Lima Buku Hasil Karya Penulis Inkubator Literasi Diluncurkan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Menjawab permasalahan kurangnya bahan bacaan, lima buku yang merupakan hasil dari karya program Inkubator Literasi Pustaka Nasional (IPLN) Tahun 2021 diluncurkan.

Kelima buku tersebut diantaranya, Kearifan Lokal untuk Memperkuat Literasi karya para penulis IPLN Perpusnas,  Literasi dalam Pemberdayaan Kearifan Lokal karya para penulis IPLN Kota Tebing Tinggi.

Representasi Kearifan Lokal di Tengah Modernitas karya para penulis IPLN Kota Depok, Kancah Juang Kawula Muda karya dari penulis IPLN Kota Banjar, dan Menelisik Potensid an Produk Unggulan Wisata Sekarkijang yang merupakan karya penulis IPLN Kabupaten Jember.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, menulis merupakan adanya suatu deretan huruf menjadi kata, kemudian rangkaian kata menjadi kalimat yang mengandung makna logika sehingga pembaca dapat memahami apa yang dibaca.

"Menulis harus dimulai dengan berlatih, sehingga program inkubator literasi ini bagus untuk mendorong masyarakat untuk menulis," kata Syarif Bando saat Peluncuran dan Diskusi Buku Inkubator Literasi Pustaka Nasional yang diselenggarakan secara hybrid pada Rabu, (3/11/2021).

Ditengah kondisi Indonesia yang kekurangan bahan bacaan, masyarakat memerlukan buku yang menginspirasi, panduan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, serta buku yang mampu mengantarkan masyarakat untuk sejahtera.

Dikatakan, dari hasil sensus perpustakaan pada tahun 2019 didapatkan rasio ketersediaan buku 1:90 yang artinya, satu buku ditunggu 90 orang.

"Maka tidak bisa Perpusnas hanya dikenal sebagai institusi penjaga dan melestarikan peradaban, tetapi harus dapat menciptakan peradaban baru dengan dengan menerbitkan ribuan buku yang diperlukan masyarakat," ujar Syarif Bando

Menurutnya, untuk mewujudkan ketercukupan bahan bacaan, perlu adanya sinergi dengan semua komponen bangsa. “Tantangan kita meningkatkan budaya baca dengan memastikan rasio buku di masyarakat sesuai dengan standar UNESCO yakni minimal tiga buku baru tiap orang tiap tahunnya. Dan saya mengajak para pimpinan daerah untuk bergabung, mari kita menulis buku," lanjutnya.

Sementara itu, dalam diskusi Buku Inkubator Literasi Pustaka Nasional, Bupati Magetan Suprawoto mengatakan, dirinya sering mengajak warganya untuk menulis buku. Dimulai dari menulis hal yang sederhana.

Seperti menulis sejarah desa, sejarah sekolah hingga kisah para veteran yang ada di Magetan. "Kalau itu dilakukan, mengakukat kisah-kisah lokal itu kan menarik. Tiap desa saya minta menuliskan sejarahnya, begitu juga tiap sekolah saya minta untuk membuat sejarahnya dan kemudian dibukukan," terang Pria yang sudah menulis sejak tahun 1984.

Dikatakan, saat ini sudah ada sekitar 600 lebih judul buku yang telah diterbitkan. " Kami juga menyediakan angggaran meski tidak banyak minimal ada untuk ongkos cetak. Alhamdulillah ini menjadikan teman-teman semangat menulis," ungkap dia.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jember, Hestu Wibowo mengatakan, melalui buku Menelisik Potensi dan Produk Unggulan Wisata Sekarkijang, pihaknya ingin memperkenalkan kepada masyarakat potensi pariwisata yang ada di Sekarkijang.

Sekarkijang merupakan wilayah Karesidenan Besuki dan Lumajang, yang meliputi Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi dan Lumayang. Daerah tersebut merupakan wilayah kerja Kantor Perwakilan BI Kabupaten Jember.

"Melalui tulisan-tulisan ini yang mengangkat potensi pariwisata di wilayah Sekarkijang diharapkan dapat dikenal masyarakat luas, sehingga mampu membantu perekonomian masyarakat setempat," kata Hestu.

Duta Baca Indonesia, Heri Hendrayana menyambut baik program IPLN dalam mendorong iklim menulis di kalangan masyarakat maupun pegiat literasi.

"Hadirnya Perpusnas melalui program inkubasi literasi ini berhasil mendorong iklim menulis, saya yakin ke depan program ini akan menggema dan menumbuhkan penulis-penulis baru," ungkap dia yang akrab disapa Gol A Gong.

Presiden Rumah Produktif Indonesia, Yanuardi Syukur mengungkapkan keterbatasan akses dan kurangnya percaya diri menjadi kendala yang dihadapi penulis di daerah.

"Dengan adanya inkubasi literasi ini, saya kita akan meningkatkan akses bagi para penulis yang ada di daerah. Dengan buku yang diterbitkan di Perpusnas, tentu saja ini dapat menambah kepercayaan diri penulis," ungkapnya.

Selain itu, Yanuardi berharap, adanya prosperity untuk penulis. Sehingga tidak hanya menerbitkan buku, tetapi ada nilai ekonomi yang didapat.

"Penulis ini sebenarya bisa dikaitkan sebagai sub sektor ekonomi kreatif. Buku dapat menjadi sumber paling dasar untuk dapat diterjemahkan untuk menjadi produk-produk tertentu," harapnya.

IPLN meruapakan kegiatan yang diinisiasi oleh Sub Kelompok Penerbitan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) melalui Perpusnas Press ini bertujuan untuk mendorong tradisi dan iklim menulis serta memperbanyak hadirnya buku-buku yang diperlukan masyarakat untuk memperkuat konten literasi.

Di tahun keduanya, kegiatan IPLN dipusatkan di Jakarta, dan direplikasi di berbagai daerah, yakni Jakarta, Kota Tebing Tinggi, Kota Depok, Kota Banjar, Kabupaten Jember, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Sumenep, dan Kabupaten Enrekang.

Reportase: Wara Merdeka

Fotografer: Ahmad Kemal Nasution/Prakas Agrestian

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung