Perpustakaan Harus Memanfaatkan Teknologi Informasi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Belitung–Perpustakaan Nasional menggelar kegiatan Sosialisasi Perpustakaan bersama Sastrawan di Kabupaten Belitung bertempat di Hotel Bahamas pada Rabu (21/3). Hadir sebagai narasumber pada acara tersebut sastrawan Hazirianjaya, penulis Wahyu Kurniawan, Sekretaris Utama Perpustakaan Nasional Dedi Junaedi dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Belitung Rafelli.   

Dalam sambutannya Dedi Junaedi mengatakan bahwa teknologi berkembang sangat pesat dan tidak dapat dibendung. Informasi sangat mudah diperoleh terutama setelah kehadiran internet dan handphone. Oleh karena itu, perpustakaan memanfaatkan teknologi untuk menyediakan informasi dalam bentuk digital bagi pemustaka. “Perpustakaan harus hadir dengan teknologi informasi, sebagai contoh Perpustakaan Nasional telah menyediakan ipusnas yang dapat diakses masyarakat luas melalui handphone”, tambah Dedi.

Rafelli juga sependapat dengan Dedi mengenai pentingnya perpustakaan mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Hal tersebut dapat dilihat dari menurunnya oplah surat kabar tercetak sebagai akibat dari kecenderungan masyarakat yang beralih ke media digital untuk memperoleh informasi. Perpustakaan daerah Belitung baru dapat menyediakan literatur tercetak dan belum dapat menyediakan literatur dalam bentuk digital untuk pemustaka karena masih menghadapi banyak kendala. Kondisi tersebut seharusnya mendorong masyarakat untuk memperbanyak literasi, terutama literasi non fiksi dengan konten budaya lokal yang dirasakan masih kurang.

Hal senada juga disampaikan oleh sastrawan Hazirianjaya yang menceritakan teknologi berubah seiring dengan perubahan zaman. Namun, masih ada hal yang perlu untuk dipertahankan yaitu konten mengenai budaya lokal. Dengan memanfaatkan teknologi informasi, kearifan budaya lokal tersebut dapat cepat tersebar di kalangan masyarakat.  Dalam kesempatan tersebut, Wahyu mengungkapkan bahwa generasi milenial memiliki pendekatan literasi dan budaya dengan bahasanya sendiri melalui media sosial. Oleh karena itu, fenomena tersebut harus dimanfaatkan dengan meng-endorse mereka untuk mengembangkan literasi atau menjadikannya duta untuk perpustakaan karena telah menjadi role model di kalangan generasi milenial.

Selain itu, diperlukan peran guru dan keteladanan orang tua dalam mengembangkan literasi dan memupuk minat baca anak, terutama generasi milenial yang semakin cenderung tergantung pada internet saat mencari informasi. Literasi itu sendiri bukan hanya mampu membaca dan menulis, tetapi juga mampu memahami secara mendalam sehingga generasi muda tidak akan terjebak informasi yang menyesatkan.

Reportase: Eka Cahyani

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung