Indonesia Perkuat Ekosistem Literasi yang Inklusif dan Berkelanjutan dalam Forum CONSAL 2025 di Malaysia
Kuala Lumpur, Malaysia — Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, E. Aminudin Aziz, menyampaikan laporan negara (country report) di bidang perpustakaan dalam 19th Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL) 2025.
Dalam kesempatan tersebut, ia menjelaskan berbagai praktik baik Perpusnas dalam transformasi layanan perpustakaan berbasis komunitas dan pemanfaatan teknologi digital. Termasuk di dalamnya program literasi berbasis relawan dan kontribusi mahasiswa dalam KKN Tematik Literasi, serta capaian internasional Perpusnas dari UNESCO.
“Tahun ini, Perpusnas melakukan inisiatif program yang melibatkan sukarelawan dari 189 kabupaten/kota melalui program Relawan Literasi Masyarakat (Relima), serta mahasiswa dari 22 perguruan tinggi dalam program KKN Tematik Literasi,” terangnya di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Selasa (17/6/2025).
Disebutkan bahwa pada 2024, Perpusnas meraih capaian internasional berupa penghargaan Jikji Memory of the World Prize dari UNESCO yang diterima di Korea Selatan. Penghargaan ini disertai dana sebesar USD30.000 yang digunakan untuk promosi literasi dan budaya baca.
“Semoga praktik baik ini menginspirasi dan membuka peluang kolaborasi yang lebih luas antarnegara anggota CONSAL dalam memajukan literasi di Asia Tenggara,” tuturnya.
Usai penyampaian laporan negara, Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia optimistis terhadap peran Indonesia dalam pengembangan perpustakaan di kawasan Asia Tenggara. Ia menekankan bahwa Indonesia telah berada di jalur yang tepat dalam membangun ekosistem literasi yang inklusif dan berkelanjutan.
"Ini adalah CONSAL pertama yang saya ikuti, dan saya mendapatkan banyak inspirasi dari program-program negara lain. Meski beberapa hal bukanlah hal baru bagi kita, ada pembelajaran penting terutama dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pustakawan," ungkapnya.
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menyoroti pentingnya peran serta masyarakat, pustakawan, relawan, mahasiswa, dan pegiat literasi dalam memperluas jangkauan layanan perpustakaan. Salah satu program unggulan seperti bantuan Bahan Bacaan Bermutu yang menyalurkan seribu buku ke satu desa, bahkan menarik perhatian delegasi negara lain.
“Ketika saya menyebutkan program Satu Desa Seribu Buku di sepuluh ribu desa, mereka terbengong-bengong. Kok bisa? Ini menunjukkan kekuatan mobilisasi masyarakat kita,” ujarnya.
Selain itu, ia mengakui bahwa pemanfaatan teknologi informasi dalam layanan perpustakaan menjadi aspek yang perlu ditingkatkan, mengingat beberapa negara seperti Singapura telah menerapkannya secara masif.
Namun menurutnya, Indonesia menjadi salah satu negara yang memimpin dalam jumlah program dan bantuan literasi untuk masyarakat.
“Kita punya program lebih banyak dan bantuan yang jauh lebih luas. Ini karena negara kita besar, dan kita punya kekuatan dari keberagaman komunitas yang aktif,” tambahnya.
Pentingnya pelestarian pengetahuan lokal juga diuraikan olehnya, dengan penekanan pada digitalisasi manuskrip kuno agar mudah diakses publik, yakni melalui portal khastara.perpusnas.go.id. Ia mengungkapkan bahwa Perpusnas telah memperkuat jaringannya melalui kerja sama dengan 58 institusi domestik dan mitra internasional, termasuk Rusia dan Colombo Plan Project.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Indonesia tengah mengembalikan hakikat perpustakaan sebagai ruang publik yang relevan dengan visi besar yang dibangun sejak awal 2025. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan literasi nasional dan tema utama yang disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, dalam forum tersebut.
Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia dalam pembukaan acara menyerukan transformasi perpustakaan di kawasan Asia Tenggara. Ia menjabarkan bahwa perpustakaan penting dilihat sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk berpikir kritis, berdiskusi secara konstruktif, dan belajar secara bebas.
“Perpustakaan tidak hanya tempat menyimpan buku, tetapi ruang intelektual yang memungkinkan masyarakat bertemu, bertukar pandangan, dan membina kepahaman yang mendalam,” tuturnya.
Ia menggarisbawahi bahwa perpustakaan berperan strategis dalam memperkuat demokrasi dan martabat bangsa. Menurutnya, di tengah transformasi digital dan kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), perpustakaan dituntut untuk beradaptasi dengan menyediakan infrastruktur yang tidak hanya menampung koleksi fisik, tetapi juga ruang-ruang kolaboratif, digitalisasi, dan media alternatif seperti film, podcast, dan basis data daring.
Dalam konteks integrasi ASEAN, ia memandang perpustakaan memiliki peran dalam membentuk pemahaman lintas budaya dan sejarah. Ia mengajak pelajar untuk menjelajah warisan besar Asia Tenggara, seperti Angkor Wat, Borobudur, hingga Kesultanan Melaka melalui literasi dan kajian pustaka.
"Pelajar kita harus percaya diri dan tidak terperangkap dalam narasi pemikiran dominan dari peradaban barat. Melalui bacaan, kita dapat merebut kembali kejayaan ilmu pengetahuan Asia," lugasnya.
Salah satu sorotan khusus dalam 19th Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL) 2025 adalah penghargaan Outstanding Librarian Award. Pustakawan ahli utama Perpusnas, Woro Titi Haryanti, dianugerahi Outstanding Librarian Award kategori Silver, mewakili Indonesia, atas kontribusinya bagi dunia kepustakawanan regional.
Sementara peraih penghargaan yang sama dalam kategori Gold diberikan kepada Chin Loy Jyoon (Malaysia) dan dan Bronze diberikan kepada Tassana Hanpol (Thailand) yang memiliki skor selaras dengan Elvira B. Lapuz (Filipina).
Sebagai informasi, pada Senin (16/6/2025), Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia menghadiri Rapat Dewan Eksekutif CONSAL. Dalam forum tersebut, ia didampingi Ketua Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), T. Syamsul Bahri, serta Sekretaris Jenderal IPI, Nelwaty.
Rapat ini adalah rapat ketiga dari rangkaian Rapat Dewan Eksekutif CONSAL yang dilakukan setiap tahun dalam kepengurusan tuan rumah Malaysia sejak 2023. Dua rapat sebelumnya dilakukan secara daring.
Rapat Dewan Eksekutif dihadiri oleh Kepala Perpustakaan Nasional, Ketua Asosiasi Perpustakaan/Pustakawan dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Perpustakaan/Pustakawan dari setiap negara anggota di kawasan ASEAN. Dalam rapat kali ini seluruh negara anggota termasuk Timor Leste hadir.
Rapat tersebut menjadi pembuka rangkaian CONSAL yang berlangsung selama empat hari, 16–19 Juni 2025. Sebanyak sebelas pegawai dari Perpusnas menjadi penyaji dengan total 12 artikel yang terpilih dan dipresentasikan dalam forum tersebut.
Di samping itu, Aminudin, mewakili Perpusnas, juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Perpustakaan Nasional Singapura (National Library Board/NLB Singapura), yang ditandatangani oleh Direktur Utama NLB Singapura, Ng Cher Pong pada Rabu (18/6/2025).
Kerja sama ini mencakup pengelolaan perpustakaan dan informasi, termasuk pertukaran pengetahuan, profesional, koleksi, digitalisasi, pameran bersama, dan kolaborasi riset kelembagaan. Kesepahaman tersebut akan berlaku selama tiga tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan bersama.
Dalam penandatanganan ini, NLB Singapura menghadiahkan buku Bali 1952 kepada Perpusnas. Sementara Perpusnas menyerahkan buku Impact Stories Program TPBIS kepada NLB Singapura sebagai simbol penguatan kolaborasi regional.
Reporter: Alditta Khoirun Nisa / Chaerul Umam
Dokumentasi: Chaerul Umam / Alditta Khoirun Nisa / Kontingen CONSAL dari Perpusnas
Galeri



