Pameran Seni Rupa Creative Freedom To the Heal the Nation Digelar di Perpusnas

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Perpustakaan Nasional mendukung langkah seniman untuk kembali bangkit akibat kena dampak pandemi virus corona (Covid-19). Langkah nyatanya adalah mendukung pelaksanaan  pameran  Pameran Seni Rupa dari Kelompok InterCov-19 bertema Creative Freedom to The Heal the Nation (Artists Respond To Pandemic).

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana mengatakan Perpustakaan Nasional mendukung penuh kegiatan ini karena dipandang sebagai bagian dari upaya kreatif dan inovatif dalam meningkatkan kesadaran bahwa wabah Covid-19 yang menimpa Indonesia dan dunia saat ini merupakan urusan bersama. Kepentingan memelihara kesehatan diri dan lingkungan adalah ikhtiar kolektif.

“Pameran seni rupa ini menjadi momentum bersama mewujudkan gotong royong dalam aksi nyata, Jangan lagi melihat sekat antara satu dengan yang lain.  Sudah tidak ada perbedaan antara pemerintah dan non-pemerintah, kita semua dapat bersikap bijak dan berbuat baik dengan saling menguatkan dan saling mendukung upaya bersama melawan Covid-19,” ucapnya.

Menurutnya, perpustakaan adalah lembaga yang memiliki konsentrasi mewujudkan masyarakat berbudaya literasi tinggi. Perpustakaan meningkatkan literasi fungsional yang mencakup kemampuan membaca dan menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari.

“Literasi memiliki kontribusi positif dalam membantu menumbuhkan kesadaran intelektual serta meningkatkan kecakapan sosial yang sangat dibutuhkan pada situasi pandemi saat ini,” katanya. 

Pameran Creative Freedom to The Heal the Nation berlangsung dari tanggal 15 - 20 Oktober 2020. Pameran ini menampilkan enam karya patung dan 100 karya lukis dengan melibatkan 55 seniman dari berbagai wilayah, diantaranya Jakarta, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta.

“Karya yang ditampilkan bercerita tentang refleksi atas kehidupan sehari-hari para seniman. Semangat yang terus dikobarkan lewat ekspresi jujur perasaan para seniman selama pandemi Covid-19. Dan penyelenggaraan pameran tetap dengan menerapkan protokol kesehatan,” jelas Fajar Sidiq, Kurator Pameran. 

Sementara itu, dalam pidato kebudayaan Romo Muji Sutrisno menyampaikan bahwa seni adalah kehidupan, yang direfleksikan melalui naskah, lukisan, maupun relief. Ketika seorang pelukis Affandi ditanya oleh wartawan mengapa melukis dengan banyak menggunakan warna kuning? Dia menjawab bahwa nusantara adalah matahari, tidak seperti di negara lain yang mengalami empat musim.

“Warna kuning, warna keemasan seperti halnya padi yang menguning, yang mengartikan kehidupan di nusantara,” ungkapnya.

Menurutnya, dengan pameran yang digelar oleh Intercovid-19 ini sesungguhnya merupakan proses tentang mengembalikan lagi seni sebagai gaya hidup. Ketika pesimis berusaha untuk optimis karena nusantara menjadi Indonesia. Mengingat saat ini mereka yang menghargai seni masih kalah dengan nilai ekonomis, dan nilai politik.

“Dengan seni dapat membuat hati gembira dan riang, membuatnya menghidupkan satu kehidupan lagi, apalagi di masa covid-19 ini. Kita disini berusaha memberikan arti, memviruskan seni sebagai gaya hidup,”lanjutnya.

 

Reporter / Fotografer           : Wara Merdeka

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN