Kepala Perpusnas: Kondisi Literasi Harus Dipahami dari Hulu hingga Hilir

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta—Mengawali tahun 2021, Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando memberikan arahan kepada seluruh pegawai di lingkungan Perpusnas. Dalam arahan umumnya, Syarif Bando menyatakan tahun ini, Perpusnas mengusung paradigma dari hulu hingga hilir dalam memahami kondisi literasi di Indonesia. Menurutnya, kondisi literasi harus dilihat secara komprehensif dengan melihat fakta yang terjadi di lapangan.

Survei dari Unesco mengenai literasi dunia menyatakan minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau hanya satu orang dari 1.000 orang Indonesia yang rajin membaca. Syarif menegaskan, hasil survei ini merupakan fakta yang sudah lampau. Namun ini tidak berarti kondisi tersebut terjadi tanpa adanya sumber masalah. Menurutnya, indeks literasi membaca di Indonesia harus dilihat berdasarkan akar masalahnya.

"Di sisi hulunya yang bermasalah, berapa sih penulis di Indonesia, berapa buku yang terbit di Indonesia, apakah buku yang terbit sesuai kebutuhan masarakat. Kalau bukunya cukup, bagaimana proses berpindahnya ke daerah," jelas Syarif Bando dalam Rapat Umum Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2021 yang diselenggarakan di Perpusnas Salemba, Jakarta, pada Senin (4/1/2021).

Syarif Bando mengarahkan seluruh jajarannya untuk menghitung rasio antara jumlah buku dengan jumlah penduduk di Indonesia. Penilaian bahwa masyarakat pedalaman tidak suka membaca harus dihentikan karena tidak mempertimbangkan kondisi kurangnya bahan bacaan.

Seluruh elemen di perpustakaan harus berbenah sesuai perkembangan zaman. Saat ini, perpustakaan tidak sekadar menyimpan koleksi buku, namun harus bisa memotivasi individu agar menjadi manusia pembelajar. "Jadi kita menjadi motivator orang lain untuk membaca dan mendapat pengetahuan baru. Ketika kita menyuruh orang membaca, berpengetahuan, maka ini kita sudah berkontribusi," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Syarif Bando mengarahkan agar kinerja para staf dievaluasi. Ada tujuh unsur yang bisa digunakan dalam melakukan penilaian kinerja yakni kecepatan, ketepatan, komunikasi, solidaritas, kreativitas, disiplin, dan integritas. "Ini saya mau sampaikan bahwa jika bapak ibu ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dari 2021, maka harus ada cara kerja yang lebih baik dari 2020. Jadi pasti ada cara kerja yang baru untuk mendapatkan hasil kerja yang baru," pungkasnya.

Rapat umum dihadiri seluruh pegawai dan diikuti secara daring. Dalam rapat, para pimpinan tinggi madya dan pratama di lingkungan Perpusnas menyampaikan capaian kinerja selama 2020, rencana kegiatan pada 2021, dan masukan/saran untuk kegiatan yang diusulkan.

Reporter: Hanna Meinita

Fotografer: Ahmad Kemal Nasution 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung