Caruban, Madiun – Caruban Literacy Hub, branding dari Kompleks Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun selaras dengan konsep perpustakaan untuk transfer pengetahuan kepada masyarakat sehingga mampu menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas.
Selain itu, Caruban Literacy Hub juga menjadi bentuk konkret implementasi dari salah satu visi Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro, terkait kemandirian. Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi unggul dan mandiri membutuhkan perpustakaan yang menjadi titik kumpul bagi talenta muda kreatif dan sebuah tempat untuk belajar secara kontekstual dalam meningkatkan keterampilan hidup serta kesejahteraan.
Tagline Kabupaten Madiun adalah Literacy for Life, Literasi untuk Kehidupan, Literasi untuk Kesejahteraan.
Gedung Layanan Perpustakaan Kabupaten Madiun diresmikan oleh Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI dan Bupati Madiun, Rabu (22/2/2023). Gedung yang dibangun menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan Tahun 2022 untuk menu Perluasan dengan pagu anggaran sebesar Rp. 4,5 miliar. Gedung yang diberi nama Sadewa ini merupakan gedung kembar dari Gedung Nakula yang dibangun menggunakan Dana Alokasi Umum (DAU) Pemerintah Kabupaten Madiun tahun 2017.
Bupati Dawami mengapresiasi kehadiran gedung perpustakaan tersebut dan berharap dapat membawa manfaat bagi masyarakat Madiun. “Kami ucapkan terima kasih karena sudah benar-benar difasilitasi dengan dibangunkan gedung,” ucapnya.
Menurutnya kegemaran membaca harus semakin dibumikan oleh masyarakat karena aktivitas membaca saat ini sudah begeser, membaca status lebih diminati dibanding membaca buku. Cita-cita untuk maju harus diperkuat dengan SDM unggul, untuk itu harus disiapkan sejak dini.
“Kita ndak bisa maksa orang untuk baca buku, makanya kita harus menyesuaikan bagaimana kita meningkatkan minat baca di masyarakat, misalnya saja dengan mengarahkan anak-anak sekolah untuk mengunduh perpustakaan digital milik Perpusnas,” jelasnya.
Di akhir sambutannya, Bupati Dawani juga mengungkapkan komitmennya untuk turut menjalankan program-program yang diusung oleh Perpusnas di Madiun guna membumikan literasi.
Kepala Perpusnas, Muhammad Syarif Bando mengatakan Caruban Literacy Hub apabila difungsikan dengan baik dapat menjadi pusat belajar untuk Kabupaten Madiun dan sekitarnya. Dia menerangkan bahwa sejatinya perpustakaan memiliki tugas untuk mengimplementasikan perintah Allah SWT tentang Iqra atau bacalah dan juga program Presiden Joko Widowo untuk meningkatkan kualitas SDM.
“UUD 1945 memandatori kita untuk sama-sama mencerdaskan dan menyejahterakan anak bangsa,” katanya.
Kepala Perpusnas menyampaikan bahwa Perpusnas sebagai Lembaga Pemerintah Nonkementerian merupakan bagian terkecil dari pemerintahan pusat dengan tugas yang tidak akan pernah terlepas untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat marjinal. Adapun solusi untuk meningkatkan kualitas hidup yakni dengan meningkatkan literasi mereka.
“Literasi bukan milik siapapun tapi milik semua kepala yang hidup di dunia ini karena literasi yaitu kedalaman pengetahuan seseorang terhadap satu subjek ilmu pengetahuan tertentu yang bisa diimplementasikan untuk bisa memproduksi barang dan jasa,” ungkapnya.
Dia memaparkan bahwa selama ini negara lain mampu menghasilkan produk dengan teknologi dan bernilai tinggi dengan membeli bahan baku dari Indonesia. Contohnya ialah pohon pisang, seluruh bagian dari pohon pisang, tidak hanya buahnya memiliki nilai jual, namun karena literasi masyarakat Indonesia masih rendah mengakibatkan seluruh bagian dari pohon pisang itu belum dapat diolah dengan baik.
“Di Jepang itu harga daun pisang 3 lembar harganya Rp.500ribu dan menurut buku yang saya baca, karpet yang Bapak Ibu injak tu dibikin dari batang pisang. Jadi tidak ada satupun unsur dari pisang yang tidak bernilai uang, tapi berapa banyak penduduk kita yang menikmati nilai ekonomi dari batang pisang kalau tidak baca buku?,” tanyanya.
Kepala Perpusnas menekankan bahwa perpustakaan yang dihadirkan di Madiun ini mampu mengantarkan masyarakat untuk menjangkau yang tidak mungkin dijangkau di sekolah melalui koleksi buku ilmu terapan.
Sementara itu, Dosen Universitas Sebelas Maret (UNS), Agus Dwi Priyanto menjelaskan satuan pendidikan mendukung kebijakan pemerintah dalam membangun perpustakaan karena literasi memiliki 5 (lima) tingkatan yang berujung pada penciptaan barang dan jasa yang dapat digunakan dalam kompetisi global.
“Literasi itu tidak hanya tanggung jawab kita di dunia akademik, tidak hanya tanggung jawaban guru dan dosen apalagi dibebankan ke Kepala Dinas Perpustakaan, melainkan tugas bersama untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DPRD Kabupaten Madiun, Feri Sudarsono menegaskan pihaknya akan senantiasa mendukung untuk mengubah pola pikir masyarakat akan literasi dan meningkatkan Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Madiun menjadi lebih baik.
“Semoga jangan hanya bangunan saja yang dibangun gedung mewah, tapi juga harus dibarengi dengan membuat banyak inovasi,” harapnya.
Sebagai Pegiat Literasi, Kartika Endah Prihatin, membeberkan upaya yang sudah dilakukannya bersama dengan pegiat literasi lain di Madiun, diantaranya menulis buku tentang kecantikan, menghadirkan perpustakaan saat pelaksanaan Posyandu, dan memberikan ilmu marketing online bekerja sama dengan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun di BUMDes Puwosari.
“Dengan ilmu marketing online tersebut, masyarakat jadi dapat memanfaatkan media sosial dengan maksimal untuk memasarkan secara online setiap produk yang dimiliki,” pungkasnya.
Produksi rumahan seperti brem, pecel, dan kue manco khas Madiun merupakan hasil pelatihan yang diberikan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun kepada masyarakat.
Reporter: Basma Sartika
Fotografer: Aji Anwar