Humbang Hasundutan, Sumatera Utara - Mulai terkikisnya budaya Batak juga merupakan salah satu dipilihnya Sipinsur sebagai lokasi Festival Naskah Nusantara V adalah agar masyarakat Batak mencintai budaya leluhurnya.
Suku Batak merupakan salah satu suku yang populer di Indonesia. Namun, sayang peninggalan budaya dari para leluhur Batak kurang diminati. Padahal, salah satu yang fenomenal dari peninggalan leluhur suku Batak adalah tradisi pernaskahan.
"Banyak filosofi naskah Batak yang bisa dieksplorasi mendalam sebagai kearifan lokal suku Batak," ujar Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Ofy Sofiana, saat membuka FNN V di kawasan wisata Geosite Sipinsur, pada Senin siang, (19/8).
Perpustakan Nasional, lanjut Ofy, menyimpan sedikitnya 200 naskah kuno Batak. Sebagian sudah ada yang dialihmediakan ke dalam bentuk digital. Seluruh naskah atau manuskrip yang sudah dialihmediakan bisa diakses melalui situs khastara.perpusnas.go.id.
Naskah kuno adalah dokumen tertulis.Tidak semua bangsa mempunyai khasanah naskah yang melimpah di hampir seluruh Nusantara. Kandungan yang tersimpan di dalam manuskrip Nusantara berisikan jatidiri bangsa. Bahkan, istilah Pancasila berasal dari kitab Sutasoma. Oleh karena itu, di masa mendatang penelitian naskah harus interdisipliner. Artinya melibatkan berbagai macam disiplin ilmu. Tidak hanya filolog atau sejarawan.Â
Bupati Humbang Hasundutan, Dosmar Banjarnahor, mengatakan bahwa tidak semua suku bangsa memiliki peninggalan tertulis. Namun, agar tetap terlestarikan dan bermanfaat perlu komitmen bersama. Artinya, tidak hanya Perpusnas saja yang bertanggung jawab. Perlu melibatkan masyarakat luas. Kabupaten Humbang Hasundutan adalah salah satu daerah yang pro aktif terhadap pelestarian peninggalan budaya Batak kuno. Diduga naskah Batak jumlahnya mencapai ribuan. Sebagian ada yang tersimpan baik di perpustakaan, museum, atau dirawat secara perorangan. Namun, banyak juga yang tersebar di luar negeri. Ini yang patut disayangkan.Â
"Ada tiga aspek yang bisa dilakukan agar tidak punah, yaitu aspek perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan," imbuh Bupati Dosmar. Dipilihnya Geosite Sipinsur sebagai lokasi juga membantu mengenalkan Sipinsur sebagai daerah wisata baru di Indonesia. FNN V yang berlangsung selama lima hari menargetkan angka kunjungan sebanyak 5.000 orang.
Selain menggelar pameran naskah nusantara yang bekerja sama dengan Pemprov Sumatera Utara dan Museum TB Silalahi, FNN V juga mengadakan workshop penulisan aksara Batak, penulisan naskah Bali, Bugis, Jawi, dan kaligrafi, serta pembuatan wayang beber. Sedangkan untuk Seminar Naskah menghadirkan narasumber filolog internasional Uli Kozok, Ketua Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Robert Sibarani, Monang Naipospos, Jakmen Sinulingga, dan Lidya Christina.
Reportase dan Foto : Hartoyo Darmawan