Pentingnya Pelestarian Bahan Koleksi Pustaka dan Memorabilia di Era Digital

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta -- Pelestarian bahan perpustakaan memegang peranan penting untuk mempertahanankan media dan informasi agar bertahan pada jangka waktu yang lama, dan dapat diturunkan pada generasi mendatang.

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, berdampak pada penyediaan dan pelestarian koleksi perpustakaan. Koleksi perpustakaan tidak hanya berupa koleksi tertulis saja tetapi juga koleksi terekam, seperti foto dan film.

Plt Kepala Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Made Ayu Wirayati mengatakan, perpustakaan sebagai penyimpan koleksi tentunya dihadapkan pada permasalahan cara merawat dan memelihara koleksi kuno dan langka.

Namun disisi lainnya mulai bermunculan koleksi dan bahan perpustakaan yang beragam. Baik dari segi media, format dan jenis bahkan telah hadir teknologi digital yang perlu dirawat dan dilestarikan.

"Preservasi menjadi sangat kompleks ketika harus mengantisipasi kebutuhan fisik dan informasi berkelanjutan di masa akan datang. Perubahan demografi kebutuhan dan budaya pengguna akan informasi yang semakin canggih dan praktis harus diimbangi dengan pembaharuan metode preservasi pada tiap media penyimpanannya," kata Made Ayu dalam Webinar Preservasi dan Alih Media, dengan tema "Relevansi Pelestarian Bahan Koleksi Pustaka dan Memorabilia pada Era Digital", Rabu (25/5/2022).

Sebagaimana tertuang dalam UU Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 9 butir c, menegaskan bahwa Perpusnas memiliki kewenangan untuk melakukan konservasi dan preservasi berupa alih media terkait koleksi perpustakaan.

Bahkan pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota diminta untuk mendukung pelestarian hasil budaya daerah masing-masing.

"Perpusnas mengajak seluruh elemen masyarakat untuk dapat melestarikan koleksi-koleksi yang sudah langka dan bernilai sejarah dalam rangka melestarikan warisan budaya bangsa," ungkapnya.

Peneliti dan Pengelola Digital Repository of Endangered dan Affected Manuscripts in Southeast Asia (DreamSEA), Ilham Nurwansah menyampaikan, banyak naskah kuno yang tersebar di Indonesia, khususnya yang dimiliki oleh masyarakat dengan kondisi yang memprihatinkan.

Sebagai warisan budaya bangsa, naskah tersebut memang perlu diselamatkan. Salah satu Non-Government Organization (NGO) DreamSEA membantu para pemilik untuk melestarikan naskah-naskahnya sekaligus melestarikan keanekaragaman kebudayaan dan agama dengan cara mendigitalkan naskah yang ada di Asia Tenggara.

"Kami bersifat aktif dengan mencari wilayah mana yang memiliki naskah dan kriteria terancam dan terdampak. Naskah tersebut didigitalkan dan dianalisis demi merawat dan melestarikan keragaman budaya. Kami pun bersinergi dengan Perpusnas dalam perawatan fisik naskah atau konservasi," ungkap Ilham.

Sedangkan, Kepala Perpustakaan - Arsip Digital CNN Indonesia, Yogi Hartono menyampaikan aksestabilitas menjadi faktor utama dalam melakukan digitasi. Ini dilakukan agar koleksi karya rekam dapat mudah didistribusikan dan dikelola.

 

"Meski begitu digitalisasi bukan pekerjaan akhir dari menyelamatkan karya rekam. Namun, karya rekam yang telah didigitasi ini tetap harus dilakukan preservasi atau yang dikenal dengan preservasi digital," ungkapnya.

Dikatakan, preservasi digital perlu dilakukan untuk mengatasi adanya virus, kerusakan software, keusangan media, data korup maupun kerusakan sistem integrasi.

"Digitalisasi memberikan kemudahan dalam penyebaran dan akses tetapi bukan menjadi pengganti karena daya tahannya terbatas. File digital rentan dengan virus dan lainnya. Justru yang bagus file tekstual karena lebih tahan lama," lanjut Yogi.

Senada, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD)Provinsi D.I. Yogyakarta, Monika NL mengatakan, alih media bahan pustaka bertujuan memperluas pemanfaatan bahan pustaka. Dari sebelumnya berbentuk fisik yang aksesnya terbatas, menjadi bentuk digital yang aksesnya menjadi lebih luas.

"Alih media bahan pustaka ini juga sekaligus menyelamatkan informasi yang terkandung dalam bahan pustaka bentuk analog dari kerusakan. Selain itu, kami juga melakukan alih bahasa dan aksara," katanya.

Monika menjelaskan, keterbatasan anggaran dan sumber daya pelaksana kegiatan menjadi kendala dalam proses alih media bahan pustaka. "Jumlah SDM kami di bidang pelestarian saat ini hanya tiga orang, tetapi Alhamdulillah kami pun mendapat tambahan tenaga PPPK di bidang pelestarian sebanyak empat orang," jelasnya.

Ditambahkan, saat ini DPAD DIY masih fokus dengan bahan pustaka dalam bentuk teks, sedangkan bahan pustaka dalam bentuk video dan audio masih belum tersentuh.

 

Reportase: Wara Merdeka

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung