Pengawasan bibliografi di Indonesia
   Pengawasan bibliografi secara nasional di Indonesia tidak  terlepas dari upaya Indonesia untuk turut  serta mewujudkan  Universal  Bibliographic Control  (UBC).  UBC adalah sebuah konsep pengawasan bibliografi secara internasional yang lahir pada konferensi yang diadakan pada tahun 1977 oleh IFLA (International Federation of Library Associations). UBC merupakan gagasan dari IFLA yang didukung sepenuhnya oleh  UNESCO (United Nations for Educations, Scientific and Cultural Organisation) yaitu salah satu organisasi bawahan Perserikatan Bangsa Bangsa yang membidangi masalah pendidikan, keilmuan dan budaya.
   Tujuan dari UBC adalah terwujudnya pertukaran data bibliografi nasional antar negara yang dihimpun oleh agen bibliografi nasional di negara tersebut, dengan maksud agar tidak terjadi duplikasi pencatatan bibliografis.
Agen bibliografi nasional di sini adalah badan yang ditunjuk secara resmi sebagai pusat deposit untuk terbitan yang dikeluarkan oleh negara yang bersangkutan, biasanya adalah Perpustakaan Nasional dari negara yang bersangkutan.   Â
   Pusat deposit ini bertugas mencatat setiap terbitan yang dikeluarkan di negaranya sesuai dengan standar deskripsi bibliografi internasional yang disepakati, kemudian menerbitkannya dalam bentuk bibliografi nasional yang terbit secara teratur. Dalam rangka terwujudnya pengawasan  bibliografi nasional, perlu adanya Undang-Undang Deposit (selanjutnya disebut UU Deposit), yaitu Undang-Undang yang mewajibkan setiap penerbit untuk menyerahkan satu atau lebih karya terbitannya kepada badan/lembaga yang secara resmi ditunjuk sebagai pusat deposit.        Â
Dari uraian di atas, unsur utama  dari pengawasan bibliografi nasional adalah adanya UU Deposit dan pusat deposit.   Â
Sejarah pengawasan bibliografi di Indonesia telah dilaksanaan sejak jaman penjajahan Belanda yaitu sejak didirikannya Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen pada tahun 1778. Agar pengawasan bibliografi efektif maka  diperlukan dua komponen pendukung yang harus ada yaitu Pusat Deposit dan UU Deposit.Â
   Untuk  mengetahui  lebih  jauh  mengenai  sejarah perkembangan  UU Deposit dan Pusat Deposit sejak  jaman penjajahan Belanda sampai dengan sekarang, akan diuraikan dalam tabel berikut ini:  Â
berikut ini:  Â
No. |
 Periode |
 Pusat Deposit |
      U.U. Deposit |
1. |
1856-1942 |
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen
(Setelah merdeka berubah  menjadi Perp. Museum                       Pusat)       |
Staatblad  No. 7981 th 1913 |
2. |
1952-1975 |
Kantor Bibliografi Nasional,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 |
 ------ T./A. -------
|
3. |
1975-1980 |
Pusat Pembinaan Perpustakaan. Bidang Deposit. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 |
------ T./A. -------
|
4. |
1980-Sekarang. |
Perpustakaan Nasional RI Bidang Deposit |
UU No.4 Th.1990
tentang Wajib Serah Simpan                       Karya Cetak & Karya Rekam |
Sumber :
- AS. Nasution, "Masalah Pengawasan Bibliografi dan Penyimpanannya" dalam Lokakarya Penerbitan Pemerintah 8-12 Maret 1976
- Perpustakaan Nasional. Keputusan Presiden RI No.11 Tahun 1989, Undang-Undang No.4 Tahun 1990,
- Peraturan Pemerintah RI No. 70 tahun 1991.Jakarta :1994.
- Sayangbati-Dengah, W.W. "Bibliografi Nasional Indonesia" dalam Pustakawan dan Informasi: peringatan Tri Dasa Warsa Pendidikan Perpustakaan di Indonesia 1952
- 1982. Jakarta : PB IPI, 1982. (Data sumber diolah kembali oleh penulis)
Dari bagan di atas terlihat bahwa baru sejak tahun 1990 Perpustakaan Nasional dibantu dengan UU Deposit, sedangkan sejak Indonesia Merdeka belum ada UU Deposit yang berlaku.
UU Deposit atau di Indonesia dikenal dengan nama Undang-Undang No. 4 Tahun 1990 tentang Wajib Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam pada tanggal 9 Agustus 1990, serta setahun kemudian Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan UU Nomor 4 tentang Serah-simpan Karya Cetak dan Karya Rekam juga disahkan untuk mendukung pelaksanaan dari UU Deposit tersebut.
Jenis - jenis karya cetak yang harus diserahkan ke PNRI seperti yang telah di amanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, pada pasal 5, adalah seperti yang tercantum dibawah ini :
                            Pasal 5
(1) Jenis karya cetak yang wajib diserahkan  kepada Perpustakaan Nasional dan/atau Perpustakaan Daerah terdiri dari :
a. buku fiksi;
b. buku non fiksi;
c. buku rujukan;
d. karya artistik;
e. karya ilmiah yang dipublikasikan;
f. majalah;
g. surat kabar;
h. peta;
i. brosur;
j. karya cetak lain yang ditetapkan oleh Kepala Perpustakaan Nasional
(2) Selain jenis karya cetak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), yang termasuk wajib diserahkan adalah edisi cetakan kedua, ketiga dan seterusnya, yang  mengalami perubahan isi dan/atau bentuk.Â
Malcles berpendapat bahwa bibliografi nasional merupakan sumber  resmi untuk statistik produksi buku dan  sumber informasi untuk penelitian bagi setiap orang yang ingin mengi- kuti arus terbitan, baik untuk tujuan perdagangan maupun tujuan ilmiah.
Tairas dalam makalahnya yang berjudul Bibliographic Control di Indonesia juga membahas betapa tertinggalnya Indonesia di bidang sumber informasi.
Jika pada tahun lima puluhan kita masih dapat berbangga karena Perpustakaan Museum (sekarang menjadi satu dengan Perpustakaan Nasional RI) adalah yang terbesar di Asia Tenggara dengan koleksinya pada waktu itu sudah mendekati setengah juta jilid. Pada tahun 1983 koleksi Perpustakaan Nasional menurut Direktori Perpustakaan Indonesia 1983 baru mencapai 600.000 jilid. Pada tahun yang sama National Library of Singapore telah memiliki lebih dari satu setengah juta jilid.
Dari  kutipan  di atas, terlihat  bahwa  perkembangan pertambahan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sangat lambat. Sementara itu di bagian lain dari makalahnya ia juga mengungkapkan betapa ironisnya bahwa pelaksanaan Pengawasan Bibliografi di Indonesia yang lengkap  justru dilakukan oleh Negara Asing.:
Sekarang bagaimana halnya dengan masalah terbitan-terbitan Indonesia dan tentang Indonesia. Orang pernah mengatakan, kalau mau melakukan studi tentang Indonesia dalam bidang apa saja, sebaiknya pergi ke Amerika Serikat dan Belanda. Suatu ironi dan kontradiktif, namun memang  demikian kenyataanya.  Koleksi  bahan  pustaka  Indonesia   di perpustakaan - perpustakaan kita tidak ada yang lengkap. Biaya yang tersedia pada umumnya sangat minim. Sementara itu Amerika dan Belanda, dan kemudian juga Australia, RRC, Malaysia dan Singapura mau mengeluarkan puluhan atau mungkin ratusan juta rupiah setiap tahun untuk melengkapi koleksi  Indonesia  di perpustakaan - perpustakaan mereka.
Meskipun negara-negara asing banyak yang melakukan pengawasan bibliografi terbitan Indonesia, namun hal ini tak perlu terlalu dikhawatirkan karena walau bagaimana, masih ada badan atau lembaga dalam negeri  yang  melakukan pengawasan  bibliografi  terbitan Indonesia.
Badan atau lembaga dalam negeri yang melaksanakan  pengawasan bibliografi di Indonesia adalah :
1. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (sejak 1980), sedangkan sebelumnya adalah Kantor Bibliografi Nasional (sejak 1953).Pengawasan bibliografi yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional      terutama  adalah monograf, yaitu  dengan  menerbitkan Bibliografi Nasional Indonesia yang  terbit tiga bulan sekali.
2. PT. Gunung Agung, melalui seksi bibliografinya telah menyelesaikan suatu bibliografi retrospektif (1945-1954) namun tidak diterbitkan. Kemudian pada tahun 1966 kegiatan pencatatan bibliografi diserahkan pada Yayasan Idayu yang kemudian menerbitkan Berita BIbliografi setiap  bulan      (sejak 1955). Pencatatan yang dilakukan Yayasan Idayu menekankan bentuk monograf.
3. PDIN-LIPI ( Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang sekarang sudah berganti nama menjadi PDII-LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - LIPI) juga berjasa ikut melaksanakan pengawasan bibliografi terutama untuk pengawasan:
- Indeks Artikel Majalah Ilmiah, dengan menerbitkan Indeks Majalah Ilmiah (Index of Indonesian Learned Periodicals) pada tahun 1960, awalnya terbit setiap tahun tapi sejak tahun 1975 terbit dua tahun sekali.
- Laporan  Penelitian, dengan  menerbitkan  indeks retrospektif yang terdiri dari dua jilid, yaitu:
- Indeks Laporan Penelitian dan Survei Jilid I. 1950 ¿ 1977
Berisi terbitan dari badan internasional  mengenai Indonesia, Lembaga non-departemen dan perguruan tinggi.
- Jilid I. 1950 ¿ 1977. erupakan daftar terbitan laporan penelitian dan survei yang dihasilkan oleh departemen - departemen dan badan- badan yang berada di bawah lingkungan departemen. Sejak 1978, Majalah Indeks ini terbit setahun sekali.
- Disertasi. dengan menerbitkan Katalog Induk Disertasi Indonesia (KIDI).
Terbitan pertama entri yang berhasil dikumpulkan 1.449 buah. Suplemen - suplemen KIDI dari waktu ke waktu akan terus diterbitkan untuk melaporkan perkembangan baru.Â
Kini pembahasan akan beralih ke sejarah dan perkembangan Bibliografi Nasional Indonesia, sebagai salah satu sarana untuk menelusur terbitan koleksi Perpustakaan Nasional.
Sejarah perkembangan Bibliografi Nasional Indonesia
1. Masa awal 1953 - 1967
Bibliografi Nasional Indonesia ( selanjutnya disebut BNI ) sebagai instrumen pengawasan  bibliografi  terbitan Indonesia berperan sangat penting. BNI terbit pertama kali  pada tahun 1953 dengan judul Berita Bulanan dan diterbitkan oleh  Kantor Bibliografi Nasional.
Untuk menelusuri sejarah BNI, tentu tidak lepas dari sejarah badan yang menerbitkannya. Diawali dengan  suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh UNESCO Research Library and Bibliographical Development di Jakarta yang kemudian menyarankan  kepada  menteri Pendidikan,  Pengajaran  dan Kebudayaan ( PP& K) agar dibentuk Kantor Bibliografi  Nasional.Â
Pada tanggal 1 Januari 1953 Kantor Bibliografi Nasional (selanjutnya disingkat KBN) didirikan berdasarkan Surat Keputusan Menteri PP dan K no. 46860/Kab tanggal 19 desember 1952 berkedudukan di Bandung. Kemudian pada tahun 1954 KBN  dimasukkan dalam Biro Perpustakaan demi efisiensi kerja dan pengelompokan kembali badan-badan yang bekerja dalam bidang yang sama di bawah lingkungan Departemen Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, dan setelah re-organisasi KBN pindah dari Bandung ke Jakarta. Sejak tahun 1963, Berita Bulanan terbit dengan judul Bibliografi Nasional Indonesia.
Manfaat dari diterbitkannya  Bibliografi Nasional Indonesia, terinci di dalam halaman pendahuluan dari setiap terbitan Bibliografi Nasional Indonesia, sebagai berikut :
1. Mendaftarkan secara lengkap dan sistematis semua bahan pustaka yang diterbitkan di Indonesia;
2. Membantu perpustakan-perpustakaan dalam menyeleksi bahan pustaka;
3. Membantu perpustakan-perpustakaan dalam bidang pengolahan bahan pustaka, katalogisasi dan klasifikasi, menjamin keseragaman.
4. Memberikan informasi bibliografi guna studi dan riset.
5. Memberikan data statistik tentang dunia penerbitan di Indonesia.
6. Sebagai alat referens yang penting dalam pelayanan.
7. Sebagai sarana tukar menukar informasi bibliografi dengan luar negeri
Pada tahun 1967 KBN turun statusnya dan menjadi subbagian dari Pembinaan dan Pengawasan Perpustakaan Sekolah dan Umum, Biro Perpustakaan dan Pembinaan Buku.Dengan terbentuknya Lembaga Perpustakaan pada tanggal 6 Desember 1967 dengan S.K. No. 059/1967 maka status KBN lebih sesuai dengan fungsinya.
Dari uraian di atas bisa disimpulkan bahwa sepanjang tahun 1953 - 1967, BNI telah berganti penerbit sebanyak dua kali, yaitu :
1. 1953 - 1963 BNI diterbitkan oleh Kantor Bibliografi Nasional, dengan judul Berita Bulanan.
2. 1963 - 1967 BNI diterbitkan oleh Biro Perpustakaan dengan judul Bibliografi Nasional Indonesia.
2. Masa 1967 - 1980
Lembaga Perpustakaan mengalami perubahan dalam struktur organisasinya pada tahun 1968. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PP & K No. 066/1968, KBN merupakan bagian dari lembaga ini. Menurut Surat Keputusan Menteri P & K no. 079/0/th. 1975 yang mengatur tentang susunan  organisasi dan tata kerja Departemen Pendidikan  dan Kebudayaan pada bab IX, Lembaga Perpustakaan   berubah  nama  menjadi   Pusat   Pembinaan Perpustakaan.  Demikian halnya dengan bagian  Bibliografi Nasional berubah menjadi bidang Bibliografi dan Deposit.Â
Jadi sepanjang tahun 1968 - 1980 BNI telah berganti penerbit sebanyak dua kali, yaitu :
1. 1968 - 1975 BNI diterbitkan oleh Lembaga Perpustakaan
2. 1975 - 1980 BNI diterbitkan oleh Pusat Pembinaan Perpustakaan
3. Masa 1980 - Sekarang
Dengan  berdasarkan  Surat Keputusan  Menteri  No 0164/0/1980 tanggal 17 Mei 1980, Perpustakaan Nasional RI didirikan, bidang bibliografi dan deposit Pusat Pembinanaan Perpustakaan di integrasikan ke dalam wadah Perpustakaaan Nasional RI. Sejak saat itu Bibliografi Nasional Indonesia sampai sekarang diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI.Â
Dengan didirikannya Perpustakaan Nasional, Bibliografi Nasional memiliki wadahnya yang tepat dan tetap, sesuai dengan tugas, fungsi serta peranannya.
Perpustakaan  Nasional dengan Bibliografi  Nasional Indonesianya, bukanlah satu - satunya badan yang melaksanakan pengawasan bibliografi di Indonesia. Namun ada juga sebuah yayasan swasta nasional yang bergerak di bidang pencatatan data bibliografi, yaitu Yayasan Idayu yang turut berperan serta dalam melaksanakan fungsi pengawasan bibliografi di Indonesia.
Sejarah perkembangan Berita Bibliografi
Untuk mempermudah penyusunan, penulis membagi sejarah perkembangan  Berita  Bibliografi dalam tiga periode.
1. Periode awal 1955 - 1966
2. Periode 1966 - 1976
3. Periode 1976 - sekarang
1. Periode Awal 1955 - 1966
Berita Bibliografi (Selanjutnya disingkat BB) diterbitkan pertama kali dengan judul Buku Kita oleh seksi bibliografi PT. Gunung Agung pada tahun 1955. Pada awalnya kegiatan ini dimulai karena PT.Gunung Agung sebagai toko buku banyak menerima contoh terbitan dari berbagai penerbit di Indonesia. Semua  buku  contoh ini dikumpulkan dan  diatur  secara profesional dan ditangani oleh suatu seksi atau  bagian tersendiri yaitu seksi Bibliografi. Kegiatan ini dilakukan karena disadari oleh pimpinan perusahaan pada waktu itu bahwa pencatatan yang lengkap tentang hasil karya cetak di Indonesia
sangat membantu kelancaran perdagangan buku. Majalah bulanan Buku Kita diterbitkan pada tahun 1955 oleh PT. Gunung Agung sebagai jembatan komunikasi antara penerbit, pedagang dan konsumen buku. Majalah ini memuat artikel-artikel mengenai dunia perbukuan dan salah satu rubriknya adalah "Berita Bibliografi"  yang berisikan data  bibliografi  buku-buku terbaru.Â
Majalah Buku Kita terbit antara tahun 1955 sampai dengan 1963 dengan kala terbit bulanan, kemudian antara tahun 1964- 1966 terbit setiap tiga bulan sekali.
2. Periode 1966 - 1976Â Â
Setelah sempat terhenti penerbitannya antara tahun 1967-1968. Majalah Buku Kita sudah tidak terbit lagi, namun rubrik Berita Bibliografi tetap diterbitkan dan menjadi majalah tersendiri. Berita Bibliografi terbit kembali tahun 1969 -1973 dengan kala terbit tiga bulan sekali.Â
Sejak tahun 1966, pencatatan bibliografi yang biasanya dilakukan oleh seksi bibliografi PT. Gunung Agung dialihkan ke Seksi Bibliografi Yayasan Idayu yang dibentuk pada tanggal 28 oktober 1966. Yayasan Idayu adalah suatu yayasan nirlaba yang bertujuan untuk membantu pemerintah Republik Indonesia dalam
upaya meningkatkan kecerdasan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional  Indonesia.  Yayasan Idayu bergerak di  bidang perpustakaan, dokumentasi dan ceramah.
Tujuan yang ingin dicapai oleh Yayasan Idayu sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua terbitan mengenai Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri,
2. Mengumpulkan segala tulisan dan karangan tokoh-tokoh Indonesia yang diterbitkan di dalam maupun di luar negeri,
3. Mengumpulkan  semua terbitan yang diterbitkan  di Indonesia,
4. Mengusahakan terbitan buku, majalah dan sebagainya dari bahan buku di atas, yang bermanfaat bagi pembinaan bangsa Indonesia, sesuai dengan tujuan yayasan,
5. Memberi bantuan kepada mahasiswa, sarjana/cerdik-pandai dan para budayawan dalam bentuk bea siswa atau lain sebagainya, menurut peraturan khusus yang ditetapkan oleh dewan pengurus yayasan,
6. Memberi "Hadiah Idayu" tahunan untuk hasil karya yang  terpilih dalam bidang kebudayaan  dan  ilmu pengetahuan menurut peraturan khusus yang ditetapkan oleh dewan pengurus yayasan,
7. Memprakarsai, mendorong dan membantu penyelenggaraan serta pelaksanaan penyelidikan ilmiah,
8. Mengusahakan "Lending Library" di kota-kota Universitas,
9. Mengadakan pameran hasil karya cetak orang Indonesia yang terbit di Indonesia atau tentang Indonesia yang terbit di luar negeri dengan menyelenggarakan Pekan Buku Indonesia dan sebagainya,
10.Menyelenggarakan diskusi-diskusi ilmiah.
Pendit mengemukakan bahwa Yayasan Idayu merupakan satu-satunya usaha swasta nasional yang bergerak dalam bidang  pencatatan bibliografi yang berusaha menghimpun selengkap mungkin semua karya cetak di Indonesia.
Berita Bibliografi ini memuat catatan lengkap mengenai penerbitan buku dan majalah dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang diterbitkan di dalam negeri. Berita Bibliografi juga memuat berbagai catatan dari buku-buku dalam bahasa asing  yang diterbitkan di Indonesia.
3. Periode 1976 - sekarang
Pada tahun 1976, Berita Bibliografi digabung dengan majalah Berita Idayu dan judulnya berubah menjadi Berita Bibliografi Idayu. Majalah Berita Bibliografi Idayu isinya tidak hanya memuat daftar buku, tetapi juga karangan - karangan  yang  ada kaitannya  dengan  dunia  perbukuan, perpustakaan maupun sejarah perjuangan bangsa. Di samping itu juga dimuat sejumlah resensi buku terbaru.Â
Usaha penerbitan Berita Bibliografi Idayu ini berjalan tersendat -sendat hingga tahun 1984, tepatnya pada bulan maret 1984 penerbitannya dihentikan. Pada bulan April 1984 majalah ini kembali diterbitkan dan dikembalikan pada fungsinya semula, yaitu hanya menyajikan daftar terbitan Indonesia terbaru  dibawah judul  Berita Bibliografi. Sejalan dengan perubahan judul majalah maka diadakan  juga peringkasan pencatatan dengan  ditiadakannya anotasi pada setiap entrinya.      Â
Majalah ini terbit teratur sampai sekarang, dan setiap tahun selalu dibuatkan kumulasinya. Majalah ini  selain dikirimkan  secara  gratis kepada  penerbit  yang  telah mengirimkan terbitan mereka ke Idayu, juga dikirimkan pada perpustakaan - perpustakaan   sebagai  pertukaran bahan pustaka.
Pengawasan bibliografi rujukan di Indonesia
Pelaksanaan pengawasan bibliografi rujukan di Indonesia seperti yang telah di amanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 70 Tahun 1991 tentang Pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, pada ayat (1) pasal 5, khusunya pada butir (c), mengenai buku rujukan belumlah berjalan seperti apa yang di harapkan. Masih banyak sekali buku- buku rujukan yang belum diserahkan pada PNRI yang seharusnya menyimpan  semua terbitan yang terbit di Indonesia, termasuk buku rujukan. Berikut ini adalah beberapa judul bibliografi rujukan Indonesia, yang pernah terbit di Indonesia:Â
1. Buku - buku referensi standar untuk Perpustakaan Wilayah. Jakarta : Proyek Pengembangan
perpustakaan. Pusat Pembinaan  Perpustakaan, 1981
2. Bibliografi tentang bibliografi Indonesia. oleh  Team Teknis Sub Proyek Bibliografi
Proyek Pengembangan Perpustakaan, 1976/1977
3. Tairas, JNB. Indonesia: A Bibliography of bibliographies. Jakarta: Panitia peringatan
tahun buku Internasional, 1972   Â
4. Indonesia. Lembaga Bahasa Nasional. Bibliografi Perkamusan dan Ensiklopedi.. Jakarta:
Lembaga Bahasa Nasional, 1974Â Â Â Â Â Â
PNRI seharusnya menerbitkan bibliografi rujukan Indonesia, sebab PNRI yang juga berfungsi sebagai perpustakaan deposit (deposit  library) juga telah menerbitkan berbagai macam bibliografi
dalam rangka pengawasan bibliografi.
Sebagai hasil dari pelaksanaan  pengawasan rujukan, biasanya berupa Panduan rujukan (guide to reference atau reference guide).
       Â
Berikut ini adalah contoh beberapa judul bibliografi  rujukan  dari 4 negara di Asia yaitu Philipina, Korea, Pakistan  dan India, sebagai produk dari upaya  pengawasan bibliografi rujukan di negara mereja masing-masing :  Â
Philipina
Picache, Ursula. A Guide to Reference Books and Sources. Quezon City : University of the Philipines, 1966
Pakistan
Shiddiqui, Akhbar H. A Guide to Reference Books Published in Pakistan. Karachi: Pakistan Reference Publications, 1966. 41 p.
Shiddiqui, Akhbar H. Reference Sources on Pakistan. Karachi :National Book Center, 1966. 32 p.
India
Mukherjee, A.K. Reference Work and Its Tools. 2nd. ed. Calcutta: World Press, 1971. 335 p.
Chaterjee, Amitabha. Indian Reference Publication : A Bibliography, Calcutta: Mukherji Book House, 1974. viii, 119 p.
Gidwani, N.N and K. Navalani A Guide to Reference Materials on India, Jaipur, Rajasthan : Saraswati Publication, 1974. 2 vols.
Korea
Yang, Key Paik. Reference Guide to Korean Materials, 1945-1959. Washington DC: Chatolic University of America, 1960.  viii, 131 leaves. thesis (MLS), unpublished.Â
Penutup
Pengawasan  Bibliografi adalah hal yang sangat penting untuk dilaksanakan di Indonesia, karena apabila pelaksanaan Pengawasan Bibliografi di Indonesia tidak berjalan sebagaimana mestinya, akan banyak informasi terbitan Indonesia yang tidak bisa ditelusuri lagi jejaknya. BNI  dan BB  sebagai sarana  bibliografi  terbitan Indonesia telah mempunyai sejarah yang cukup panjang. Seiring dengan  berjalannya sang waktu, kedua bibliografi tersebut tetap tegar dan rutin terbit sampai sekarang.(catatan: artikel ini ditulis berdasarkan penelitian penulis pada tahun 1990. Setahu pebulis saat ini berita Bibliografi sudah tidak terbit lagi). Dalam usahanya untuk melaksanakan pencatatan bibliografi terbitan Indonesia   tersebut, baik Perpustakaan Nasional dan Yayasan Idayu telah  mencatat buku rujukan Indonesia, namun pada masa mendatang alangkah baiknya apabila kedua badan tersebut menerbitkan Bibliografi Khusus yang mendaftar Buku Rujukan Indonesia yang terpisah dari BNI maupun BB.
Buku rujukan merupakan salah satu sumber informasi penting  yang dibutuhkan oleh pemakai, oleh karena  itu pengawasan bibliografi terhadap buku rujukan juga  harus dilaksanakan agar buku rujukan yang telah diterbitkan dapat ditelusuri dan ditemukan kembali apabila diperlukan.
Agar dapat diketahui oleh masyarakat pemakai, buku rujukan yang telah diterbitkan hendaknya terpantau dalam suatu bibliografi tersendiri. Hal ini dapat dicapai apabila disusun suatu bibliografi rujukan yang berasal dari berbagai sumber. (ibp)
No. |
 Periode |
 Pusat Deposit |
      U.U. Deposit |
1. |
1856-1942 |
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Watenschappen
(Setelah merdeka berubah  menjadi Perp. Museum                       Pusat)       |
Staatblad  No. 7981 th 1913 |
2. |
1952-1975 |
Kantor Bibliografi Nasional,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 |
 ------ T./A. -------
|
3. |
1975-1980 |
Pusat Pembinaan Perpustakaan. Bidang Deposit. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
 |
------ T./A. -------
|
4. |
1980-Sekarang. |
Perpustakaan Nasional RI Bidang Deposit |
UU No.4 Th.1990
tentang Wajib Serah Simpan                       Karya Cetak & Karya |