Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Ketua Umum Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia (FPPTI) Mariyah mengatakan kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) memaksa perpustakaan perguruan tinggi mengatur layanan dan akses secara daring. Kebijakan Kampus Merdeka juga membuat bahan bacaan di perguruan tinggi harus dapat diakses bersama dengan mahasiswa dari perguruan tinggi yang terafiliasi.
Namun, kondisi pandemi Covid-19 juga membuat koleksi bahan bacaan mengalami perubahan. Saat ini, Mariyah menjelaskan kampus mengurangi anggaran pengadaan bahan bacaan karena dialokasikan untuk penyediaan protokol kesehatan untuk Covid-19.
Lebih lanjut Mariyah mengungkapkan standar bahan bacaan di perguruan tinggi adalah koleksi (bahan bacaan) di perpustakaan PT harus memenuhi keragaman jenis koleksi, jumlah yang tersedia, dan pengembangannya. Jenis koleksi tercetak dan digital, karya rekam untuk koleksi buku wajib mata kuliah, bacaan umum, referensi, terbitan berkala, muatan lokal, laporan penelitian, dan grey literature.
Menurutnya, jumlah bahan bacaan (koleksi) buku wajib mata kuliah tiga judul, buku pengayaan dua kali buku wajib, jurnal ilmiah dua judul per program studi, majalah ilmiah minimal satu judul per program studi, koleksi audio visual dan e-resources disesuaikan dengan kebutuhan dan local content (karya ilmiah civitas akademika). Selain itu, penambahan jumlah dan jenis bahan bacaan setiap tahunnya minimal tiga persen dari total koleksi yang ada.
“Peran FPPTI dalam menyiapkan bahan bacaan menuju perguruan tinggi menulis yakni konsorsium e-resources FPPTI, MoU TAF, MoU dengan Perpustakaan Nasional RI, sosialisasi e-Journal Kemenristek Dikti, Materi Literasi: e-resources dan e-library Perpustakaan Nasional,†ungkapnya dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan Tahun 2021 dengan tema “Integrasi Penguatan Sisi Hulu dan Hilir Budaya Literasi Dalam Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural†yang digelar secara virtual pada Selasa (23/3/2021).
Dia menjelaskan PT menulis bertujuan meningkatkan pemeringkatan dalam World University Ranking. Beberapa PT di Indonesia, berupaya memiliki reputasi internasional dan masuk dalam jajaran universitas berkelas dunia. “Perguruan tinggi menulis sebagai persyaratan naik pangkat atau jabatan (dosen/peneliti), sementara untuk untuk mahasiswa adalah persyaratan kelulusan (wisuda),†ucapnya.
Maka dari itu, fasilitas yang dibutuhkan untuk memberikan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka merupakan bagian dari sarana prasarana yang harus tersedia di perpustakaan. Namun hal tersebut juga harus didukung dengan budaya menulis dan kesempatan untuk menyalurkan tulisannya.
“Lahirnya budaya menulis di perguruan tinggi perlu dilakukan tidak hanya dalam jangka pendek, namun perlu dibuat untuk jangka panjang, sehingga budaya tersebut menjadi warisan yang akan terus dilahirkan oleh setiap generasi dan tulisannya bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia,†tutupnya.
Saat ini, jumlah perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia mencapai 6.552 (3,98 persen) dari 164.610 perpustakaan di Indonesia. FPPTI merupakan wadah kerja sama perpustakaan perguruan tinggi yang berkarakter, unggul, berintegritas, terpercaya, dan mempunyai reputasi di tingkat nasional, regional, dan internasional.
*Laporan Tim Humas Perpustakaan Nasional RI