Medan Merdeka Selatan, Jakarta -- Perpustakaan sangat berperan penting menyediakan sebuah informasi penelusuran bagi peneliti, mahasiswa, dosen dan pustakawan.
Pustakawan Universitas Indonesia, Soni Purwoko menyampaikan, penelusuran informasi akan lebih mudah dengan kata kunci suatu pencarian bahan sebuah penelitian.
"Perjalanan penelitian diawali dengan indentifikas informasi. Hal ini merupakan pondasi untuk melakukan proses penelusuran sebuah informasi," terangnya dalam Sosialisasi e-Resources Perpustakaan Nasional (Perpusnas) untuk wilayah Kalimantan yang digelar secara daring pada Selasa, (21/9/2021).
Soni menjelaskan, e-Resources Perpusnas dapat menjadi bahan rujukan dalam proses penelitian maupun pembuatan skripsi, tesis, atau jurnal. Dengan menggunakan kata kunci yang bekaitan dengan topik yang akan ditelusur secara tepat.
"Namun perlu diingat, untuk menggunakan layanan e-Resources, wajib menjadi anggota Perpusnas terlebih dahulu," pesannya.
Sementara itu, Pustakawan Universitas Gajah Mada Purwani Istiana menjelaskan, sebagai pemustaka harus memliki keterampilan dalam menelusur sebuah informasi. Diantaranya, keterampilan pemahaman jenis koleksi, cakupan subjek database, batasan penelusuran, pemanfaatan fitur database dan pengaturan file atau folder.
â€œDalam memudahkan penelusuran database, pencarian informasi referensi di perpustakaan UGM, di laman databasenya sudah dicantumkan link untuk mengakses database Perpustakaan Nasional,â€ tutur Purwani.
Menurut Purwani, ini sangat memudahkan mahasiswa yang sedang menulusur sebuah referensi ebook, jurnal, dan tesis dapat langsung mencari di e-Resources Perpusnas.
"Jadi mahasiwa sangat dimudahkan dalam proses penelusuran informasi untuk pembuatan skripsi, tesis atau penelitian," lanjutnya.
Acara sosialisasi ini diselenggarakan dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca Tahun 2021 dengan berkolaborasi dengan Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI). Kegiatan ini dihadiri sekitar 600 peserta yang mengikuti melalui aplikasi zoom dan kanal youtube Perpustakaan Nasional.
 Reportase : Arie Zani Purnomo

Perpustakaan Sediakan Informasi Penelusuran Bagi Peneliti

Balikpapan&nbsp;- Kehadiran Perpusnas Press mendapat sambutan positif dari penulis dan pegiat literasi di daerah. Diantaranya karena menjawab kegundahan penulis pemula dan penulis dari daerah yang selama ini terkendala akses dan biaya penerbitan.
&ldquo;Berbagai kendala yang dirasakan penulis di Balikpapan ketika akan menerbitkan buku berimbas pada menurunnya spirit untuk menulis. Jika hal ini dibiarkan, penulis-penulis pemula yang tidak mendapatkan kemudahan akses untuk menerbitkan buku, dikhawatirkan akan berhenti untuk menulis,&rdquo; ujar Ida Prahastuty S.Sos MSi, narasumber kegiatan &ldquo;Perpusnas Press dan Inkubator Literasi untuk Memperkuat Ekosistem Kepenulisan di Daerah&rdquo; Selasa (19/10) di Balikpapan Kalimantan Timur.
&ldquo;Mudah-mudah Perpusnas Press ini mengakomodir dan memberikan pencerahan agar penulis-penulis lokal berkembang dengan baik,&rdquo; tambah anggota DPRD Kota Balikpapan periode 2009-2019 yang saat ini bergeliat dalam kegiatan keliterasian ini.
Ida berharap Perpusnas Press menjadi media untuk peningkatan kemampuan dan kompetensi masyarakat di bidang literasi. &ldquo;Jika sudah ada media dan ruang untuk menghasilkan karya-karya yang baik, penulis-penulis lokal yang ada dihadapan kita ini, akan mendorong masyarakat berkontribusi terhadap lembaga perpustakaan dengan karya buku yang dihasilkan,&rdquo; urainya lebih jauh tentang urgensi kehadiran Perpusnas Press dalam mendukung penulis di daerah.
Hal ini sejalan dengan peran Perpusnas Press yang diharapkan dapat menghadirkan buku-buku yang dibutuhkan masyarakat benar-benar tersampaikan. &ldquo;Saat ini mungkin ada banyak buku, tapi bukan buku yang dibutuhkan masyarakat,&rdquo; tambahnya. Ida memandang urgensi lain dari Perpusnas Press adalah menjadi jembatan bagi penulis dalam menerbitkan dan menyebarluaskan karya.
Senada dengan Ida, beberapa pegiat literasi dari Komunitas Gerakan Balikpapan Menulis dan Taman Bacaan Masyarakat mengharapkan agar Perpusnas Press dapat memfasilitasi penerbitan buku. Kendala yang mereka hadapi selama ini adalah terkait biaya untuk penerbitan yang masih cukup tinggi untuk penulis di daerah.&nbsp; &nbsp;&nbsp;
Sementara itu narasumber lainnya Ketua Umum Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Provinsi Kalimantan Timur, Syafruddin Pernyata mengatakan pentingnya mengangkat cerita rakyat diangkat sebagai tematik buku. &ldquo;Saat ini sudah ada beberapa cerita rakyat yang dibukukan, tetapi juga tidak sedikit yang masih perlu diangkat dan ditulis untuk kemudian dibukukan,&rdquo; ujar penulis yang telah menerbitkan lebih dari sepuluh judul buku ini.
Karena cerita rakyat ini memiliki kharakteristik dan mengandung nilai-nilai moral yang harus disampaikan dan disebarluaskan melalui tulisan. Manfaat lain dari buku cerita adalah dapat digunakan sebagai perekat budaya dan mempertebal rasa cinta Indonesia. Hal ini selaras dengan tema kegiatan Inkubator Literasi yang sedang diselenggarakan untuk wilayah Kalimantan Timur dengan tema &ldquo;Kearifan Lokal Kaltim untuk Memperkuat Literasi&rdquo;.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan, Sutadi yang juga bertindak sebagai narasumber menekankan pentingnya kolaborasi dan sinergi antarstakeholder. Dinas Perpustakaan akan terus menggelorakan semangat menulis di Balikpapan, dan memfasilitasi kegiatan inkubator kepenulisan. &ldquo;Dinas akan mendorong dengan beberapa kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat untuk menulis,&rdquo; ujarnya.
Narasumber lainnya Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono mengatakan kehadiran Perpusnas Press sebagai bagian dari upaya Perpustakaan Nasional RI untuk mendorong lahirnya penulis-penulis di daerah. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah dengan menyelenggarakan Inkubator Literasi Pustaka Nasional.
&ldquo;Kegiatan ini ditujukan untuk masyarakat, khususnya penulis pemula, pustakawan, pengelola perpustakaan dan pegiat literasi di daerah. Inkubator Literasi didesain untuk mendorong, membina dan mempercepat kemampuan dan keberhasilan masyarakat untuk menghasilkan karya dalam bidang penulisan yang kemudian dibukukan, diterbitkan dan didiseminasikan sebagai bagian dari khazanah ilmu pengetahuan,&rdquo; ujarnya.
Sejatinya Perpusnas Press hadir bukan masuk dalam industri penerbitan, tetapi lebih pada sebagai dukungan terhadap pogram-program Perpustakaan Nasional yaitu penguatan perbukuan dan konten literasi dalam meningkatkan literasi, inovasi dan kreatifitas masyarakat untuk mewujudkan masyarakat berpengetahuan dan berkarakter.
&ldquo;Perpusnas Press bukan sebagai penerbit komersial dan tidak menjual buku-buku yang diterbitkan. Tetapi lebih pada upaya untuk penguatan ekosistem kepenulisan dengan menyediakan sumber bacaan yang relevan yang kemudian dapat direproduksi dengan gagasan-gagasan baru untuk dituliskan, diterbitkan dan disebarluaskan ke masyarakat,&rdquo; tambah Edi. Tentunya hal ini sejalan dengan tagline Perpusnas Press yaitu Tulis, Terbit, Sebarkan.

Balikpapan - National Library of Indonesia Press received a positive response from writers and literacy activists in the regions. Among them is because it answers the concerns of novice writers and writers from regions who have been constrained by access and publishing costs.
"The various obstacles experienced by writers in Balikpapan when they were about to publish a book had an impact on the decreased enthusiasm for writing. If this is allowed to continue, it is feared that novice writers who do not have easy access to publish books will stop writing," said Ida Prahastuty S.Sos MSi, resource person for the "Perpusnas Press and Literacy Incubator to Strengthen Writing Ecosystems in the Regions" activity Tuesday ( 19/10) in Balikpapan, East Kalimantan.
"Hopefully National Library of Indonesia Press will accommodate and provide enlightenment so that local writers can develop well," added the Balikpapan City DPRD member for the 2009-2019 period who is currently engaged in this literacy activity.
Ida hopes that the National Library of Press will become a medium for increasing the ability and competence of the community in the field of literacy. "If there is media and space to produce good works, these local writers who are in front of us will encourage people to contribute to library institutions with the books they produce," he explained further about the urgency of National Library of Indonesia's presence in supporting writers. in the area.
This is in line with the role of the National Library of Indonesia Press which is expected to be able to present the books that the community really needs to be delivered. "Currently there may be a lot of books, but not books that are needed by society," he added. Ida sees another urgency for the National Library of Press to become a bridge for writers in publishing and disseminating their works.
In line with Ida, several literacy activists from the Balikpapan Writing Movement Community and the Community Reading Center hope that National Library of Indonesia Press can facilitate the publication of books. The obstacle they have faced so far is related to the costs for publishing which are still quite high for writers in the regions.
Meanwhile, another guest speaker, Chairperson of the Reading Interest Correctional Movement (GPMB) of East Kalimantan Province, Syafruddin Pernyata, said it was important to raise folklore as a thematic book. "Currently there are several folktales that have been published in books, but there are also quite a few that still need to be picked up and written down to be published later," said the author who has published more than ten titles of this book.
Because this folklore has characteristics and contains moral values ​​that must be conveyed and disseminated through writing. Another benefit of storybooks is that they can be used as cultural glue and strengthen the sense of love for Indonesia. This is in line with the theme of the Literacy Incubator which is being held for the East Kalimantan region with the theme "East Kalimantan Local Wisdom to Strengthen Literacy".
The Head of the Balikpapan City Library and Archives Service, Sutadi, who also acted as a guest speaker emphasized the importance of collaboration and synergy between stakeholders. The Library Service will continue to inflame the spirit of writing in Balikpapan, and facilitate writing incubator activities. "The department will encourage a number of activities that can motivate people to write," he said.
Another resource person, Chief Editor of National Library of Indonesia Press, Edi Wiyono, said that the presence of National Library of Indonesia Press was part of the National Library of Indonesia's efforts to encourage the birth of writers in the regions. One of the activities carried out is by holding the National Library Literacy Incubator.
"This activity is aimed at the community, especially novice writers, librarians, library managers and literacy activists in the regions. The Literacy Incubator is designed to encourage, foster and accelerate the ability and success of the community to produce works in the field of writing which are then recorded, published and disseminated as part of the body of knowledge," he said.
Actually National Library of Press exists not to be part of the publishing industry, but rather as support for the National Library's programs, namely strengthening books and literacy content in increasing literacy, innovation and community creativity to create a knowledgeable and character-driven society.
"Perpusnas Press is not a commercial publisher and does not sell published books. But more on efforts to strengthen the writing ecosystem by providing relevant reading sources which can then be reproduced with new ideas to be written down, published and disseminated to the public," added Edi. Of course, this is in line with the National Library of Indonesia Press tagline, namely Write, Publish, Distribute.

Urgensi Perpusnas Press Bagi Penulis di Daerah

Jakarta - Perpustakaan Nasional RI menggelar upacara hari kelahiran Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana yang bertindak sebagai pembina upacara menyatakan melalui peringatan hari kelahiran Pancasila, rakyat Indonesia secara konsisten diajak untuk merealisasikan Pancasila sebagai dasar negara, ideologi negara, dan pandangan dunia yang membawa kemajuan dan kebahagiaan bagi bangsa Indonesia.
â€œKita bersatu membangun bangsa untuk merealisasikan tatanan kehidupan masyarakat yang rukun, damai, adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan. Kita Indonesia, Kita Pancasila,â€ ujar Ofy Sofiana saat membacakan sambutan dari Plt. Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila RI Hariyono di lapangan parkir Perpusnas Salemba, Jakarta, pada Sabtu (1/6).
Presiden Joko Widodo mengarahkan para abdi negara untuk memperingati hari kelahiran Pancasila. Ofy menjelaskan ada dua hal yang menjadi pesan peringatan hari kelahiran Pancasila. Pertama, bangsa Indonesia mengenang dan merefleksikan momentum sejarah di mana pendiri bangsa berhasil menggali nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia sebagai dasar negara sehingga nusantara yang beragam dapat bersatu dan menyatu sebagai satu bangsa.
â€œPeringatan hari kelahiran Pancasila 1 Juni bukan sesuatu sesuatu yang terpisah dari momentum perumusan â€œPiagam Jakartaâ€ oleh panitia kecil pada 22 Juni dan pengesahan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945. Jadi tiga peristiwa penting tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan,â€ jelas Ofy di hadapan peserta upacara.
Kedua, melalui peringatan hari kelahiran Pancasila, bangsa Indonesia diajak untuk membangun kebersamaan dan harapan menyongsong kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Pancasila sebagai bintang penuntun mengandung visi dan misi negara yang memberikan orientasi, arah perjuangan dan pembangunan bangsa ke depan. â€œSebagai energi positif bangsa, Pancasila memberikan harapan untuk masa depan dalam merealisasikan visi dan misi bangsa Indonesia,â€ jelas Ofy.
Pancasila sebagai dasar, ideologi negara, dan pandangan hidup bangsa merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa untuk bangsa Indonesia. Eksistensi Indonesia sebagai bangsa maupun negara masih dapat bertahan hingga kini berkat Pancasila. Karenanya, Pancasila harus tertanam dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Reportase: Hanna Meinita/Fotografer: Hartoyo Darmawan
Â

Upacara Hari Kelahiran Pancasila: Kita Indonesia, Kita Pancasila

Bandung, Jawa Barat&mdash;Penulis Maman Suherman menilai dikotomi literasi pedesaan dan literasi urban sudah tidak relevan. Pasalnya, dia menilai pada masa kini batasan antara desa dan kota sudah tidak ada.
Problematika yang dialami desa dan kota sudah hampir sama. Dia menyebut, desa dan kota menghadapi masalah literasi yang sama yakni memaknai bahwa literasi bukan sekadar membaca dan menulis. 
 
Hal ini disampaikan penulis Maman Suherman dalam talkshow di gelaran Perpusnas Writers Festival (PWF) 2023. Pria yang akrab disapa Kang Maman ini menyatakan saat ini, angka melek huruf di Indonesia sudah tinggi yakni di atas 96 persen. Namun, kemampuan untuk memahami bacaan dinilai masih rendah.
 
&ldquo;Apakah kita sudah mengikuti Ki Hajar Dewantara, jadi baca dan memahami. Persoalan di perpustakaan, gedung ada tapi aktivitas tidak ada. Harusnya, di perpustakaan daerah ada buku dari hasil karya lokal,&rdquo; ujarnya di De Majestic, Bandung, Jabar, pada Kamis (7/9/2023).
 
Kang Maman menambahkan, literasi bukan sekadar perpindahan buku dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu, aktivitas dalam mendukung literasi juga membutuhkan dana dan dukungan materiil. Selayaknya perpustakaan jangan merasa bangga jika memiliki banyak koleksi buku. Seharusnya, perpustakaan bangga jika banyak orang yang membaca koleksi bukunya.
 
&ldquo;Literasi adalah hulu hingga hilir, jadi bukan hanya punya TBM. Tapi membaca buku agar anak-anak yang datang merasa bisa berguna. Ini bukan tentang kognitif, afektif, psikomotorik, tapi belajar keteladanan seperti Ki Hajar Dewantara yakni Taman Siswa. Sehingga perpustakaan bukan hanya tentang Gedung,&rdquo; urainya.
 
Sementara itu, Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM) Nero Taopik menyatakan sejak 2012 sudah aktif membangun Komunitas Ngejah di Garut, Jabar. Dia menyebut, saat ini tercatat ada 2.300 TBM di Indonesia. Namun diyakini jumlahnya melebihi itu yakni 5.000 TBM. &ldquo;Sebanyak 80 persen saya yakin ada di pedesaan,&rdquo; tambahnya.
 
Pria yang biasa disapa Kang Opik ini mengaku aktivitasnya banyak dilakukan di pedesaan. Meski begitu, mendorong literasi urban dapat dilakukan dengan rancangan yang tepat yakni optimalisasi pemanfaatan keberaan infrastruktur teknologi digital yang cenderung sudah bagus, pemanfaatan ruang publik/fasilitas umum dengan menyediakan akses literasi, serta menyediakan program yang menyesuaikan dengan kultur masyarakat perkotaan yang identik dengan mobilitas tinggi.
 
Dia menambahkan, mendorong literasi urban dapat dilakukan dengan memiliki program khusus yang menyasar daerah-daerah pinggiran kota yang biasanya dihuni mayoritas kaum urban, serta optimalisasi program kolaborasi antarpihak.
 
&ldquo;Contoh dan bentuk kegiatannya, kalau di daerah pinggiran hanya disediakan pojok baca tidak diselenggarakan kegiatan atau aktivitas, pastinya tidak akan laku. Harusnya ada pengelola atau pendampingan. Atau gerakan literasi di halte,&rdquo; urainya.
 
Pendiri Koran Gala Bonni Irawan yang juga hadir sebagai narasumber menyatakan, secara survei, Indonesia memiliki angka yang bagus dalam pemberantasan buta aksara. Namun kenyataannya, banyak media cetak yang tutup sejak 2018. Bahkan yang terbaru, Toko Buku Gunung Agung juga menutup tokonya.
 
Dia menambahkan, hal ini bukan berarti minat baca turun dan angka literasi. Menurutnya, literasi adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Menurut UNESCO, jelasnya, ada enam literasi dasar yakni literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.
 
&ldquo;Harus ada gerakan agar enam literasi dasar ini dapat dilakukan. Maka desain literasi urban harus menyelesaikan masalah di kota yakni hoaks, kesehatan mental, dan lainnya,&rdquo; pungkasnya.
 
Reporter: Hanna Meinita
 
Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

Desa dan Kota Menghadapi Masalah Literasi yang Sama

<span style="font-size: 12pt; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: bold; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Salemba, Jakarta - <span style="font-size: 12pt; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Peran strategis Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas) dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia dapat melalui literasi dan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial.
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Pustakawan Ahli Utama Deni Kurniadi dalam apel pagi via daring, Senin (21/10). Deni menggarisbawahi bahwa Perpusnas memiliki mandat yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.&nbsp;
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">"Perpusnas berperan dalam menetapkan kebijakan nasional perpustakaan serta membina, mengembangkan, mengevaluasi, dan mengkoordinasikan penyelenggaraan perpustakaan di seluruh Indonesia," jelasnya.&nbsp;
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dengan standar koleksi, sarana, prasarana, dan pengelolaan perpustakaan, Deni memastikan bahwa seluruh perpustakaan baik sekolah, perguruan tinggi, hingga perpustakaan umum dapat memberikan layanan yang optimal kepada masyarakat.
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lebih lanjut, program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) dikemukakannya sebagai langkah nyata untuk meningkatkan literasi masyarakat. Baginya, TPBIS bertujuan untuk memperkuat peran perpustakaan sebagai wahana belajar sepanjang hayat, yang tidak hanya mencerdaskan tetapi juga memberdayakan masyarakat.&nbsp;
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">&ldquo;Di samping itu, perpustakaan juga menjadi pusat informasi yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat," tambahnya.
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Deni juga menekankan pentingnya sinergi antara perpustakaan dan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, akademisi, dan komunitas, untuk mendukung upaya literasi nasional.&nbsp;
<span style="font-size: 12pt; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">"Perpustakaan adalah strategi kebudayaan untuk mewujudkan <span style="font-size: 12pt; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: italic; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">literate society<span style="font-size: 12pt; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> melalui gerakan literasi yang kolektif dan inklusif," ujarnya.
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menyoroti tantangan minimnya kegiatan membaca secara intens di Indonesia, dia mengungkap bahwa Perpusnas terus berupaya mempromosikan gemar membaca dan meningkatkan akses literasi, terutama kelompok disabilitas dan masyarakat di daerah terpencil.
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Apel pagi ini berlangsung bertepatan sehari setelah dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, untuk periode 2024-2029. Deni berharap Perpusnas dapat lebih maju dalam mengemban tugas mencerdaskan bangsa dan menyejahterakan masyarakat sesuai dengan amanat perundang-undangan.
&nbsp;
<span style="font-size: 12pt; font-family: 'trebuchet ms', geneva; color: #000000; background-color: transparent; font-weight: bold; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Reporter &amp; Dokumentasi: Alditta Khoirun Nisa

Peran Penting Perpustakaan dalam Meningkatkan Kualitas SDM

Salemba, Jakarta -Â  Sebanyak 150 dus dan 10 karungÂ  atau 309 mililiter arsip milik Perpustakaan Nasional akan dimusnahkan. Arsip yang akan dimusnahkanÂ  meliputi arsip Keuangan (periode 1981 s/d 2009 ), arsip Hukum dan Humas (periode 1994 s/d 2008), dan sebagian arsip kepegawaian. Pemusnahan secara simbolis dilakukan oleh Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, didampingi Deputi, Inspektur, Kepala Biro Umum, Kasubdit Akuisisi Arsip I dari Arsip Nasional RI (ANRI), dan arsiparis, di Jakarta, Senin, (8/4). Nantinya mobilisasi keseluruhan arsip yang akan dimusnahkan dilakukan pada 22 April mendatang di Gudang Arsip Indoarsip, Karawang.Â  Â  Dalam laporannya, Kepala Biro Umum Perpusnas, Joko Budi Santoso mengatakan Pemusnahan Arsip merupakan salah satu kegiatan Penyusutan Arsip sebagaimana diatur dalam UU Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan dan juga Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU No. 43 tentang Kearsipan. Proses pemusnahan arsip pun sudah dimulai sejak 4 Februari 2019 dengan beberapa tahapan, diantaranya pemilahan, pengelompokan, pendataan, reviu serta verifikasi lapangan oleh tim internal Perpusnas, ANRI dan juga mitra mengacu pada Peraturan Kepala (Perka) Nomor 2 Tahun 2015 tentangÂ Â Pedoman Klasifikasi Arsip di lingkungan Perpustakaan Nasional RI, danÂ Perka Nomor 4Â  Tahun 2015 tentang JRA Fasilitatif di lingkungan Perpustakaan Nasional RI.Â  Â  Namun, berdasarkan hasil verifikasi fisik , sebagian Arsip Kepegawaian dinyatakan belum layak untuk diusulkan musnah dengan pertimbangan arsip tersebut merupakan Arsip Inaktif Asli berupa Berkas Perorangan dari tahun 1992-2007Â sehingga direkomendasikan oleh ANRI agar dikembalikan ke bagian Kepegawaian untuk ditata dan disimpan kembali. Selain itu,Â  arsip lain yang belum bisa diusulkan musnah, yaitu Arsip Inaktif Keuangan terkait Proses Pembangunan Gedung Blok E, Arsip Statis Asli berupa Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI Nomor 44 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perpustakaan Nasional RI, serta arsip berbentuk buku dan majalah sebanyak 1792 eksemplar dari tahun 1990 sampai dengan 2010 ). "Terhadap arsip- arsip yang tidak jadi dimusnahkan tersebut, kami akan kembalikan kepada unit kerja terkait untuk didayagunakan serta ditata dan disimpan kembali," terang Kepala Biro Umum.
Kasubdit Akuisisi Arsip I ANRI, Tato Pujiarto, mengatakan, pemusnahan arsip sudah menjadi kebutuhan setiap lembaga karena sudah ada UU Kearsipan yang nengatur mekanisme pemusnahan arsip. Sejatinya pemusnahan arsip tidak hanya menghilangkan, tapi dengan cara tersebut maka arsip lainnya bisa terselamatkan sehingga berguna bagi efisiensi dan efektivitas ruangan penyimpanan arsip. "Pemusnahan arsip ini merupakan yang pertama kalinya dilakukan oleh Perpustakaan Nasional dan pemusnahan arsip di lingkungan Perpustakaan Nasional sudah melalui prosedur UU Kearsipan," terangnya.Â  Â  Sementara itu, Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, mengatakan,Â  saat ini Perpusnas terus menyempurnakan aturan (regulasi) perihal kearsipan seperti, JRA Substantif, Sistem Klasifikasi Keamanan dan Akses Arsip Dinamis (SKKAAD), Pedoman Pengelolaan Arsip Aktif/Inaktif/Vital, Pedoman Penyusutan Arsip, dan Pedoman Penyelenggaraan Kearsipan.Â Â  Â  "Perpusnas berkomitmen untuk menyelenggarakan dan mengelola kearsipan ini sebaik-baiknya pada semua lini, karena saat ini sudah mulai dipahami tahapan dalam mengurus kearsipan. Sehingga kedepannya, Perpusnas dan ANRI bisa terus bersinergi dan bekerjasama dalam pengelolaan arsip di lingkungan Perpusnas," kata Perpusnas sebelum melakukan simbolis pemusnahan. Â  Â  Reportase : Wara/Tika Fotografer : Hartoyo Darmawan Â

Berita

Booklet Informasi Layanan (Penerima Bantuan)

Pencarian

Berita Lainnya

Perpustakaan Sediakan Informasi Penelusuran Bagi Peneliti

Urgensi Perpusnas Press Bagi Penulis di Daerah

Upacara Hari Kelahiran Pancasila: Kita Indonesia, Kita Pancasila

Desa dan Kota Menghadapi Masalah Literasi yang Sama

Peran Penting Perpustakaan dalam Meningkatkan Kualitas SDM

Disaksikan ANRI, Secara Simbolis Perpusnas Musnahkan 150 Dus dan 10 Karung Arsip