Jakarta—Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar pameran bertema “Pameran Cerita Panji: Prahara, Kembara, Asmara” sebagai bentuk upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan.
Pameran ini hasil berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi yang pada Kabinet Merah Putih dibagi menjadi tiga kementerian yakni Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, serta Kementerian Kebudayaan.
Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menjelaskan Indonesia patut berbangga karena penganugerahan Cerita Panji sebagai Ingatan Kolektif Dunia (Memory of The World) pada 2017.
“Cerita Panji terus hidup dan bertransformasi dari zaman ke zaman mulai dari relief, wayang, tarian hingga naskah-naskah kuno. Sudah semestinya berbagai produk seni itu dikenal kembali oleh masyarakat Indonesia. Terlebih generasi saat ini dan mendatang yang eksistensinya mulai pudar dihantam gempuran modernisasi,” tuturnya di Jakarta, pada Selasa (22/10/2024).
Cerita Panji adalah cerita cinta antara putra mahkota Kerajaan Jenggala Raden Inu Kertapati (Panji) dengan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana) dengan subtema kesetiaan, kepahlawanan serta kehidupan sosial politik yang berasal dari Jawa periode klasik pada era Kerajaan Kediri (1042-1222).
Dia menambahkan, pameran ini merefleksikan kembali dan menggali nilai informasi penting yang terkandung dalam koleksi naskah kuno Nusantara, yang erat kaitannya dengan tradisi dan pesan moral yang relevan untuk diterapkan oleh generasi mendatang.
Menurutnya, kolaborasi dan sinergi dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan dalam mencerdaskan anak bangsa. “Jadi selama ini di Perpusnas bukan hanya berjalan sendiri, kita berkolaborasi dengan akademis, berkolaborasi dengan Manassa, berkolaborasi dengan DREAMSEA dan juga pegiat-pegiat naskah yang lain di masyarakat,” urainya.
Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia periode 1993-1998 Wardiman Djojonegoro menjelaskan Cerita Panji memiliki dua keunikan. Yang pertama, Cerita Panji tumbuh bersama dengan meluasnya kerajaan Majapahit.
“Jadi banyak Cerita Panji yang ditemukan di Nusantara. Tentunya yang paling banyak menuju ke timur yaitu Bali, Lombok, Makassar, Banjarmasin, Palembang dan tentunya Jogja dan Solo,” ujarnya.
Keunikan kedua, lanjutnya, Cerita Panji adalah cerita yang populer hingga ke negeri tetangga yakni Malaysia, Thailand, dan Myanmar.
“Jadi Panji adalah satu-satunya budaya Indonesia yang kita ekspor ke luar negeri. Kita impor dua budaya yang besar yaitu Ramayana dan Mahabharata, tapi kita harus bangga bahwa kita juga ekspor Panji,” ungkapnya.
Dia menurutnya rasa senang dengan adanya pameran ini, yang menurutnya akan meningkatkan pengertian tentang Panji, pengertian tentang sastra, dan pengertian tentang budaya.
“Dan semoga karena gedung Perpusnas yang megah ini setiap hari dikunjungi ribuan anak sekolah, mereka tentunya akan mengerti dan diharapkan menghargai sejarah kita,” pungkasnya.
Pagelaran pameran Cerita Panji di Gedung Layanan Perpusnas berlangsung pada 22—24 Oktober 2024 dan diisi kegiatan seni tari Panji dan loka karya dengan tema Ekspresi Seni Lukis Topeng Panji.
Adapun pameran Cerita Panji berada di lantai 1 Gedung Layanan Perpusnas yang menampilkan sejarah Cerita Panji, cerita Panji dalam berbagai bentuk seperti dalam relief candi (Candi Penataran), pertunjukan tari topeng (Topeng Malangan, Topeng Surakarta, Topeng Yogyakarta, Topeng Cirebon, Topeng Madura), pertunjukan wayang (Wayang Beber, Wayang Gedhog, Golek Cepak), pertunjukan seni dan dongeng (Andhe-Andhe Lumut, Kethek Ogleng, Cindelaras) dan dalam bentuk karya sastra.
Reporter: Anastasia Lily
Editor: Hanna Meinita
Dokumentasi: Aditya Irfan & Deny Irawan