Wamendiktisaintek: Literasi Adalah Tanggung Jawab Bersama
Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Dikti Saintek), Fauzan, mengajak seluruh elemen bangsa, khususnya institusi Pendidikan tinggi, untuk berperan aktif dan membangun budaya literasi.
Demikian disampaikan pada Puncak Perayaan HUT ke-45 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sekaligus Peluncuran KKN Tematik Literasi dan Relawan Literasi Masyarakat (RELIMA), Jumat (16/05/2025).
Mengutip pepatah Arab "Al-‘Ilmu Nūr, wal-Jahlu Ẓulmah" yang berarti “Ilmu adalah cahaya, dan kebodohan adalah kegelapan”, Wamen Fauzan menyatakan ilmu pengetahuan sebagai fondasi kebahagiaan dan kesuksesan di dunia maupun akhirat.
Dia juga menekankan bahwa dalam konteks kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama, keberadaan pusat literasi seperti perpustakaan tidak bisa diabaikan.
"Perpustakaan sebagai sumber belajar tentu tidak harus dimaknai secara fisik tapi harus dimaknai secara luas," ungkapnya.
Wamen Fauzan, menyatakan, keprihatinannya terhadap rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Berdasarkan data UNESCO, tingkat minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen, atau hanya satu dari 1.000 orang yang rajin membaca.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 juga menunjukkan bahwa hanya sekitar 10% penduduk yang gemar membaca buku, bukan sekadar pesan singkat atau media sosial.
“Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Literasi bukan hanya tanggung jawab perpustakaan, tetapi tanggung jawab kolektif seluruh elemen bangsa,” ujarnya.
Atas hal tersebut, Perpusnas bekerja sama dengan Kemendikti Saintek melalui program Kampus Berdampak, membuat satu program strategis KKN Tematik Literasi. Program ini merupakan bentuk nyata pengabdian kepada masyarakat yang berfokus pada penguatan budaya baca dan kecakapan literasi.
Lebih lanjut, Wamen Fauzan menegaskan kampus harus mampu berkontribusi langsung dalam mengatasi persoalan sosial di lingkungan sekitarnya.
“Kampus tidak boleh hanya menjadi menara gading. Keberadaan kampus harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Kalau kampusnya bagus, tapi masyarakatnya miskin dan penuh masalah, maka tanggung jawab sosial kampus itu dipertanyakan,” katanya.
Wamen Fauzan menambahkan, melalui Kampus Berdampak, perguruan tinggi diharapkan mampu menjadi problem solver terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.
"Kampus harus menjadi problem solver terhadap persoalan yang ada di masyarakat salah satunya adalah problem baca yang ada di Indonesia," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Perpusnas E. Aminudin Azis menjelaskan KKN Tematik Literasi sebagai wujud kemitraan dengan Kemendikti Saintek yang akan menggarap peningkatan budaya baca dan kecakapan literasi di 1.000 desa/kelurahan.
"Program ini melibatkan 22 perguruan tinggi, yang akan menurunkan sekitar 15 ribu mahasiswa, ratusan dosen dan pustakawan di masing-masing wilayah," jelasnya.
Acara HUT ke-45 Perpusnas juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno; Kepala Arsip Nasional RI, Mego Pinandito; Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Hafidz Muksin; Sekretaris Utama (Sestama) Perpusnas, Joko Santoso; plt. Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas, Ofy Sofiana; Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Adin Bondar.
Reporter: Wara Merdeka
Dokumentasi: Tim Humas Perpusnas
Galeri
