Salemba, Jakarta– Manajemen risiko merupakan elemen penting dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang terintegrasi. Sebagai salah satu indikator keberhasilan reformasi birokrasi, penerapan manajemen risiko harus dilakukan secara sistematis dan menyeluruh.
Demikian disampaikan Ketua Kelompok Hukum, Organisasi dan Tatalaksana Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) Budi Kusumawardani dalam sambutannya dan secara resmi membuka kegiatan Pelatihan Aplikasi RMIS (Risk Management Information System) Selasa, (3/12/2024).
“Indeks Manajemen Risiko atau MRI yang kita capai nantinya akan mencerminkan keberhasilan kita dalam tiga komponen utama yaitu perencanaan yang berkualitas dengan bobot (40%), kapabilitas dengan bobot 30% dan hasil yang terukur dengan bobot 30%,” jelasnya.
Oleh karena itu, dia menjelaskan aplikasi RMIS yang dikembangkan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) bukan sekadar alat administratif tetapi sebuah upaya untuk membangun budaya sadar risiko di Perpustakaan Nasional yang diindikasikan dengan maksimalnya ketiga komponen utama MRI tersebut.
Lebih lanjut, dia menekankan beberapa hal terkait pelaksanaan manajemen risiko di lingkungan Perpusnas. Yang pertama adalah komitmen bersama dimana setiap unit kerja harus serius dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merespons risiko sesuai siklus manajemen risiko.
“Yang kedua, pemanfaatan data yang optimal. Gunakan RMIS untuk menghasilkan data berkualitas yang dapat mendukung pengambilan keputusan strategis termasuk dalam pencapaian tujuan organisasi sesuai RPJMN dan RPJPN Indonesia Emas 2045,” jelasnya.
Dan yang ketiga, lanjutnya, adalah kolaborasi lintas unit untuk memastikan sinergi dalam pelaksanaan mitigasi risiko sehingga kontribusi setiap unit terarah pada pencapaian tujuan yang lebih besar.
Selain itu, dia mendorong seluruh peserta untuk mengikuti kegiatan ini dengan sungguh-sungguh serta memanfaatkan ilmu yang diperoleh untuk perbaikan tata kelola di unit kerja masing-masing.
“Harap kami para peserta dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk menggali wawasan, meningkatkan keterampilan serta berbagi pengalaman agar penerapan manajemen risiko di unit kerja masing-masing semakin optimal. Mari kita jadikan aplikasi ini sebagai salah satu solusi strategis untuk mencapai tujuan organisasi,” pungkasnya.
Auditor Muda pada Biro Manajemen Kinerja, Organisasi dan Tata Laksana Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Pasman Caniago menyampaikan tiga alasan yang mendasari manajemen risiko yaitu membangun budaya antisipatif bukan reaktif, mengelola resiko sebagai bentuk optimisme dan mengambil keputusan berdasarkan informasi bukan intuisi.
“Jadi kita dengan data resiko, kita kelola, kita optimis bahwa kita bisa mencapai tujuan. Kita bisa mengatur strategi kita bagaimana kita harus mencapai tujuan,” jelasnya.
Alur penyelenggaran manajemen risiko di RMIS, lanjutnya, yang pertama adalah memastikan tujuan tercapai, kedua memastikan langkah kerja mendukung pencapaian sasaran, ketiga memastikan risiko terkelola melalui pengendalian yang efektif dan yang terakhir memastikan pengendalian dijalankan dengan konsisten.
Selain itu, dalam kesempatan ini Pasman memaparkan cara penggunaan aplikasi RMIS pada laman rmis.bpkp.go.id kepada para peserta pelatihan yang terdiri dari para pegawai pengelola risiko dari berbagai unit di lingkungan Perpusnas.
Reporter: Anastasia Lily & Hasan Fadil
Dokumentasi: Aji Anwar & Deny Irawan