Perpustakaan Khusus Merespons Kondisi Pandemi Covid-19  

Perpustakaan Khusus Merespons Kondisi Pandemi Covid-19   

Perpustakaan Khusus Merespons Kondisi Pandemi Covid-19  

Jakarta—Pandemi Covid-19 memicu kreativitas dan inovasi perpustakaan untuk mengoptimalkan layanannya kepada masyarakat.

Implementasi inovasi perpustakaan tersebut dirangkum dalam buku antologi bertajuk Perpustakaan Khusus vs Covid-19. Buku terbitan Perpusnas Press yang memuat tulisan 17 pustakawan dari perpustakaan khusus tersebut memuat upaya para pustakawan dan perpustakaan dalam merespons kondisi pandemi yang membatasi mobilitas fisik masyarakat.

Editor sekaligus salah satu penulis buku Ashry Noviana Fajry menyatakan, ragam inovasi dan kreasi dibuat para pustakawan perpustakaan khusus sejak pandemi Covid-19 diumumkan pada pertengahan Maret 2020. Pustakawan Diklat Kementerian Perdagangan ini menambahkan, dia dan rekannya dari Forum Perpustakaan Khusus Indonesia (FPKI) berupaya mendokumentasikan momen ini.

“Karena ini kayak momen yang langka banget gitu, semua orang tiba-tiba banyak melakukan inovasi dan kreasi dalam waktu yang cukup cepat gitu. Dan kita juga kayak harus cepet juga untuk mendokumentasikan semuanya dan mengajak teman-teman untuk menulis di buku ini,” ujarnya dalam Diskusi dan Bedah Buku ‘Perpustakaan Khusus vs Covid-19’ yang diselenggarakan dalam rangka HUT ke-2 Perpusnas Press, pada Kamis (29/7/2021).

Salah satu penulis buku Chaidir Amir mengakui pengembangan layanan daring dilakukan Perpustakaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi agar tetap bisa melayani masyarakat. Layanan daring menjadi layanan utama, dari yang sebelumnya sebagai layanan pelengkap.

Sejumlah perbaikan dilakukan seperti menguatkan repositori, mulai dari sisi infrastuktur, manajemen, hingga sistem otomasi yang dikembangkan menjadi perpustakaan digital. Interaksi dengan pemustaka pun semakin intensif karena sosialisasi layanan sepenuhnya dilakukan melalui media sosial dan secara daring.

“Dan saya pikir, kalau kita menuangkan ini ke dalam bentuk tulisan, ini akan menjadi catatan sejarah sendiri ya bagi perpustakaan. Pandemi ini bener-bener mengubah tatanan, termasuk tatanan kerja dan kultur di perpustakaan,” jelas pustakawan di Kemendikbudristek tersebut.

Salah satu penulis yang merupakan pustakawan Badan Standardisasi Nasional Muhammad Bahrudin berharap hasil karyanya bisa memperkaya khazanah literasi masyarakat Indonesia. Buku ini bisa menjadi dokumentasi narasi sejarah tentang inovasi perpustakaan khusus pada masa pandemi Covid.

“Saya menulis bersama rekan pustakawan BSN tentang Pesta Online di Masa Pandemi. Pesta Online ini singkatan dari Pemesanan Standar Online. Layanan ini memungkinkan pengguna memesan dokumen standar baik SNI ataupun non-SNI secara online,” jelasnya.

Laman Pesta Online diluncurkan secara resmi pada Januari 2020. Tidak lama berselang, Indonesia diumumkan dalam kondisi pandemi pandemi Covid-19. Dalam karya tulisnya, Bahrudin menyebut, layanan perpustakaan BSN berupaya relevan dengan kondisi pandemi.

Sementara itu, Pemimpin Redaksi Perpusnas Press Edi Wiyono menyatakan buku ‘Perpustakaan Khusus vs Covid-19’ merupakan karya tulis yang dibuat para pustakawan di FPKI dan diterbitkan pihaknya. Dia menegaskan, diseminasi konten buku harus dilakukan agar proses penulisan tidak terbatas pada knowledge capture, tapi hingga transfer knowledge.

“Nah ini juga sedang kami laksanakan, kami bukan hanya menyimpan karya penulis, tapi juga mentransfernya. Makanya kami punya tagline, tulis, terbit, sebarkan. Ini sejalan dengan teman-teman FPKI, kisah-kisah inspiratif mereka, itu luar biasa. Proses diseminasinya harus diperkuat,” urainya.

Dia menambahkan, buku terbitan Perpusnas Press diterbitkan dalam format digital dan bisa diakses serta diunduh masyarakat melalui laman resmi Perpustakaan Nasional RI. Terbitan dalam format digital ini diharapkan memudahkan masyarakat, terutama di daerah, dalam mengakses sumber bacaan yang dinilai masih minim.

Sebagai informasi, perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pengguna atau pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lainnya.

Reporter: Hanna Meinita

 

Galeri