Bupati Bengkulu Selatan: Perpustakaan adalah Investasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan merupakan investasi untuk membangun masyarakat yang cerdas dan sejahtera. Karena dengan memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan, seluruh elemen masyarakat bisa melakukan kegiatan untuk membangun kemandirian ekonomi. Hal ini disampaikan Bupati Bengkulu Selatan Dirwan Mahmud saat bertemu dengan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando.

Pertemuan tersebut dilakukan di Gedung Layanan Perpusnas, Jalan Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat, pada Kamis (5/4). Hadir mendampingi Kepala Perpusnas yaitu Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Ofy Sofiana, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Minat Baca Deni Kurniadi, Pustakawan Madya Renus Siboro.

Sejak awal menjabat, Dirwan mengakui minat baca di kabupatennya masih rendah. Karenanya, dia ingin melakukan perubahan untuk meningkatkan minat baca dan kunjungan ke perpustakaan. Dia mengimbau seluruh jajaran di pemerintahan untuk membangun perpustakaan. Dia berharap, generasi muda gemar membaca dan mengunjungi perpustakaan, sehingga semakin cerdas dan siap berkompetisi secara global.

“Setiap saya masuk ke desa, saya instruksikan kepada kepala desa harus ada perpustakaan. Begitu juga di kecamatan, organisasi perangkat daerah (OPD), rumah sakit, polres, kodim, semuanya, saya instruksikan harus ada ruang perpustakaan. Dan saya instruksikan kepada kades, untuk menggiring orang datang ke perpustakaan, agar memberikan kopi dan teh untuk pengunjung. Syukur semua kades itu patuh. Saya yakin ini investasi,” jelasnya kepada Muhammad Syarif.

Saat ini, pemerintah daerah Kabupaten Bengkulu Selatan tengah membangun gedung perpustakaan dengan dua lantai. Sebelumnya, Dirwan berencana membangun gedung perpustakaan dengan empat lantai. “Saya panggil anggota DPRD, saya bilang akan bangun gedung perpustakaan empat lantai menggunakan lift. Gedung bupati saja tiga lantai, pakai tangga. Tapi anggaran susah. Lalu dibuat jadi dua lantai. Syukur dapat dukungan,” jelasnya.

Muhammad Syarif mengapresiasi kepedulian Dirwan terhadap perpustakaan. Menurutnya, majunya sebuah perpustakaan tergantung dari kebijakan kepala daerah. Karena perpustakaan yang representatif akan berkontribusi secara tidak langsung kepada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) manusia Indonesia.

“Kalau dari segi pengetahuan universal yang diajarkan di sekolah, Indonesia paling pintar. Tapi yang jadi masalah adalah 83 juta orang yang tidak bisa lagi sekolah, dan kalau tidak ditangani, akan terus berkontribusi pada rendahnya IPM. Kenapa IPM kita terus turun? Karena itu dikontribusi dari kemampuan individual, di mana 53 juta peserta didik sudah meningkat, tapi yang 83 juta jiwa semakin turun. Kenapa yang 83 juta jiwa turun? Karena semakin banyak orang pintar, orang asing berdatangan, mereka semakin tereliminir. Dan ini bisa ditangani perpustakaan, melalui koleksi buku mengenai potensi lokal. Sehingga yang 83 juta orang itu bisa memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan,” jelasnya.

Muhammad Syarif meminta Dirwan agar memberikan ruang untuk menerbitkan buku yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Buku-buku dengan ilmu terapan bisa dimanfaatkan agar masyarakat tergerak untuk melakukan usaha. “Kita jangan pernah mengharapkan sumber daya alam sebagai modal, tapi harusnya sumber daya manusia,” pungkasnya.

Dirwan Mahmud memiliki kepedulian tinggi pada minat baca dan perpustakaan. Pada Februari 2017, Bengkulu Selatan mencatat rekor Museum Rekor Indonesia (Muri) sebagai pembaca massal terbanyak. Kegiatan Gerakan Bengkulu Selatan Membaca tersebut berhasil memecahkan rekor Muri karena menghimpun sebanyak 131 ribu orang dalam waktu bersamaan.

Reportase: Hanna Meinita

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung