Jejak Pemikiran dan Cinta Bung Karno di Bumi Rafflesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Gading Cempaka, Bengkulu--Berbicara tentang Bung Karno tentu tak lepas dari nama Fatmawati, karena sebagai salah satu isteri tokoh proklamator ini, beliau juga adalah Ibu Negara pertama yang dalam sejarah terkenal dengan perempuan dibalik diproklamasikannya Indonesia, dan karena ibu Fatmawati adalah perempuan yang menjahit Bendera Pusaka Merah Putih, tentu nama harumnya itu dijadikan ikon Bengkulu. Untuk mendalami lebih jauh tentang peran pentingnya Fatmawati, gadis Bengkulu puteri Hassan Din yang merupakan tokoh pedagang dan juga aktif di organisasi Muhammadiyah itu, Pustakawan dari Perpustakaan Bung Karno mencoba menelusur dengan menggali sebanyak-banyaknya informasi tentang Pemikiran dan Cinta Bung Karno selama di Bumi Rafflesia.

Salah satu tugas Tim Kajian Sukarnologi Perpustakaan Bung Karno adalah menelusur, mengkaji, menggali dan menulis literatur terkait dengan Kebungkarnoan yang dikemas dalam bentuk buku Sukarnologi. Didalam tugas dan fungsinya Perpustakaan Bung Karno juga memberikan informasi layanan yang terkait dengan seluruh pemikiran Bung Karno yang tertuang dalam banyak literatur dan referensi yang tersimpan di Koleksi Khusus Bung Karno. Sukarnologi adalah kajian-kajian ilmiah tentang pemikiran-pemikiran Sukarno, baik tentang nasionalisme,sosialisme, religiusitas, kebangsaan, ekonomi, seni dan budaya . Buku Sukarnologi yang telah dihasilkan lebih dari  5 (lima) judul diantaranya Identifikasi Pemikiran Politik Sukarno, Pemikiran Sukarno tentang Sosialisme, Religiusitas Sukarno,  Hubungan Internasional Sukarno, dan Ekonomi Berdikari Sukarno. 

Perjalanan tim kajian yang mencoba menelusur jejak perjalanan Bung Karno selama di Bengkulu memang bukan perjalanan panjang, tetapi perjalanan singkat yang mencoba menggali sebanyak-banyaknya informasi tentang perjalanan Bung Karno selama di masa pengasingannya di Bengkulu, antara tahun 1938 sampai dengan 1942. Tim yang diketuai oleh Agus Sutoyo dengan anggota Aji Subekti dan Dimas A. Gammayani itu diterima langsung oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Bengkulu Meri Sasdi dan jajarannya, sejarawan dan Budayawan Bengkulu Agus Setiyanto dan Hardiansyah, serta Ketua PD-IPI Bengkulu Sutriyono. Dan kami juga dipertemukan dengan salah satu sepupu ibu Fatmawati yang masih hidup yaitu Bapak Marwan, dan juga tokoh Bengkulu Bapak Harmen Kamarsyah yang juga keponakan dari AM Hanafi dan Asmara Hadi, yang dikenal dekat dengan Bung karno dan menjadi orang yang banyak membantu selama di Bengkulu.

Agus yang mencoba menginformasikan terkait dengan Sukarnologi, yang kali ini ukarnologi akan mengkaji tentang perjalanan, jejak pemikiran dan cinta Bung karno selama di pengasingan di Bumi Rafflesia, yang menurutnya banyak sekali yang perlu digali karena awal mula kisah cintanya dengan Fatmawati yang menjadi langkah strategis selanjutnya dalam memproklamasikan Indonesia. Salah satu doa yang disampaikan Bung karno di Bengkulu yaitu, ketika bertemu dengan anak dari Gubernur Jenderal Belanda, Hoykass yang sangat takjub dengan keberadaan buku-buku dan koleksi lainnya di rumah pengasingan Bung Karno, yang pada saat itu Bung karno sedang berdialog dan bertemu dengan Abdul Karim Ooey dan Buya Hamka. "Bung Karno mengatakan kepada Hoykass bahwa kenapa ia banyak koleksi buku-bukunya, karena ia ke depan nanti akan menjadi pemimpin negeri ini, dan seorang pemimpin itu harus cerdas, makanya saya harus banyak membaca," demikian ungk Bung Karno. Lalu Bung Karno berkata lagi kepada Buya Hamka, kira-kira ucapan saya kepada anak belanda tadi terdengar sombong apa tidak tuan Hamka? Lalu kata Buya Hamka, tidak Tuan Sukarno, itu adalah doa yang Tuan panjatkan dan saya ikut mengamini apa yang tuan Sukarno cita-citakan semoga terwujud. Lalu mereka bertiga mengaminkan.

Semoga literatur dan sumber yang digali ini dapat memenuhi tugas dan dapat diwujudkan buku Sukarnologi: Jejak Pemikiran dan Cinta Bung Karno di Bumi Rafflesia ini, sebagai salah satu sumber informasi tentang Bung Karno selama pengasingannya di Bengkulu. Salam Literasi.*

 

Reportase: Aji Subekti

Fotografer: Dimas A. Gammayani

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung