Perpusnas Dorong Pemanfaatan Naskah Kuno untuk Masa Kini dan Mendatang

Perpusnas Dorong Pemanfaatan Naskah Kuno untuk Masa Kini dan Mendatang

Perpusnas Dorong Pemanfaatan Naskah Kuno untuk Masa Kini dan Mendatang

Jakarta, Pengarusutamaan naskah Nusantara menjadi salah satu program prioritas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Program ini bukan hanya tentang pendataan, konservasi dan preservasi terhadap naskah-naskah itu, tetapi yang terpenting pemanfaatan naskah melalui desiminasi isi naskah.

Demikian disampaikan Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dalam Webinar Kebangkitan Warisan Dokumenter Indonesia sebagai Memori Kolektif Dunia, yang diselenggarakan secara daring pada Selasa (20/5/2025).

Sebagai bagian dari upaya pelestarian dan pengenalan naskah kuno kepada generasi muda, Perpusnas memproduksi komik berbasis naskah-naskah warisan budaya. Melalui pendekatan visual yang lebih ringan dan menarik, komik diharapkan mampu menjangkau lebih luas kalangan pelajar dan masyarakat umum, serta menanamkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini.

Kepala Perpusnas menyampaikan, Perpusnas telah memproduksi 100 judul komik berdasarkan naskah Nusantara pada tahun lalu. Tahun ini, dalam rangka peringatan 200 tahun Perang Jawa atau Perang Diponegoro, Perpusnas sedang mempersiapkan 25 komik bertema Pangeran Diponegoro, dari masa kecil hingga wafatnya.

“Kami ingin masyarakat, terutama generasi muda, lebih mudah memahami ketokohan dan nilai-nilai perjuangan Pangeran Diponegoro,” ujarnya.

Komik ini direncanakan dapat selesai pada bulan Agustus-September, sehingga pada akhir tahun komik tersebut dapat diunggah di laman Perpusnas sehingga dapat dibaca oleh siapa pun yang ingin mengetahui sejarah Pangeran Diponegoro yang naskah Babad Diponegoro sudah masuk menjadi bagian dari Memory of The World (MoW) di Unesco.

Kepala Perpusnas mengatakan bahwa naskah kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian dari Jawa Barat telah resmi masuk dalam daftar MoW Unesco. Perpusnas akan terus berkolaborasi dengan pemerintah daerah seperti Provinsi Jawa Barat untuk mengembangkan pemanfaatan warisan budaya tersebut dalam konteks masa kini.

Sementara itu, Pustakawan Ahli Muda Aditia Gunawan mengatakan pengajuan naskah tersebut dilakukan oleh Perpusnas secara single nomination, karena manuskrip asli naskah ini tersimpan dan dirawat di Perpusnas.

"Naskah ini memiliki nilai universal yang sangat kuat, sehingga layak diakui Sebagai warisan dokumenter dunia," katanya.

Dia mengatakan naskah Siksa Kandang Karesian ditulis di atas media langka yakni daun gebang dengan menggunakan aksara kuno yang dikenal sebagai aksara Buda dan aksara Sunda kuno. Daun gebang, sebagai media tulis, tergolong langka karena hanya ditemukan pada sekitar 30 naskah di seluruh dunia.

Yang membuat naskah ini istimewa, lanjutnya, adalah keberadaan titimangsa (penanda waktu penulisan), menjadikannya satu-satunya naskah Sunda kuno yang mengandung informasi kronologis. Selain itu, bahasa Sunda kuno yang digunakan termasuk ragam bahasa yang telah punah dari tuturan, menjadikan dokumen ini sebagai sumber utama pelestarian kebudayaan Sunda pra-Islam.

Naskah ini tidak hanya penting dari sisi fisik dan linguistik, tetapi juga dari segi isi. Terdiri dari 24 bab, Siksa Kandang Karesian memuat ajaran-ajaran sosial, hukum, moral, spiritual, hingga tata pemerintahan masyarakat Sunda abad ke-15.

“Ini bisa disebut sebagai ensiklopedia masyarakat Sunda kuno. Salah satu babnya bahkan secara eksplisit menyebut lebih dari 21 profesi, hasil karya, serta ilmu yang dimiliki oleh para ahli di setiap bidang,” ujarnya.

Dengan kekayaan isi, kelangkaan media, dan nilai universal yang dikandungnya, Siksa Kandang Karesian dinilai layak untuk mendapatkan pengakuan sebagai warisan dokumenter dunia melalui program UNESCO.

“Bukan hanya untuk Sunda, bukan hanya untuk Indonesia, tapi untuk dunia. Karena nilai-nilai yang terkandung dalam naskah ini adalah warisan kemanusiaan,” pungkasnya.

 

Reporter: Wara Merdeka

Dokumentasi: Andri TK

Galeri