Perpusnas Dukung Diplomasi Budaya dan Perdamaian Global
Medan Merdeka Selatan, Jakarta- Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai institusi yang bertugas dalam pengelolaan pengetahuan, meyakini bahwa literasi bukan hanya soal kemampuan membaca tetapi literasi juga berbicara tentang bagaimana membangun pemahaman, toleransi dan juga kedamaian.
Demikian disampaikan Sekretaris Utama (Sestama) Perpusnas Joko Santoso pada acara "Dialog Perdamaian untuk Dunia” dalam rangka memperingati hari jadi ke-41 Indonesian Student Association for International Studies (ISAFIS) serta soft launching Jakarta School for Peace, Rabu (19/2/2025).
“Buku, berkala dan berbagai macam dokumen yang menjadi koleksi di Perpustakaan Nasional adalah sumber informasi penting untuk terus dikembangkan dan dikelola karena merupakan bagian dari dokumen sejarah dan juga warisan intelektual yang mengajarkan tentang nilai-nilai kemanusiaan dan juga kebersamaan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Sestama Joko menjelaskan Perpusnas juga aktif di dalam menjalin kerjasama dengan berbagai mitra internasional dalam upaya menciptakan dunia yang lebih damai dan sejahtera.
“Dalam posisi yang netral, Perpustakaan Nasional aktif membangun sinergi dengan perpustakaan-perpustakaan di dunia, lembaga riset, serta juga organisasi internasional. Kami percaya bahwa dengan memperkuat akses terhadap informasi dan pengetahuan, dapat meningkatkan kecakapan literasi, dapat membantu mengurangi konflik dan juga memperkuat rasa saling pengertian, rasa saling memahami antar warga dan bangsa,” tuturnya.
Selain itu, Sestama Joko menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada World Peace Messenger Foundation, ISAFIS serta seluruh pihak yang telah menggagas acara ini.
“Kami merasa terhormat dapat menjadi tuan rumah dalam forum yang sangat relevan ini, yang menyoroti pentingnya diplomasi budaya, pengelolaan sumber daya air, dan peran perempuan dalam menciptakan perdamaian global,” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini, Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon mengutarakan bahwa diplomasi budaya merupakan salah satu bentuk kekuatan lunak (soft power) yang memiliki dampak besar dalam hubungan antarnegara.
“Indonesia dikaruniai kekayaan budaya yang sangat kaya luar biasa. Bukan bukan hanya diversity, tapi kekayaan budaya Indonesia itu saya sebut sebagai megadiversity karena dari Aceh sampai Papua ekspresi-ekspresi budaya kita itu luar biasa beragamnya. Namun, menurut saya ini kekayaan yang belum kita maksimalkan sebagai soft power dalam hubungan internasional,” jelasnya.
Menurutnya, dengan berbagai keragaman ekspresi budaya megadiversity, dan peradaban kuno yang ditemukan di wilayah Indonesia seharusnya hal-hal tersebut menjadi identitas dan jati diri bangsa Indonesia itu sendiri.
“Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, kita ingin melakukan suatu reinventing Indonesia’s identity. Jadi menemukan kembali identitas budaya kita dan jika kita bisa bergerak dari situ maka kita akan mempunyai sebuah identitas yang kokoh yang kuat di dalam proses nation and character building kita,” ungkapnya.
Reporter: Anastasia Lily
Dokumentasi: Aditya Irfan
Galeri
