Pembudayaan Minat Baca Jadi Tugas Bersama

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Serang, Banten – Membudayakan minat baca kepada masyarakat terutama generasi penerus bangsa tidak hanya menjadi tugas pemerintah pusat atau daerah saja, melainkan membutuhkan keterlibatan dari semua pihak.

Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando saat memberikan sambutan pada kegiatan talkshow Duta Baca Indonesia di Rumah Dunia, Selasa (28/11/2023) mengatakan seluruh pihak harus bekerja secara tim untuk dapat melakukan percepatan pembudayaan minat baca di Indonesia.

“Tidak hanya menjadi tugas pemerintah pusat maupun daerah, mencerdaskan anak bangsa merupakan tugas bersama. Saya mengagumi Rumah Dunia karena kepeduliannya terhadap masyarakat yang mungkin tidak mampu menempuh pendidikan tinggi, di sini mereka bisa mendapatkan banyak ilmu melalui ragam aktivitas,” ucapnya.

Syarif Bando menambahkan meskipun tantangan yang dihadapi di tengah era digital semakin berat, dia menyatakan bahwa kehadiran Perpusnas dan Rumah Dunia mampu memberikan masa depan cerah kepada masyarakat.

Hal tersebut dibenarkan oleh Presiden Rumah Dunia, Abdul Salam HS yang berkisah sejatinya dia merupakan seorang anak yang tidak memiliki impian karena memiliki orang tua dengan profesi petani.

“Dulu mungkin saya tidak punya impian karena bapak dan ibu saya petani. Namun kemudian mindset saya berubah bahwa apabila anak petani bersinggungan dengan  buku dan Rumah Dunia, pasti ada impian yang bisa dicapai,” kisahnya.

Perpusnas juga melalui program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) menurut Abdul telah benar-benar memberikan kesempatan besar kepada masyarakat untuk berdaya dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pustawakan Ahli Utama Perpusnas, Nelwaty mengungkapkan upaya yang dilakukan Perpusnas dalam mengembangkan budaya baca yakni memberikan bantuan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan untuk 6 menu antara lain pembangunan gedung, perluasan, renovasi, perangkat TIK, koleksi, dan perabot.

“Bukan hanya itu saja, kami juga mengadakan bimtek, SPPTIK (Strategi Pengembangan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi), peer learning meeting, stakeholders meeting, dan lainnya,” katanya.

Sementara itu, Kepala Bidang Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, Evi Syaefudin menerangkan bahwa dibandingkan dulu, saat ini jumlah buku sudah lebih baik.

“Untuk lebih mendekatkan masyarakat kepada buku, kami juga menyediakan layanan mobile dengan menggunakan tujuh mobil perpustakaan keliling,” terangnya.

Pada kesempatan yang sama, Pegiat Literasi, Sidiq Nulhaq menjelaskan dua jenis kegiatan yang telah dilakukan di TBM Garda Cendekia.

“Terkait literasi untuk kesejahteraan, pas kemarin covid-19 kami mencoba jalin kerja sama dengan ibu-ibu sekitar, lalu mereka dilatih menjahit masker, pouch, dan mukena. Kemudian, saat tidak ada minyak goreng di pasaran, kami bikin minyak klentik dari kelapa. Jadi memang literasi untuk kesejahteraan itu benar nyata,” jelasnya.

Bagi Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Arip Senjaya, penerbitan yang ada di kampusnya yaitu Untirta Press sudah aktif namun masih hanya sebatas mencetak buku saja. Sedangkan launching dan diskusi buku belum berjalan.

“Perbukuan di Untirta belum menjadi bagian tradisi yang komprehensif,” pungkasnya.

 

Reporter: Basma Sartika

Dokumentasi: Andri Tri Kurnia/Aji Anwar

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung