Jejak Sejarah Bangsa, Tersimpan dalam Naskah Kuno

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan - Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya naskah kuno. Jejak sejarah suatu bangsa yang terbangun, berasal dari sumber tertulis dan tidak tertulis. Jejak tertulis yang tersurat dalam suatu naskah kuno, mengungkap kondisi sosial budaya masyarakat pada kurun tertentu.

Banyaknya naskah yang tersebar di luar Indonesia, memaksa untuk menjalin kemitraan dengan negara – negara yang menyimpan jejak sejarah Indonesia tersebut guna pelestarian budaya bangsa Indonesia.

Salah satu kemitraan yang dijalin adalah dengan British Library di Inggris. Sebelumnya kemitraan yang telah terjalin di tahun 2018 dalam bentuk naskah Memorandum of Understanding (MoU) yang telah habis masa berlaku, akan kembali diperpanjang.

Kemitraan tersebut salah satunya dengan kunjungan dari Annabel Teh Gallop, Kepala Koleksi Asia Tenggara dari British Library. Kunjungan tersebut diterima langsung oleh Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando beserta jajaran. (26/09/2022)

Selain beraudiensi yang berkaitan dengan kerja sama di bidang perpustakaan, Annabel Teh Gallop juga menyampaikan informasi naskah – naskah Indonesia yang berada di Inggris.

“Jumlah koleksi naskah Indonesia di Inggris jumlahnya lebih kecil jika dibandingkan dengan yang ada di Perpusnas yaitu hanya sekitar 550 naskah. Dari jumlah itu, koleksi yang terbesar dan terpenting adalah koleksi berbahasa Jawa, koleksi berbahasa Melayu, naskah berbahasa Bugis Makassar, naskah Batak dan naskah berbahasa Bali,” jelas Annabel

Naskah – naskah tersebut dijadikan prioritas untuk digitalkan dan ditargetkan akan selesai pada tahun 2023.

Kepala Perpusnas, M. Syarif Bando menanggapi yang disampaikan oleh Annabel bahwa yang paling penting saat membicarakan naskah adalah mengenai isinya atau konten.

“Jika kita berbicara tentang naskah, buku tercetak, majalah surat kabar adalah mengenai abstrak, isi atau konten. Sebab inilah yang menjadi tugas kita untuk mengaktualisasikan nilai kesejarahan dalam naskah, buku tercetak, majalah pada saat itu,” jelas Syarif Bando.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Inggris yang baik hendaknya dapat mengungkapkan nilai – nilai yang terkandung dalam naskah yang menjadi kekayaan tidak hanya untuk kedua negara, tetapi untuk dunia.

Sekretaris Utama Perpusnas yang turut hadir, Ofy Sofiana menyampaikan sebuah harapan terkait naskah – naskah digital.

“Jika dimungkinkan, kita membangun manuskrip one search antara Perpusnas, British Library dan Universitas Leiden dimana semua terkoneksi dalam tiga aplikasi yang isinya koleksi di masing – masing,” harap Ofy.

Plt. Deputi Bidang Sumber Daya Perpustakaan, Deni Kurniadi juga mengapresiasi peran Annabel Teh Gallop sekaligus memberikan harapan bagi Perpusnas untuk masa depan.

“Ibu Annabel yang kita kenal merupakan ahli studi dan seorang kurator yang memahami perjalanan bangsa Asia Tenggara yang dimiliki oleh British Library. Perpusnas juga diharapkan memiliki Subject Spesialist yang mengerti sejarah perjalanan bangsa dalam naskah kuno,” ungkap Deni.

Sebelumnya, di tahun 2019 pada acara simposium bertema Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta serta pameran naskah kuno di Keraton Yogyakarta, pemerintah Inggris menyerahkan 75 naskah kuno keraton Yogyakarta.

Pengembalian naskah kuno bukan dalam bentuk naskah asli melainkan dalam bentuk digital. Naskah asli tersimpan di British Library.

 

Reporter: Anastasia Linawati

Dokumentasi: Deni

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung