Bukan Sekadar Bicara, Perpusnas Latih Agen Perubahan Kuasai Komunikasi Efektif
Salemba, Jakarta – Dalam konteks organisasi, komunikasi yang buruk bisa menjadi hambatan utama dalam menghadapi perubahan. Oleh karena itu, “Pelatihan Komunikasi Efektif bagi Agen Perubahan” menjadi ruang strategis untuk memperkuat kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menyampaikan makna secara jelas, efektif, dan kontekstual.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas), E. Aminudin Aziz, saat membuka kegiatan yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Perpusnas pada Senin (26/5/2025), di Aula Serba Guna Gedung Perpusnas, Salemba, Jakarta. Pelatihan ini akan berlangsung hingga 13 Juni 2025.
Aminudin menegaskan bahwa komunikasi efektif tidak cukup hanya mengandalkan tuturan verbal, tetapi juga melibatkan nada suara, gestur, ekspresi wajah, hingga konteks ruang dan waktu. Ia menyebut bahwa kegagalan komunikasi sering kali muncul akibat kurangnya pemahaman terhadap unsur segmental dan suprasegmental.
“Komunikasi efektif dibangun oleh orang-orang yang sehat akal, konsisten secara logika, dan memahami konteks yang relevan. Bukan sok tahu seperti paranormal,” tegasnya.
Ia mencontohkan bagaimana kata sederhana seperti “iya” atau “yes” bisa memiliki nuansa makna berbeda tergantung nada dan konteks penggunaannya. Bahkan, komunikasi non-verbal seperti isyarat tangan pun bisa menimbulkan salah tafsir antarbudaya, seperti pengalamannya saat kuliah di Australia.
“Kalau dalam budaya kita, gerakan tangan untuk memanggil itu begini, tapi dalam budaya lain bisa diartikan sebagai ‘go away’. Ini menunjukkan pentingnya memahami konteks budaya dan linguistik secara menyeluruh,” terangnya.
Dalam birokrasi, lanjutnya, bentuk komunikasi melalui penulisan surat atau dokumen resmi harus bersifat self-explaining dan self-contained. “Tempatkan diri kita sebagai penerima surat, bukan pembuatnya. Kalau orang yang menerima surat masih bingung dengan maksudnya, maka surat itu gagal menyampaikan makna,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Aminudin juga memperkenalkan empat pola wacana lintas budaya, di antaranya linier (umum di Barat), sirkuler (diadopsi masyarakat Asia seperti Indonesia), digresif (umum dalam budaya Jerman), dan paralel (dalam budaya Arab). Menurutnya, penting dipahami untuk menyesuaikan gaya komunikasi dengan audiens.
“Pola berpikir dan berbicara orang Indonesia itu cenderung sirkuler, berputar-putar. Kita harus memahami hal ini, terutama dalam konteks akademik dan birokrasi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Aminudin menekankan empat unsur fundamental dalam komunikasi, seperti speaker, hearer, utterance, dan context, yang harus saling sinkron agar pesan bisa dipahami secara utuh dan tidak disalahartikan.
Selain membahas komunikasi, Aminudin juga menyinggung pentingnya kesiapan dalam menghadapi perubahan. Menurutnya, perubahan adalah keniscayaan yang harus direspons secara aktif dan reflektif.
“Perubahan itu pasti dan tidak bisa dihindari. Kita harus siap mengawal perubahan, bukan hanya menjadi pengikut arus. Dan itu tugas agen perubahan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pusdiklat Perpusnas, Triani Rahmawati, menyatakan bahwa pelatihan ini merupakan program perdana yang digelar secara integratif lintas unit kerja. “Alhamdulillah, ini merupakan kegiatan baru yang menjadi bagian dari pembangunan kompetensi ASN di lingkungan Perpusnas,” katanya.
Ia menekankan dua aspek utama yang membuat pelatihan ini istimewa: keterlibatan seluruh unit sebagai mentor dan penerapan metode 10-20-70 dalam proses pembelajaran. Metode yang dimaksud ini terdiri dari 10% pembelajaran formal, yang dilaksanakan secara klasikal/luring selama dua hari, yaitu 26 dan 27 Mei 2025.
Sementara 20% pembelajaran sosial, melalui kegiatan interaktif, diskusi, dan coaching. Dan 70% pembelajaran eksperiensial, artinya peserta langsung mengimplementasikan materi pelatihan dalam konteks pekerjaan sehari-hari di unit kerja masing-masing sejak 28 Mei hingga 12 Juni 2025.
Triani menambahkan, keberhasilan pelatihan ini sangat bergantung pada kolaborasi seluruh pihak. “Kami mengharapkan dukungan penuh dari para pimpinan unit kerja untuk menjadi mentor aktif dalam proses aktualisasi, serta memberikan evaluasi dan umpan balik agar pelatihan ini benar-benar berdampak,” pungkasnya.
Pelatihan ini diikuti oleh 34 peserta dari seluruh unit kerja Perpusnas, termasuk UPT daerah. Sejumlah narasumber dan coach profesional seperti Leila Fajrie (ANFA), Fauzan Dwi Kurniawan, Maharani Lelasari, dan Rudi Hernanda turut membekali peserta dengan materi seputar teknik komunikasi efektif, komunikasi asertif, mendengarkan aktif, dan aktualisasi nilai perubahan di tempat kerja.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa
Dokumentasi: Antri T. Kurnia
Galeri


