Jakarta - Berbeda dengan zaman dahulu di mana kekayaan diidentifikasi dengan emas, tambang, bahkan minyak, dewasa ini, beralih menjadi data. Individu yang memiliki data atau informasi adalah yang paling dicari.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt. Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Azis saat memberikan arahan dalam kegiatan Forum Satu Data Perpusnas yang berlangsung hibrida, Selasa (5/11/2024).
"Masa kini yang menjadi sumber daya paling berharga adalah data. Kenapa demikian? Karena data menjadi sumber untuk membuat kebijakan, hingga perencanaan untuk upaya pembangunan. Oleh karena itu, kalau berbicara tentang data berarti bicara tentang masa depan," ucapnya.
Namun di Indonesia, data masih menjadi tantangan yang sangat besar karena masyarakatnya bersifat oral. Dengan kata lain, banyak data yang ada tidak tersimpan utuh pun tidak tercatat dengan baik.
Keadaan tersebut rupanya juga ditemukan di Perpusnas, begitu kata Aminudin. Banyak data yang ada tidak dapat diolah dengan cepat dan baik karena di tiap unit kerja datanya berbeda.
"Misalnya jumlah koleksi yang dimiliki bisa berbeda antar unit, padahal seharusnya sama di unit mana pun di Perpusnas. Ini yang mengakibatkan ketika ingin membuat kebijakan prosesnya jadi sulit karena tidak jelas jumlah datanya," keluhnya.
Menurut Amin, keadaan ini terjadi akibat keegoisan setiap unit kerja, yang mana seharusnya apabila dilakukan dengan niat baik dan dengan sepenuh hati dapat terbentuk satu data yang sama.
"Urusan data ini belum baik-baik saja. Pengelolaannya belum benar karena kita masih mengedepankan ego dan kurang ngobrol dengan satu sama lain. Mudah-mudahan dalam Forum Satu Data, yang dihadirkan adalah hati untuk menatanya, bukan hanya teken saja," tegasnya.
Dalam sesi diskusi, dijelaskan lebih lanjut oleh Plt. Kepala Pusat Data dan Informasi Perpusnas, Taufiq A. Gani bahwa kebijakan satu data perpustakaan bertujuan untuk menciptakan sebuah ekosistem data yang terintegrasi dan seragam.
"Ekosistem data dimaksud bukan saja terdiri dari entitas perpustakaan, melainkan juga berbagai macam entitas lintas K/L, pemerintah dan swasta, pusat, dan daerah," jelasnya.
Lebih lanjut, Taufiq menambahkan fokusnya terletak pada pengumpulan, pengelolaan, dan pendistribusian data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses, serta dibagipakaikan.
"Tujuannya adalah untuk mendukung keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan data perpustakaan secara berkelanjutan," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Analis Kebijakan Publik Sekretariat Satu Data Indonesia (SDI) tingkat Pusat, Ahmad Khafi Ghon memaparkan dampak nasional yang dituju dari SDI.
"Mewujudkan ekosistem Data Driven Policy-Making, menatakelola Pertukaran Data Layanan Pemerintah, Program Nasional yang lebih efektif, efisien, dan tepat sasaran, peningkatan kesiapan One Stop Data Service yang akurat dan mutakhir untuk masyarakat, serta suksesi Indonesia menuju anggota OECD di 2027 melalui platform Open Data Indonesia," paparannya.
Adapun potensi SDI di masa depan menurut Ahmad antara lain memperbaiki, kurasi, dan menstandarkan metadata sehingga kualitas data yang diproduksi K/L/D terkontrol dan terjaga, reusable data untuk pembangunan melalui ekosistem data based policy-making/intervention, dan pusat pengembangan kompetensi serta talenta data.
Sementara itu Direktur Sistem Informasi Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Joko Parmiyanto menerangkan tantangan pembangunan sistem statistik nasional terkait ekosistem data.
"Kebutuhan data statistik semakin kompleks, berkembangnya berbagai sumber data, diperlukan pengelolaan data yang baik untuk meningkatkan kualitas data," katanya.
Bagi Joko respon penyedia data yang diharapkan ialah adaptif terhadap kebutuhan data. Dengan demikian, data yang tersedia lebih cepat dengan lag yang lebih sempit/sedikit (more timely), data yang disediakan lebih rinci (more granular), dan data yang disediakan harus sejalan serta relevan dengan kebutuhan data (more relevant).
Kegiatan Forum Satu Data Perpustakaan ini juga dirangkaian dengan Penandatanganan Berita Acara Forum Satu Data, Pengenalan dan Praktik Aplikasi Satu Data Perpustakaan, dan Penyusunan Rancana Aksi Satu Data Perpustakaan.
Reporter: Basma Sartika
Dokumentasi: Prakas Agrestian