Sambut Usia 45 Tahun, Perpusnas Luncurkan Program Inovasi KKN Tematik Literasi dan Relima
Jakarta, - Di hari jadinya ke-45 tahun, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) meluncurkan Program Kuliah Kerja Nyata Tematik Literasi dan Relawan Literasi Masyarakat (Relima).
Dalam peluncuran yang dilakukan bersama Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK), Pratikno dan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Fauzan, Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz mengatakan program inovasi ini menjadi langkah Perpusnas dalam penguatan kemitraan strategis yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah, baik lembaga pemerintah maupun swasta, baik kelompok maupun perorangan.
“Kami memandang bahwa program mencerdaskan kehidupan bangsa adalah projek besar bersama bangsa yang tidak hanya menjadi tugas sekelompok pihak, tetapi harus digarap secara gotong-royong,” ungkapnya pada puncak perayaan HUT ke-45 Perpusnas di Jakarta, Jumat (16/5/2025).
KKN Tematik Literasi menjadi program Perpusnas bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) yang melibatkan 22 perguruan tinggi. “Program ini menggarap peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi di 1.000 desa/kelurahan akan melibatkan sekitar 15 ribu mahasiswa, ratusan dosen dan pustakawan di masing-masing wilayah,” imbuhnya.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikti Saintek), Fauzan, mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya institusi Pendidikan tinggi, untuk berperan aktif dan membangun budaya literasi.
“Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Literasi bukan hanya tanggung jawab perpustakaan, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa,” ujarnya.
Lebih lanjut, Wamendiktisainek Fauzan menegaskan kampus harus mampu berkontribusi langsung dalam mengatasi persoalan sosial di lingkungan sekitarnya.
“Kampus tidak boleh hanya menjadi menara gading. Keberadaan kampus harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Kalau kampusnya bagus, tapi masyarakatnya miskin dan penuh masalah, maka tanggung jawab sosial kampus itu dipertanyakan,” katanya.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan RI (Menko PMK), Pratikno, menjelaskan pentingnya tradisi membaca buku bagi anak-anak.
“Karena buku dapat membuat anak-anak berpetualang, bisa menginspirasi, bisa berpikir secara jenak dan juga berpikir bagaimana sesuatu dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Sementara itu, Relima menjadi program yang akan melibatkan para relawan di 189 kabupaten/kota dalam pengembangan program budaya baca dan kecakapan literasi. “Inisiatif ini akan menggerakan para relawan untuk memonitor pemanfaatan buku yang kita sebarkan di 10 ribu lokasi yang masing-masing mendapat 1000 buku. Mereka akan bergerak bersama dengan taman baca masyarakat dan pemerintah desa,” jelasnya.
Pratikno menjelaskan, saat ini Kemenko PMK memotori gerakan bijak dan cerdas di era dunia digital terutama dalam penggunaan Artificial intelligence. Peran pustakawan dan peran mentradisikan membaca buku juga menjadi jauh lebih penting sekarang ini sebagai upaya meminimalisir dampak negatif dunia digital.
Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak terbiasa dengan menerima informasi yang terpotong-potong, tidak terbiasa dengan scrolling yang mengambil keputusan secara instan tapi membiasakan membaca buku secara tenang, berpikir reflektif, inspiratif, mendalam dan bersikap kritis.
“Pondasinya adalah critical thinking dan critical thinking hanya bisa dicapai dengan membaca secara utuh, bukan scrolling mindless; bukan scrolling tanpa berpikir dan menjaga anak-anak untuk tidak terjebak dengan screen time yang terlalu lama,” jelasnya.
Di usianya saat ini, Perpusnas juga berhasil mencatat sejumlah prestasi lain. Salah satunya penetapan koleksi Perpusnas naskah Sang Hyang Siksa Kandang Karesian dan Karya-karya Hamzah Fansuri sebagai Memory of the World dalam Sidang Dewan Eksekutif UNESCO ke-221 di Paris, Prancis.
Secara khusus, Perpusnas memilih tema peringatan tahun ini sejalan dengan penetapan visi baru yakni “Perpustakaan Hadir Demi Martabat Bangsa”. Visi ini menjadi doktrin baru perpustakaan dalam mengukuhkan jati diri dan fungsi perjuangannya untuk ikut mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.
Perpusnas ingin hadir secara nyata mengawal pembangunan literasi agar upaya mencapai martabat tinggi derajat bangsa ini dapat terwujud melalui upaya bersama.
Reporter dan Fotografer: Tim Humas