Empat Pesan Kartini Untuk Milenial

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta--April tidak sekedar dikenal sebagai April Mop. Di bulan yang sama, kaum perempuan Indonesia merayakan perayaan yang istimewa, yakni Hari Kartini. Banyak cara untuk mengenang jasa sosok yang dikenal sebagai pelopor emansipasi wanita Indonesia meskipun hanya bersifat seremonial. Yang terpenting adalah bagaimana memaknai perjuangan Kartini dalam aktivitas keseharian perempuan Indonesia.

Hal ini terungkap pada talk show "Memaknai Hari Kartini Dengan Meningkatkan Literasi" yang diadakan di Perpustakaan Nasional, Senin, (22/4). Kepala Bidang Layanan Koleksi Umum Perpusnas, Agus Sutoyo, mengatakan bicara Kartini tidak hanya soal spirit emansipasi kaum perempuann tapi juga cita-cita luhur yang ingin bangsanya maju, berpikir mandiri, dan tidak ingin bangsanya dijajah lagi.  

Meski Kartini terhenti pendidikan formalnya. Hanya sampai usia 12 tahun. Namun, Kartini tetap semangat membaca banyak buku dan majalah bahkan yang berbahasa Belanda yang kala itu masih dianggap terlampau berat.  Tidak hanya membaca, Kartini pun rajin melakukan korespondensi dengan para sahabatnya di luar negeri. Dalam banyak literatur, Kartini juga sering mengkritisi dan merenung. Ia lantas mendirikan Sekolah Perempuan di Rembang usai pernikahannya di tahun 1903. 

"Ada empat poin penting yang bisa diserap dan diaplikasikan dari seorang Kartini. Pertama, Kartini adalah sosok yang sabar dan ikhlas. Pribadi yang senang membaca. Wanita yang gemar berkorespondensi. Dan perempuan yang membawa perubahan (agent of change)," ungkap Agus Sutoyo.

Di tengah maraknya informasi yang sumir bahkan cenderung hoaks, keempat yang diwariskan Kartini menjadi penting agar masyarakat, khususnya kaum perempuan memiliki karakter dan gerak langkah yang cerdas sehingga tidak mudah diadu domba. Aksi nyata diperlukan dalam membangun sebuah gerakan perubahan. Kaum perempuan adalah madrasah juga perpustakaan pertama bagi anak-anaknya yang mengajarkan betapa pentingnya budaya literasi (membaca dan menulis) 

Dengan kemampuan literasi yang baik, siapapun bisa menembus batas. Apalagi kini eranya media sosial. Media sosial sering dihakimi karena membawa problem karena informasi-informasi hoaks banyak berseliweran. "Buat kami, generasi muda yang sudah dibekali kemampuan literer malah bisa memilih informasi mana di dunia maya yang layak dipercaya dan yang bukan," tambah Alma Putri Dhiafina, Duta Literasi Rotary Club 2017

Senada dengan yang disampaikan Alma, penulis buku dan penggerak literasi dari Kota Batam, Vanessa Mayumi, menganggap dengan berliterasi diibaratkan seperti membuka banyak pintu yang kalau dimaksimalkan justru bisa menambah platform diri.

 

Reportase : Hartoyo Darmawan

Fotografer : Hartoyo Darmawan

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpusnas Republik Indonesia

Jumlah pengunjung: NaN