Pustakawan Diminta Berperan Aktif Tangkal Isu Hoax

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Peran pustakawan semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Di tengah perkembangan dunia digital, pustakawan diminta untuk peduli terhadap kondisi sosial masyarakat. Pustakawan didesak untuk ambil bagian dalam menyajikan informasi dan referensi yang valid untuk menangkal informasi yang sesat atau hoaks.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Dedi Junaedi saat pembukaan Seminar “Peran Pustakawan dalam Mobilisasi Pengetahuan untuk Masyarakat” yang diselenggarakan Pengurus Daerah IPI DKI Jakarta, di Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional, Jl. Medan Merdeka Selatan, Jakarta, pada Rabu (18/4).

Menurut Dedi, profesi pustakawan harus bisa mengembangkan keterampilan informasi literasi digital kepada masyarakat. Sehingga dengan demikian, setiap individu memiliki keterampilan literasi yakni kemampuan dalam mencari informasi, menemukan, mengevaluasi, membuat, memaparkan, hingga menyebarkan kembali informasi tersebut.

“Dengan menerapkan ketrampilan literasi informasi yang baik, sangat diharapkan terciptanya masyarakat yang inovatif, mengetahui secara akurat informasi yang dibutuhkan, mengggunakan informasi terefektif atau mampu mengikuti perkembangan informasi dan teknologi, dan menyikapi perkembangan tersebut,” urai pustakawan ahli utama Perpusnas tersebut.

Hal ini diamini Ketua Dewan Pembina IPI Muhammad Syarif Bando. Menurut Syarif, pustakawan memiliki peran vital sebagai penggerak ilmu pengetahuan dan membentuk peta dunia. “Bagaimana Tiongkok memiliki suatu konsep pengetahuan 220 tahun sebelum Masehi, bagaimana 3000 tahun Sebelum Masehi Mesopotamia, sudah berjaya dengan perpustakaannya,” jelasnya.

Karenanya, pustakawan diminta mengikuti ritme kondisi masyarakat yang terus bergerak mengikuti perkembangan dunia digital. Menurutnya, pustakawan harus mengubah perspektif dalam memandang profesinya dengan terus berperan aktif demi tercapainya mobilisasi pengetahuan. Dengan begitu, profesi pustakawan akan mendapat pengakuan di masyarakat.

“Bagaimana pustakawan terbukti mengubah kehidupan masyarakat. Walaupun implementasi teknologi serbaguna yang sangat sederhana, tapi paling tidak itu harus mengubah. Yang akan dikedepankan perpustakaan, pustakawan adalah seberapa banyak masyarakat yang mengakui bahwa kehadiran pustakawan berguna. Tidak bisa lagi menghadirkan cataloger, klasifikasi, buku-buku berdebu lagi dilaminating, lagi dijilid,” tuturnya.

Melalui seminar ini, kompetensi dan kapasitas para pustakawan diharapkan semakin meningkat dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman dan menjadikannya sebagai peluang dalam mengembangkan profesi dan perpustakaan.

Seminar “Profesi Pustakawan dalam Komunitas Generasi Milenial” diisi dengan pemaparan dari tiga narasumber yakni Lasmo Sudarmo dengan presentasi “E-mobile Library dan Peran Pustakawan untuk Mobilisasi Pengetahuan ke Generasi Milenial, Ismail Fahmi yang memaparkan “Indonesia One Search (IOS) dan Peran Pustakawan dalam Gerakan Open Access Pengetahuan Indonesia”, dan Anton Lucanus dengan “Neliti, sebagai Data Base Pendukung Riset Kebijakan Indonesia”.

Reportase: Hanna Meinita

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN