Cerdas dalam Literasi Digital, Memilah Informasi yang Bermanfaat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Sekayu, Musi Banyuasin - Derasnya arus informasi palsu di era teknologi yang berkembang pesat saat ini, bisa dibendung melalui kecerdasan dalam berliterasi digital. Pemahaman literasi digital menunjukkan kemampuan dalam memilah informasi yang berguna dan diperlukan, atau merugikan. Kecakapan literasi secara digital bermanfaat tidak hanya untuk kehidupan pribadi, tapi juga dalam kehidupan sosial. Hal ini disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpustakaan Nasional Woro Titi Haryanti dalam Talkshow Interaktif Literasi Digital Kabupaten Musi Banyuasin bersama Duta Baca Indonesia, Najwa Shihab, di Opproom Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin, Sekayu, pada Kamis (12/12/2019).

“Literasi digital bisa menghindarkan kita dari kasus hukum. Dengan kita upload di medsos, tanpa kita sadari kalau upload sesuatu yang tidak cerdas, tidak hati-hati, maka kita akan terkena kasus hukum. Sudah banyak kasus seperti ini. Karenanya kita harus cerdas. Karena banyak informasi berserakan dan kita harus pandai memilih, informasi mana yang kita perlukan,” ujar Deputi Woro.

Bahkan Deputi Woro menilai, individu yang bisa mengolah dan memahami informasi dengan baik, akan mendapatkan keuntungan. Informasi yang bermanfaat tersebut bisa diakses secara digital melalui koleksi perpustakaan. "Setelah kita paham, informasi tersebut kita olah atau berinovasi menjadi karya kita. Kemudian kita viralkan hasil kita. Jadi ini sisi positifnya,” jelasnya.

Najwa Shihab menilai, tantangan terbesar dunia saat ini adalah menangkal peredaran hoaks. Menurutnya, hoaks ‘menjangkiti’ seluruh kalangan, dari berbagai latar belakang pendidikan. Yang memprihatinkan, sekira 65 persen orang Indonesia percaya pada hoaks. Karenanya, Najwa menekankan pentingnya kesadaran dalam menerima dan mengolah informasi.

“Perhatikan judulnya, biasanya berita hoaks itu judulnya bombasitis, misalnya viralkan, sebarkan. Selain itu, sudah ada banyak tool untuk mengecek informasi yang kita terima. Dan kunci utamanya adalah bersikap skeptis, ini istilahnya mempertanyakan setiap informasi, yang positif sekalipun,” urai penyiar “Mata Najwa” ini.

Sementara itu, Bupati Musi Banyuasin Dodi Reza Alex Noerdin menyatakan diperlukan kearifan dalam literasi digital. Dibutuhkan kecakapan atau kemampuan untuk mengolah sumber informasi dari media digital termasuk menyaring, mengevaluasi, dan menyebarkannya. Dengan adanya internet, warga dunia sudah saling terhubung dan karenanya dibutuhkan penyaring.

“Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia menyebut sekarang 50 persen penduduk Indonesia sudah terhubung dengan internet. Nah dari 50 persen itu, 74 persen mengakses lewat gawai. Dan usia 16-22 tahun disebut mengecek gawai, dalam sehari bisa lima jam. Jadi kalau ada fitur di gawai yang bisa mengakses ke konten apapun, maka harus disaring,” ujarnya.

Bupati Dodi berharap minat baca terus dipupuk sejak usia dini. Jadi ke depannya tidak terjadi kondisi tingkat literasi rendah. “Saya berharap ke kepala dinas agar acara ini tidak berhenti di sini,” imbaunya. Kepada duta baca pelajar tingkat SMP, Bupati Dodi mengimbau agar menularkan kegemaran membaca kepada sesama pelajar.

Bunda Baca Musi Banyuasin Erini Mutia Yufada mengaku tidak khawatir dengan minat baca di kalangan pelajar dan anak muda. Berdasarkan pengalamannya dengan buah hati, Mutia melihat anaknya betah membaca jika sudah memiliki buku baru.

“Kegelisahan saya bukan masalah meningkatkan minat baca, tapi memastikan bacaan anak-anak itu sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadi bagaimana dengan minat baca yang baik ini, tapi bacaannya sesuai dengan usia mereka,” jelasnya. Karenanya, mantan penyiar berita ini mengajak orangtua dan para pendidik untuk lebih peka dalam memahami perilaku anak saat menggunakan alat komunikasi.

Selain talkshow, di acara dilakukan penyematan kepada 76 duta baca pelajar tingkat SMP se-Kabupaten Musi Banyuasin yang dilakukan Bupati Dodi dan peluncuran aplikasi Perpustakaan Digital i-Muba.

Reporter: Hanna Meinita dan Agus Djoko

Fotografer: Arwan Subakti

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung