Penguatan Peran Perpustakaan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Perpustakaan sebagai tempat pembelajaran sepanjang hayat yang memiliki fungsi pusat informasi dan pengetahuan harus bertransformasi menjadi tempat pengembangan diri masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan. Apalagi seperti tertuang dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, masyakarat memiliki hak dalam memperoleh layanan dan mendayagunakan fasilitas perpustakaan, termasuk masyarakat disabilitas dan yang terisolasi serta terpencil.

Perpustakaan Nasional RI melalui program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial berupaya melakukan hal ini. Melalui penguatan peran perpustakaan umum, kualitas sumber daya manusia ditingkatkan sehingga kemampuan literasi meningkat dan berujung pada peningkatan kreativitas masyarakat dan kesenjangan akses informasi.

“Latar belakang ini yang melandasi Perpusnas sebagai Pembina semua jenis perpustakaan dengan dukungan dari Bappenas berinisiatif untuk melaksanakan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial,” jelas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Deni Kurniadi.

Dalam sambutan di webinar “Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial dalam Penguatan Kesejahteraan Masyarakat di Masa Pandemi” yang diselenggarakan secara virtual pada Selasa (22/9/2020), Deni menegaskan selain menyediakan sumber-sumber bacaan untuk menggali informasi dan pengetahuan, perpustakaan wajib memfasilitasi masyarakat dengan pelatihan dan keterampilan yang bertujuan pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat.

“Dengan upaya tersebut diharapkan performa individu meningkat, sistem dan organisasi perpustakaan menjadi kuat, sehingga berdampak pada membaiknya kualitas layanan perpustakaan dan juga pemanfaatannya bagi masyarakat yang juga secara otomatis akan meningkatkan literasi. Transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan pendekatan pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Blitar Herman Widodo menyatakan pihaknya gencar menerapkan program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pandemi covid-19 tidak menyurutkan untuk kendor dalam menjalankan program ini. Herman meyakini akses internet yang semakin mudah dijangkau membuat perpustakaan masih dan akan terus membawa manfaat bagi masyarakat.

Fasilitasi peningkatan literasi masyarakat diberikan kepada ratusan orang melalui pelatihan praktis dalam membuat, menciptakan produk-produk olahan keterampilan, kerajinan tangan, hingga soft skill yang dipandu oleh narasumber berpengalaman yang berbasiskan pada pengetahuan dari koleksi perpustakaan. Semua informasi dibagikan kepada masyarakat secara daring.

“Kami sebagai perpustakaan daerah akan menyusun suatu sistem, infrastruktur yang mampu menampung pengetahuan-pengetahuan praktis masyarakat sehingga masyarakat lain dapat memperoleh manfaat dari pengetahuan-pengetahuan tersebut. Bentuk pengetahuan dapat berupa video, panduan menjalankan sesuatu, dokumen, dan lain lain. Sistem ini kita kenal dengan knowledge management,” urainya.

Herman menyebutkan keberhasilan program di wilayahnya yakni diseminasi pengetahuan dari cara bertani cokelat dari petani cokelat di Kademangan, cara membudidayakan ikan koi dari pembudidaya ikan di  Nglegok, dan cara beternak ayam baik pedaging maupun petelur dari peternak ayam di wilayah Srengat maupun Wonodadi.

Reporter: Hanna Meinita

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung