FGD: Komunikasi Efektif Membangun Hubungan, Meraih Pelayanan Prima

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Pemustaka yang puas dengan pelayanan yang diberikan akan menjadi agen pemasaran informal, dari mulut ke mulut.

Setiap kata dan sikap, pustakawan di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI selaku pemberi pelayanan publik menjadi ungkapan komunikasi kepada pemustaka yang datang. Diam, tidak peduli, cuek, pura-pura tidak tahu menjadi bentuk komunikasi yang juga ditangkap oleh pemustaka meskipun tidak ada sepatah kata pun yang terucap.

Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando, selalu mengingatkan seluruh pustakawan yang bertugas di Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas untuk aktif menyapa dan menawarkan bantuan kepada pemustaka. Hal ini merupakan upaya proaktif yang harus dilakukan.

Dalam konsepnya, di Perpusnas ada Layanan Referensi Keliling di area ruangan atau Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas. Layanan ini disebut juga dengan Rolling Reference. Buku dan semua koleksi yang ada hanya menjadi alat untuk menjawab kebutuhan informasi pemustaka.

Perpustakaan seharusnya bisa menjadi tempat yang mampu menjawab pertanyaan serta memenuhi kebutuhan pemustaka. Pernyataan ini didukung oleh Bapak Layanan Referensi, Samuel Green, bahwa ”Perpustakaan tidak seharusnya membiarkan masyarakat keluar dari perpustakaan tanpa terjawab pertanyaan atau kebutuhan informasinya”.

Koordinator Substansi Penyusunan Media dan Layanan Informasi Perpusnas, Yuliatri Bunga, menyampaikan dalam sambutannya bahwa Indonesia Maju merupakan visi Presiden Joko Widodo yang juga menjadi cita-cita anak bangsa dari waktu ke waktu. Indonesia Maju diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran seluruh masyarakat Indonesia. Untuk mencapai Indonesia Maju, salah satunya, kita sangat bertumpu pada SDM yang mampu menghasilkan berbagai inovasi.

“FGD yang saat ini diselenggarakan adalah bentuk pengembangan kompetensi SDM yang dilakukan Perpustakaan Nasional RI melalui Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara (Pujasintara),” ujarnya.

Layanan prima adalah amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Layanan prima menjadi level tertinggi dari penilaian Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk unit pelayanan publik. Layanan prima memang hanya terdiri dari dua kata, namun didalamnya terkandung unsur yang kompleks dimana semuanya saling terhubung. Penilaian unit pelayanan publik menjadi salah satu unsur dari layanan prima yakni kompetensi SDM layanan yang didalamnya terkandung nilai responsif dan keramahan.

Meskipun secara nasional unsur perilaku SDM pelayanan publik menempati tingkat kedua yang tertinggi nilainya, namun perihal SDM layanan tetap harus terus menjadi perhatian.

Kemampuan komunikasi dari pelayanan publik harus terus diasah, diupgrade, dan dikembangkan. Komunikasi efektif yang menjadi tema FGD pengembangan kompetensi yang diselenggarakan secara daring pada Rabu (22/9/2021) ini merupakan bagian dari identifikasi Perpusnas atas risiko yang dapat mengurangi kualitas layanan perpustakaan Perpusnas.

Sebagai Public Speaker pada acara ini, Moses Sosa, mengatakan bahwa hulu dari sebuah layanan prima adalah dapat melakukan komunikasi yang efektif dan hal tersebut sudah dilakukan prosesnya pada acara yang diselenggarakan oleh Pujasintara Perpusnas. Moses juga berharap agar untuk kedepannya para pustakawan Perpusnas dapat memberikan pelayanan prima atas dasar komunikasi yang efektif.

Acara tersebut merupakan rangkaian dalam rangka memperingati Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca Tahun 2021. Pada Hari Kunjung Perpustakaan, Perpusnas menggelar berbagai kegiatan yang dapat diikuti oleh masyarakat secara daring.

Reporter: Herwin Saswita

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung