Pengukuhan Bunda Literasi Kota Palangka Raya, Motivasi Kesadaran Masyarakat untuk Gemar Membaca

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Palangka Raya, Kalimantan Tengah—Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Ofy Sofiana, menyaksikan pengukuhan Bunda Literasi Kota Palangka Raya. Pengukuhan dilakukan Walikota Palangka Raya, Fairid Naparin, kepada Avina Triani Almira Fairid Naparin sebagai Bunda Literasi Kota Palangka Raya.

Dalam sambutannya, Sestama Ofy menyebut Bunda Literasi merupakan salah satu strategi yang digunakan Perpusnas untuk memotivasi kesadaran masyarakat dan menumbuhkembangkan kegemaran membaca. Hal ini dipilih mengingat masyarakat Indonesia mempunyai sifat mencontoh atau meniru. Oleh karena itu, dihadirkan seorang tokoh yang dapat menjadi panutan bagi masyarakat.

“Melalui peran para Bunda Literasi, proses sosialisasi budaya literasi akan cepat menyentuh kalangan masyarakat. Apalagi jika proses tersebut disandingkan dengan program Tim Penggerak PKK,” jelasnya di Aula Rumah Jabatan Walikota Palangka Raya, Jl. Diponegoro, Palangka Raya, Kalteng, pada Selasa (26/7/2022).

Dia berharap, Bunda Literasi dapat memberikan efek signifikan terhadap tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia.

Masyarakat yang berkualitas secara kognitif adalah masyarakat yang memiliki tingkat literasi baik. Untuk itu, pemerintah daerah Kota Palangka Raya diminta agar terlebih dulu membangun kualitas sumber daya manusia (SDM). Hal ini untuk mendukung pembangunan Smart City yang dikembangkan oleh Pemkot Palangka Raya.

“Kementrian Dalam Negeri menjelaskan bahwa Smart City (Kota Cerdas) adalah konsep kota secara terintegrasi dengan cakupan pembangunan yang luas termasuk dipadukan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,” ujarnya.

Dia menekankan, pembangunan Smart City harus diimbangi dengan pembangunan Smart People. Sehingga pembangunan budaya literasi menjadi indikator penting dalam pembangunan Smart City di Kota Palangka Raya.

Usai pengukuhan, Walikota Fairid berharap Bunda Literasi Kota Palangka Raya dapat menumbuhkembangkan dan membuat terobosan, terutama dalam memaksimalkan bonus demografi di kotanya. Disebutkan bahwa kota terluas di Indonesia tersebut memiliki bonus demografi usia produktif dengan indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi yakni 80, 82 persen. Disebutkan bahwa pihaknya akan memperbanyak titik baca, buku-buku, dan perpustakaan.

“Benar IPM kami tinggi, tapi apakah masyarakatnya sudah gemar membaca atau mudah mendapatkan buku bacaan? Di manapun pasti masih ada disparitas, apalagi kota ini tumbuh melalui jalur sungai. Untuk adik-adik, ayo kita mengajak saudara-saudara kita untuk membaca,” urainya.

Salah satu visi dan misi Kota Palangka Raya adalah Smart City yakni smart environment, smart society, dan economy. Menurutnya, konsep ini berkaitan erat dengan digitalisasi. Dia menekankan, Smart City bukan sekadar membangun kota secara fisik. Namun, kota harus mampu memudahkan hidup masyarakat, hingga tingkat rukun tetangga (RT).

“Misalkan di tingkat kelurahan atau RT, di mana ada permasalahan, yang harus disolusikan, dikoordinasikan, langsung ada jawabannya. Itu namanya mempermudah,” urainya.

Pada kesempatan tersebut, Walikota mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah mengalokasikan dana alokasi khusus (DAK) untuk renovasi Gedung Layanan Perpustakaan Daerah Kota Palangka Raya senilai Rp2 miliar. Dia mengaku gedung perpustakaan sudah bagus secara bangunan dan lokasi.

Sementara itu, Bunda Literasi berharap dapat membantu upaya peningkatan minat baca masyarakat, khususnya di tingkat keluarga. Dia mengajak masyarakat, khususnya orang tua, untuk semakin aktif mengajak anaknya giat membaca, baik di rumah maupun fasilitas membaca. Dia meyakini kegemaran membaca di keluarga akan meningkatkan kualitas anak.

“Kenapa perpustakaan penting bagi keluarga? Karena dari situlah anak mulai lahir hingga tumbuh kembang, belajar. Karena itu peran orang tua sangat penting untuk mengajarkan anak membaca,” tukasnya.

Saat ini, perpustakaan dinilai semakin menarik dengan beragam aktivitas. Dia menyebut, perpustakaan berdampingan dengan kegiatan lain. Apalagi, kini perpustakaan sudah bertransformasi secara inklusi. Perpusnas menjalankan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang dijalankan perpustakaan daerah.

“Perpustakaan zaman sekarang juga ada perpustakaan inklusi sosial. Di sini, perpustakaan memberdayakan masyarakat. Di PKK banyak ibu-ibu, perpustakaan bisa kerja sama dengan PKK dengan membina ibu-ibu, dipraktikkan langsung dan belajar langsung. Nanti ibu-ibunya bisa mempraktikkan sendiri dan bernilai ekonomis,” ujarnya.

Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca, Perpusnas, Adin Bondar, mengungkapkan, literasi merupakan kemampuan sementara kegemaran membaca adalah perilaku. Kedua hal tersebut dapat dibangun sejak dini.

“Jadi bahwa sejak hamil, 1.000 hari kehidupan manusia, itu bisa kita lakukan stimulus bagaimana anak itu menjadi individu yang memiliki struktur berpikir yang kuat. Kemudian tahun pertama hingga kelima itu disebut golden age. Di sana tumbuh 100 miliar neuron, di situ akan terbangun struktur berpikir anak,” urainya.

Dia menjelaskan, tidak ada satupun negara yang kuat, yang masyarakatnya tidak gemar membaca. Hal ini terjadi di negara-negara maju seperti Jepang atau di Benua Eropa, di mana masyarakatnya literat dan berpengetahuan.

“Sehingga mereka ketika membaca ada transfer of knowledge, struktur berpikir kristis sehingga orang itu menjadi inovatif, kreatif, dan produktif yang pada akhirnya menciptakan produk dan jasa untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya,” ungkapnya.

Untuk itu, konsep Smart City yang diusung Pemerintah Kota Palangka Raya, dinilainya membutuhkan masyarakat yang cerdas atau smart people. Kegemaran membaca merupakan unsur pembentuk. Dia menegaskan, literasi adalah kemampuan yang dapat dikembangkan terus menerus.

“Permasalahan di kita, Smart City itu berbasis teknologi semua, terintegrasi. Tapi bagaimana perilaku masyarakatnya? Gemar membaca gak. Ini persoalan. Jadi karena itu ketika kita berbicara Smart City, maka erat dengan smart people,” ucapnya.

Dia menambahkan, kegemaran membaca sangat penting karena studi menyatakan hal tersebut berdampak kepada konstruksi berpikir.

“Ketika sebuah keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah, ketika dibacakan buku cerita, dongeng, kepada anak itu, maka anak itu akan lebih berkembang, konstruktif berpikirnya,” pungkasnya.

Selain pengukuhan Bunda Literasi, juga berlangsung talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat untuk Kesejahteraan dengan tema Transformasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional.

Reporter & Fotografer: Hanna Meinita

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung