50 ribu Pengguna Aplikasi iPusnas Antre Buku Digital

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta – Perpustakaan Nasional menggandeng para penerbit untuk mengembangkan koleksi buku digital pada aplikasi iPusnas. Sebanyak 68 penerbit diundang dalam sosialisasi pemanfaatan aplikasi layanan buku elektronik tersebut di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Selasa (23/1/2018).

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana menjelaskan, sejak diluncurkan pada 16 Agustus 2016, aplikasi iPusnas dinilai sangat bermanfaat dalam memberikan layanan buku berbasis digital. “Karena aplikasi yang bisa diunduh digawai ini memudahkan generasi milenial untuk membaca di mana saja, kapan saja, praktis. Saat ini, ada kurang lebih 200-an judul buku di iPusnas,” jelasnya. Untuk mendukung program iPusnas, Ofy mengimbau para penerbit untuk menerbitkan buku dalam bentuk digital sehingga pemerataan informasi untuk mencerdaskan bangsa, bisa terwujud.

Kepala Bidang Pengembangan Koleksi dan Bahan Pustaka Perpusnas Ahmad Masykuri mengatakan buku digital memiliki kelebihan untuk mengurangi kesenjangan rasio ketersediaan buku di Indonesia. “Saat ini, satu buku cetak diperebutkan 15 orang. Padahal harusnya satu berbanding tiga. Ini salah satu yang menyebabkan indeks literasi masyarakat Indonesia rendah. Karenanya, Perpusnas harus menyediakan koleksi sebanyak-banyaknya untuk masyarakat,” jelas Ahmad Masykuri.

Ahmad menambahkan, saat ini, sebanyak 50 ribu pengguna mengantre buku di iPusnas dari 81 ribu pengguna aktif. Padahal, Perpusnas sudah membeli buku digital dari penerbit untuk satu judul sebanyak 10 kopi. Ini membuktikan tingginya permintaan terhadap bahan bacaan. Penerbit jangan khawatir kalau dijual buku digitalnya, maka buku cetaknya tidak laku. Buku digital di iPusnas hanya bisa dipinjam tiga hari. “Nah, kalau pembaca tertarik, mereka akan membeli buku cetaknya. Entah itu untuk koleksi, hadiah, penelitian, atau apapun itu. Dan di daerah-daerah, kami juga akan mempromosikan untuk membeli buku digital. Apalagi sekarang banyak buku digital dibeli di daerah,” urai Ahmad.

Setiap buku yang akan dibuat versi digitalnya harus menyertakan International Standard Book Number (ISBN) buku elektronik. Ini merupakan kode unik yang dimiliki setiap buku untuk memudahkan pencarian ulang.

Dalam menjalankan aplikasi iPusnas, Perpusnas bekerja sama dengan Aksaramaya. Chief Executive Officer (CEO) Aksaramaya, Sulasmo Sudarno menjelaskan, tren buku digital menjadi peluang bagus untuk para penerbit. Saat mengembangkan Moco–aplikasi membaca online kreasi Aksaramaya–Sulasmo pernah membuat novel digital fun fiction. Karena animo di dunia maya yang tinggi, permintaan untuk mencetak novel pun muncul. Novel digital tersebut lalu diproduksi dalam bentuk cetakan oleh salah satu penerbit besar di Indonesia. “Bahkan di Gramedia sempat jadi best seller selama enam bulan. Berdasarkan pengalaman, jangan khawatir dengan tren buku digital karena digital itu hanya mengubah bentuk tapi tidak kebutuhan,” ujarnya.

Saat ini, jelas Sulasmo, ada 118 ribu pengunduh aplikasi iPusnas di App Store dan Google Play. Dengan jumlah pengguna sebanyak 81 ribu orang dan pengguna aktif hingga 50 ribu orang. Jumlah buku yang disediakan mencapai 26 ribu kopi. “Ini peluang untuk kita semua. Saya meyakini informasi paling valid hanya ada di perpustakaan, di tengah peredaran berita sampah di media sosial. Andaikan buku hilang di era digital, ke mana lagi kita mencari sumber yang valid? Perpustakaan adalah sumber yang paling terpercaya,” pungkasnya.

 

Reportase: Hanna Meinita

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung