Makna Dibalik Konsep Revolusi Mental Bung Karno

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Palembang, Sumatera Selatan-Bung Karno pernah mengatakan bahwa sikap kebelanda-belandaan atau mental 'holand denken', menganggap remeh semua hal, tidak berpikir besar, hitung-hitungan, penjiplak, tidak kreatif, kurang percaya diri, selalu berpikir instans, tidak mau melalui proses, reaksioner (sikap menentang), kontra revolusi (melawan revolusi), selalu curiga kepada orang lain dalam satu bangsa masih menjangkiti perilaku dan tatanan masyarakat. Revolusi Mental yang digagas Bung Karno diyakini masih relevan mengatasi  kondisi kenegaraan dan kebangsaan saat ini.

"Di tengah maraknya dekadensi moral dan solusi yang ditawarkan para ahli tentang pentingnya pendidikan karakater bangsa, Bung Karno sudah sejak lama mengusung revolusi mental sebagai bekal rakyatnya menggapai hidup sejahtera," ungkap Kepala Bidang Layanan Informasi dan Kerjasama UPT Perpustakaan Bung Karno Agus Sutoyo saat menggelar Sosialisasi Pemikiran dan Perpustakaan UPT Bung Karno di Aula Pemprov Sumatera Selatan, pada Rabu. (4/9).

Implementasi Revolusi Mental adalah  konsep pemikiran Bung Karno dituangkan pada tahun 1957 yang berisikan Hidup Sederhana;, Gerakan Kebersihan dan Kesehatan;, Membangkitkan Jiwa Gotong Royong;, Gerakan Pemberantasan Buta Huruf;, Melancarkan Jawatan dan Perusahaan Negara;, serta Membangkitkan Kewaspadaan Nasional. "Indonesia ini bukan milik satu golongan,  bukan milik satu agama,  bukan milik satu suku, bukan milik golongan adat istiadat, tetapi milik dari Sabang sampai Merauke," tambah Agus Sutoyo.

Dalam setiap kesempatan, baik berpidato, maupun saat berbaur di tengah masyarakat ketika berkunjung ke daerah, Bung Karno sudah menyampaikan untuk melakukan revolusi mental, seperti mengajak hidup sederhana, semangat gotong royong, dan memberantas buta huruf. Ketiga nilai yang dibawa Bung Karno ini sangat relevan untuk digelorakan dan di terapkan di tengah masyarakat.  Bung Karno sangat ingin masyarakatnya memiliki semangat tinggi untuk cerdas lewat pendidikan.

Misi nasioanlisme,  patriotisme, dan religisutas masyarakat juga sedang ditumbuhkembangkan sesuai semangat Sang Proklamator. "Membudayakan kegemaran membaca sama seperti saat Bung Karno menggelorakan semangat memberantas buta huruf. Itu sebabnya mengapa membaca itu sangat penting," tandas Agus.

Khusus di Provinsi Sumatera Selatan, kegemaran membaca masyarakatnya juga semakin menggembirakan. Setiap kegiatan yang digelar perpustakaan atau yang berkaitan dengan  kegemaran membaca, selalu dibarengi dengan antusiasme tinggi. Ambuil contoh, kehadiran perpustakaan keliling yang menjadi salah satu wadah masyarakat memperoleh informasi pun yang selalu ramai disambangi ketika singgah memenuhi permintaan layanan masyarakat. Sistem jemput bola dilakukan untuk mengejar ketertinggalan masyarakat memperoleh pegetahuan dan informasi. Transfer Knowledge yang semestinya dilakukan Pustakawan dalam memberikan pencerahan kepada masyarakat, bukan sekedar mengantarkan koleksi secara langsung.

Sosialisasi Perpustakaan Proklamator Bung Karno dihadiri tidak kurang dari 350 peserta mahasiwa dan pelajar. Hadir dalam kesempatan itu, Sekretaris Dinas Perpustakaan Sumsel, Muhammaf Faisal, dan Akademisi dari Universitas Sriwijaya.

 

Reportase : Sri Handayani

Fotografer : Yanuar Hafidz

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung