Perpusnas Selenggarakan FGD Sejarah Perpustakaan dari Masa ke Masa

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta—Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI menyelenggarakan Focus Group Discussion #4 yang mengangkat tema “Sejarah Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan di Indonesia dari Masa ke Masa” dilaksanakan secara virtual. Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas Teguh Purwanto. Diskusi menghadirkan Pustakawan Ahli Madya Perpusnas Atikah dan guru besar Ilmu Perpustakaan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Sulistyo Basuki.

Dalam paparannya, Atikah menjelaskan tokoh yang terlibat pada masa awal pembentukan Perpusnas salah satunya adalah Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka yang merupakan budayawan, ilmuwan Jawa, filolog otodidak, dan pakar Jawa Kuno.

Atikah menambahkan awal terbentuknya Perpusnas dimulai dari kerja sama dengan UNESCO pada 1949 untuk membangun perpustakaan di berbagai desa. Kemudian dilanjutkan dengan pendirian Biro Perpustakaan termasuk Badan Bibliografi Nasional RI.

Pada akhirnya, Rencana Nasional Pengembangan Perpustakaan Nasional dilanjutkan dengan Pendirian Lembaga Perpustakaan atau Badan Nasional Pengembangan Perpustakaan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 095 Tahun 1967. Pada tahun 1970, pendirian “Yayasan Perpustakaan Nasional” dilakukan, yang tugasnya adalah mempersiapkan berbagai hal demi terwujudnya sebuah “Perpustakaan Nasional”.

“Sebelum menjadi salah satu perpustakaan tertinggi, Indonesia pernah menjadi satu-satunya negara di kawasan Asia Tenggara yang belum mempunyai Perpustakaan Nasional,” tuturnya.

Sementara Sulistyo Basuki dalam paparannya menjelaskan mengenai Raden Patah, seorang pustakawan yang tidak banyak dikenal khalayak. Raden Patah merupakan pustakawan otodidak yang menjadi perantara perpustakaan yang dikunjungi di pulau Jawa dan Sumatera.

Pada 1953, atas biaya UNESCO, AGW Dunningham (New Zealand) datang ke Indonesia untuk memberikan konsultasi di bidang bibliografi dan perpustakaan. Laporannya berjudul A report on a survey and recommendation for the establishment of a national library service in Indonesia. Laporan itu dibuat dengan pendamping Raden Patah, kepala Perpustakaan Negara Yogyakarta.

Laporan tersebut menyarankan sistem perpustakaan nasional serta pembentukan Dewan Perpustakaan Nasional. Saran ini diterima dalam Kongres Perpustakaan Seluruh Indonesia 1954 yang mengusulkan kepada Menteri PPK. Yang pada akhirnya Mr. Muh Yamin membentuk Dewan Perpustakaan Nasional pada 1955.

“Dunningham itu orangnya tinggi, yah tingginya sekitar 190an mungkin, saya pernah bertemu beliau di tahun 60-an,” tutur Sulistyo Basuki saat menjelaskan tentang Dunningham. Perpustakaan Nasional sangat beruntung bisa menghadirkan narasumber yang juga menjadi saksi sejarah lahir dan terbentuknya Perpustakaan Nasional Indonesia.

Reporter: Syifa Azka Layalia

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung