Salemba, Jakarta—Persaingan global merupakan persaingan melek literasi. Di Indonesia, angka buku yang beredar hanya 30 juta berbanding 260 juta penduduk. Belum mencapai komposisi yang ideal. Jauh dari yang disyaratkan UNESCO, yakni 5 buku baru per penduduk setiap tahunnya. Kekurangan ini lebih banyak disebabkan karena faktor geografis, bukan soal budaya baca. Keaktifan para pegiat maupun komunitas literasi yang didukung keseriusan banyak pihak membawa keoptimisan bahwa persoalan literasi bisa teratasi melalui sinergi. Â
“Bagaimana mungkin membangun budaya literasi jika tidak ada budaya baca di dalamnya. Meskipun literasi bukan sekedar kemampuan baca-tulis,†ungkap Kepala Perpustakaan Nasional saat memberi arahan secara daring pada Gebyar Literasi Mataraman 2020 di Jakarta, Selasa, (28/7). Â
Peradaban dunia akan terus berubah selama literasi berkembang. Kualitas literasi berbanding lurus antara kecerdasan dengan tingkat kesejahteraan manusia. Literasi tidak hanya pandai berteori melainkan identitas yang bisa ditunjukkan pada kompetisi global lewat keberhasilan menciptakan produk barang/jasa yang bermanfaat bagi banyak orang. Indonesia harus menjadi tuan rumah di negaranya sendiri. Mampu menghasilkan produk barang/jasa yang berguna di masyarakat. Ini merupakan tantangan.
Aktivitas pendidikan jangan selalu terjebak pada paradigma belajar lalu ujian. Harus berani memulai dengan paradigma baru. Mengajak untuk menjadi manusia yang kritis (critical thinking). Apalagi esensi dari tingkatan literasi yang ketiga adalah menghasilkan ide-ide/gagasan/kreativitas/inovasi baru.
“Semua diawali dengan budaya baca. Semakin sering membaca maka akan terbentuk kerangka berpikir yang logis. Jika ingin mengetahui dunia, maka bacalah. Dan, jika ingin diketahui dunia, menulislah,†pungkas Syarif Bando.
Gebyar Literasi Mataraman 2020 Di Masa Pandemi adalah ajang pameran 700 buku hasil karya para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah yang berada di wilayah Bakorwil 1 Madiun yang biasa disebut dengan Pawitandirogo Tunggal Diri, yakni Kab. Pacitan, Kab Ngawi, Kab Magetan, Kota/Kab. Madiun, Kab. Ponorogo, Kab Tulungagung, Kab Trenggalek, Kota/Kab Kediri, dan Kab Nganjuk.
Â
Reporter : Hartoyo Darmawan
Fotografer : Rd. Radityo
Â
Â