesuaikan perkembangan jaman sesuai dengan kebutuhan pemakainya.          Harapan yang akan datang perpustakaan dapat mewujudkan embrio masyarakat berpengetahuan, yang menururt Dimitri Mahayana (1999 : 36-37) mempunyai 3 ciri : 1. Demokratis Untuk itu perpustakaan harus menyikapi dengan pemenuhan segala informasi yang dibutuhkan masyarakat tanpa harus membedakan siapa dan latar belakangnya. Perpustakaan harus dapat menjadi "hakim" yang dapat memutuskan apa dan bagaimana informasi itu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 2. Lahirnya pekerja pengetahuan 3. Adanya jaringan global PENUTUP         Informasi yang beraneka ragam sangat membahayakan karena apabila tidak diseleksi maka menimbulkan gangguan yang setiap saat akan membahayakan bahkan mencelakai masyarakat yang mengkonsumsinya. Sebagai institusi yang berfungsi sebagai pengelola informasi, perpustakaan mempunyai tanggung jawab dalam masalah ini. Perpustakaan harus siap memposisikan dirinya sebagai "badan sensor" yang dapat penyeleksi berbagai informasi untuk dijadikan sumber penelitian dan pendidikan. Perpustakaan akan merubah suatu bangsa melalui perannya dalam menghasilkan masyarakat yang berpengetahuan. |