Budaya Gemar Membaca Harus Dimulai dari Diri Sendiri dan Keluarga

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Mewujudkan masyarakat cerdas dan literat merupakan kerja bersama. Untuk menjadikan gemar membaca sebagai budaya harus berawal dari diri sendiri dan keluarga agar kelak mampu menjadi contoh bagi masyarakat sekitar.

Dalam sejarah gerakan membaca dan perliterasian Indonesia, sudah banyak program dan pencanangan yang dilakukan pemerintah dari masa ke masa sampai saat ini. Dari semua itu kita mengetahui bahwa setiap pemimpin negeri ini memiliki kepedulian dan perhatian besar terhadap kondisi membaca. Mereka ingin masyarakatnya cerdas dan literat.

Membaca memiliki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan, terlebih di era informasi dan komunikasi saat ini. Membaca merupakan jembatan bagi mereka yang ingin meraih kemajuan dan kesuksesan. Oleh karena itu, para pakar bersepakat bahawa kemahiran membaca (reading literacy) merupakan prasyarat mutlak (conditio sine quanon) bagi siapapun yang ingin memperoleh kemajuan.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Adin Bondar, dalam sambutan webinar peringatan Hari Gerakan Nasional Membaca dengan tema “Keluarga Gemar Membaca untuk Indonesia Tumbuh, Unggul, dan Maju” yang berlangsung secara virtual, Jumat (12/11/2021).

“Keluarga, sebagai satuan terkecil dalam ekosistem masyarakat berkewajiban menegakkan disiplin dan semangat membaca anak sejak dini,” ujarnya.

Adin menambahkan tumbuh kembang kegemaran membaca bisa dikatakan sebagai gambaran awal seberapa tinggi literasi masyarakat di sebuah negara. Keduanya adalah mata rantai yang saling mengait. Akan tetapi, kegemaran membaca seseorang tentu membutuhkan proses panjang dan sarana yang kondusif.

“Proses ini dimulai dari kecil dan dari lingkungan keluarga, lalu dikembangkan di sekolah, dan lingkungan masyarakat,” ungkap Adin.

Sependapat dengan hal tersebut, Ketua Umum Gerakan Pemasyarakatan Membaca (GPMB), Tjahjo Suprajogo, mengatakan bahwa minat baca memang sudah seharusnya ditumbuhkan dari satuan terkecil dalam ekosistem masyarakat yakni keluarga. Kemudian dari keluarga selanjutnya dapat disinergikan dengan banyak pihak.

“Mulai dari keluarga nanti bisa bersinergi dengan banyak pihak, seperti kementerian/lembaga, institusi pendidikan, pemerintahan daerah. Dibutuhkan sinergitas dari banyak pihak dalam mewujudkan gerakan nasional membaca,” jelas Tjahjo.

Duta Baca Indonesia, Gol A Gong, mencontohkan dirinya sebagai individu yang “kurang” sempurna namun tetap bisa meraih kesuksesan berkat buku. Dulu, kenang Gol A Gong, orang tuanya selalu mengharuskan dia untuk rajin membaca buku. Di sisi lain ibunya juga selalu membacakan buku setiap hari untuknya. Momen hidup tersebut membuatnya sadar bahwa tidak hanya perut yang harus diisi, namun juga otak.

“Kita juga harus memberi nutrisi ke atas, jangan hanya dari mulut ke perut saja,” tuturnya.

Pengalaman itu juga yang sekarang dia terapkan di keluarganya, Gol A Gong menempatkan buku di setiap sudut rumahnya. Upaya tersebuta dilakukan agar ketika anak-anaknya sudah lelah bermain gadget, mereka bisa beralih ke membaca buku.

“Dengan begitu literasi digital tidak dihalangi dan literasi bacanya pun tetap bisa dinikmati oleh anak-anak,” terang Gol A Gong.

Turut berbagi pengalaman, Walikota Tangerang Selatan Tahun 2011-2021, Airin Rachmi Diany, menerangkan bahwa membacakan buku kepada anak bisa lebih mempererat hubungan antar orang tua dan anak, serta juga memberi kesan yang akan terus melekat di benak anak.

“Membacakan buku dengan bahasa yang mudah dimengerti anak bisa mempererat hubungan antar ibu dan anak, daripada mendudukan mereka dan memberi nasihat. Karena itu mungkin hanya akan masuk telinga kanan, keluar telinga kiri,” ucap Airin.

Sementara itu dari sisi institusi pendidikan, Kepala SMA Negeri 70 Jakarta, Ratna Budiarti, memaparkan bahwa perpustakaan dan sekolah juga memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan minat baca anak. Hal ini disebabkan karena selain di rumah, anak-anak juga menghabiskan banyak waktu di sekolah.

Adapun upaya yang sudah dilakukan oleh perpustakaan SMA Negeri 70 Jakarta antara lain memfasilitasi sarana dan prasarana di perpustakaan, memperkaya koleksi yang ada, mendorong kreativitas dan kegemaran siswa dengan layanan-layanan yang diberikan, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperluas jaringan sumber perpustakaan, membuat lomba untuk siswa yang berkaitan dengan literasi, dan memberi tugas tambahan kepada siswa di luar kelas.

“Kami siap meneruskan program-program pemerintah pusat dan daerah, salah satunya program Gerakan Baca Jakarta dengan menciptakan ekosistem gemar membaca yakni memaksimalkan sistem perpustakaan sekolah untuk membangun minat baca siswa,” pungkas Ratna.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN