Kartini: Kemajuan Bangsa Terletak di Tangan Perempuan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta – Perempuan yang punya cita-cita dan bisa menentukan nasibnya sendiri adalah impian Kartini.

Sosok Kartini yang memiliki nama lengkap Raden Ajeng Kartini merupakan bagian dari perjuangan panjang bangsa Indonesia membebaskan diri, berdiri di atas kaki sendiri, dan berdaulat secara politik sebagai negara merdeka.

Memperingati hari lahir Kartini sebagai pahlawan nasional, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menggelar upacara yang dihadiri oleh seluruh pegawai dengan berbusana adat, Senin (22/4/2024).

Kartini menentang anggapan bahwa perempuan sudah digariskan hidupnya sejak lahir yaitu perjodohan dan menikah, dan sekolah bukan sesuatu yang diperlukan perempuan. Sebaliknya ia menyuarakan bahwa perempuan pun mempunyai kehendak, cita-cita untuk menjadi apapun.

“Perempuan juga berperan penting mendidik anak-anaknya. Karena itu, perempuan harus berpengetahuan untuk mempertinggi akal budinya,” ucap Komandan Upacara, Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Informasi Perpusnas, Mariana Ginting.

Deputi Mariana menambahkan di tengah perjuangannya, Kartini menghadapi tantangan keras. Hal ini tergambar dalam surat-surat berisi gugatan dari pemerintah kolonial maupun para pembesar pribumi, yang menganggapnya sebagai sosok dengan pemikiran yang harus dihalangi.

“Kartini menyadari bahwa pikirannya sungguh tidak biasa dan menolak untuk biasa. Untuk itu ia sungguh bersyukur telah didukung ayah dan kakak laki-lakinya dan juga pasangan hidupnya yang berpikiran terbuka,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mariana menekankan momentum hari Kartini mengingatkan bahwa perjuangan dalam mewujudkan kesetaraan dan membumikannya harus dilanjutkan tanpa kenal lelah. Cita-cita tersebut hanya dapat terlaksana dengan bergandengan tangan bersama laki-laki baik ayah, suami, saudara, dan teman, sebagai mitra.

“Masalah perempuan adalah persoalan bangsa. Kita harus bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya memajukan perempuan, mencegah pelanggaran hak perempuan, mewujudkan kesetaraan antara perempuan dan laki-laki sebagai subyek pembangunan serta mengakhiri ketidakadilan. Perempuan yang berdaya akan mempercepat tercapainya berbagai agenda prioritas,” pungkasnya.

Reporter: Basma Sartika

Dokumentasi: Ahmad Kemal Nasution/Aji Anwar

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung