Optimalkan Perpustakaan Untuk Aktivitas Pendidikan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Kualitas sumber daya manusia (SDM) adalah kekuatan utama Indonesia ketika memasuki usia satu abad. Literasi menjadi salah satu kunci untuk bisa menciptakan SDM yang cakap. Sayangnya, infrastruktur literasi (baca: perpustakaan) masih belum bagus. Padahal, perpustakaan merupakan nadi bagi dunia pendidikan.

“Di luar negeri, perpustakaan sengaja dibuat seindah dan sebagus mungkin. Bahkan menjadi jualan bagi universitas,” ujar Dekan Fakultas Teknologi Informasi Universitas YARSI Ummi Azizah saat Webinar Optimalisasi Pemanfaatan Perpustakaan Untuk Pembelajaran Daring di Sekolah, Rabu, (22/7).  

Di tambahkan Rektor Universitas YARSI Fasli Jalal, selain dibuat indah dan nyaman perpustakaan juga haruslah ramah dan mudah digunakan (user friendly).

Indonesia secara kuantitas memang menempati peringkat kedua sebagai negara dengan jumlah perpustakaan terbanyak di dunia, dibawah India. Tidak kurang dari 160 ribu perpustakaan berbagai jenis berdiri di Indonesia. Jumlah tersebut diakui Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando masih jauh dari ideal. “Jika diasumsikan setiap sekolah mempunyai satu orang pustakawan,” terang Kepala Perpusnas pada kesempatan webinar tersebut.

Patut diingat kalau perpustakaan sudah menjadi kewenangan pemerintah daerah sesuai Undang-undang. Artinya, tidak bisa tidak pemda harus menaruh perhatian, sama dengan sektor lain. Bahkan, dari dana desa yang digelontorkan pemerintah pusat wajib mendirikan perpustakaan/taman baca sebagai syarat yang mesti ada di tiap desa/kelurahan.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas pembangunan nasional saat ini, yang salah satunya diperoleh melalui perpustakaan. Perpustakaan dengan segenap aktivitas literasi di dalamnya telah mengubah dirinya bukan lagi sekedar pelayan informasi. Artinya, masyarakat dapat memanfaatkan seluruh jenis akses layanan informasi yang tersedia di perpustakaan. “Karena salah satu standar literasi adalah kemudahan akses,” tambah Syarif Bando.

Satu hal lagi ditekankan Kepala Perpusnas bahwa transfer knowledge hanya bisa dilakukan dengan membaca. Dan aktivitas membaca adalah bentuk struktur berpikir yang paling logis (masuk akal).

 

Reporter : Hartoyo Darmawan

Fotografer : Rd Radityo.

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung