Percepatan Reformasi Birokrasi Perpusnas Melalui Penguatan Agen Perubahan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta – Penguatan pada agen perubahan menjadi strategi Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dalam percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi (RB).  

Ketua Tim Reformasi Birokrasi Perpusnas Adin Bondar mengaku, capaian RB yang masih lambat dikarenakan adanya beberapa faktor. Maka, upaya yang dilakukan adalah melalui penguatan peran agen perubahan di tiap unit kerja.

"Agen perubahan menjadi sangat penting karena menjadi katalis, penggerak perubahan, pemberi solusi dan penghubung sumber daya yang ada sehingga konsep perubahan dapat berjalan dengan cepat," katanya pada gelar wicara Penguatan Agen Perubahan Perpusnas yang dilakukan secara daring, Selasa (13/7/2021).

Dikatakan, agen perubahan di tiap unit kerja maupun pada tingkat pusat sudah banyak menghasilkan rencana aksi, terobosan maupun inovasi. Seluruh rencana aksi ini menjadi parameter dalam pencapaian percepatan terhadap delapan area perubahan.

"Perlu adanya respon seluruh unit kerja maupun masyarakat terhadap rencana aksi yang dilakukan oleh agen perubahan untuk memberikan masukan. Agar rencana aksi ini lebih terarah dan terukur. Diharapkan dalam rencana aksi tersebut ada pembaruan yang tidak bersifat pada kegiatan rutinitas saja tetapi ada sebuah perubahan dalam rangka percepatan reformasi birokrasi," lanjutnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando meminta Tim RB untuk melakukan pencatatan dan pendokumentasian terhadap semua kegiatan yang dilakukan oleh agen perubahan untuk disampaikan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN RB).

"Untuk menjadi agen perubahan yang paling penting adalah adanya kesadaran individual. Sehingga perlu adanya perubahan dalam pola pikir maupun sistem," pesannya.

Sementara itu, Ketua Agen Perubahan Sekretariat Kabinet (Setkab) RI, Dhani Kurniawan menyampaikan ada tiga aspek Agen Perubahan yakni inovasi, agen perubahan menjadi contoh dan memberikan pengaruh dalam hal integritas dan taat peraturan, serta agen perubahan menjadi mediator untuk bawahan dan atasan sehingga terjalin komunikasi yang bagus dalam organisasi.

Dhani mencontohkan, inovasi besar yang telah dilakukan, diantaranya pelaksanaan sidang kabinet paripurna yang biasanya dilakukan secara tatap muka namun karena situasi pandemi  maka pertemuan tersebut dilakukan secara daring, selain itu risalah yang biasanya dicetak secara fisik namun saat ini disampaikan dalam bentuk digital dengan pengamanan yang berbeda.

"Agen perubahan di tempat kami tidak dibebankan dengan hal yang bersifat administrasi. Sehingga agen perubahan fokus dalam melakukan perubahan. Selain itu dukungan dari pimpinan sangat diperlukan untuk melakukan perubahan tersebut," ungkapnya.

Sedangkan Ketua Agen Perubahan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ernie S.A Soekotjo mengatakan, tiap agen perubahan di BPPT ditantang untuk membuat banyak inovasi. Inovasi melalui program perubahan yang tidak hanya diatas kertas tetapi program nyata yang benar dirasakan oleh pegawai maupun stakeholder.

"Dalam reformasi birokrasi komponen terbesar adalah reform atau perubahan, inilah yang ingin kita bangun melalui agen perubahan. Maka kami men challenge mereka untuk membuat banyak inovasi," katanya.

Dalam gelar wicara Penguatan Agen Perubahan Perpusnas ini juga menghadirkan agen perubahan Perpusnas yakni Edi Wiyono dan Aris Riyadi.

 

Reportase: Wara Merdeka

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung