Peran Perpustakaan Perguruan Tinggi Menghasilkan Lulusan Berdaya Saing Global

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta—Perpustakaan perguruan tinggi memiliki peran dalam mencetak lulusan yang berkualitas. Karenanya, akreditasi perpustakaan harus dipenuhi agar civitas academica memiliki kecakapan literasi yakni kemampuan menghasilkan barang dan jasa yang bisa bersaing secara global.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI Muhammad Syarif Bando mengungkapkan akreditasi perpustakaan merupakan kegiatan yang secara teratur, terstruktur, sistematis, dan konseptual dilaksanakan untuk memastikan seluruh komponen dari aspek-aspek perpustakaan bisa memenuhi standar menurut kaidah-kaidah yang berlaku secara internasional.

Syarif menegaskan ada 13 aspek perpustakaan yang harus dipenuhi perpustakaan perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, agar bisa memainkan peran dalam menjawab tantangan kondisi kegemaran membaca, rendahnya indeks literasi, dan rendahnya kualitas perguruan tinggi Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Dia menyebut salah satu aspeknya adalah kelembagaan. Saat ini, di banyak perguruan tinggi, posisi kepala perpustakaan termarjinalkan. Rektor harus membuat kebijakan yang membuat keberadaan perpustakaan secara struktur organisasi setara dengan senat. Selain itu, kepala perpustakaan didorong agar berinovasi sehingga civitas academica bisa berkontribusi aktif mengatasi permasalahan sosial masyarakat.

“Ada kurang lebih 120 juta yang tinggal di pedesaan dan perlu diedukasi perguruan tinggi. Karena itu dari 120 juta penduduk Indonesia, mereka membutuhkan buku berkualitas. Tetapi mereka tidak mampu menyimak presentasi disertasi. Mereka hanya membutuhkan buku ilmu terapan, life skills. Buku-buku ini bisa ditulis para mahasiswa,” jelasnya dalam webinar ‘Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Swasta dalam Mendukung Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat’ yang diselenggarakan Perpusnas bekerja sama dengan Universitas Islam Makassar secara virtual pada Rabu (10/3/2021).

Aspek lainnya adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Pustakawan harus mampu mengkolaborasikan ilmu pengetahuan yang ada di perpustakaan untuk disampaikan kepada rektor dan jajarannya. “Jadi tugas pustakawan dibutuhkan di seluruh dunia. Karena dia tugasnya mengemas informasi sehingga orang-orang yang sibuk seperti rektor, dosen, dekan, bisa mendapatkan kemasan informasi dari pustakawan kapan dan di mana saja,” urainya.

Selain itu, aspek lainnya adalah anggaran, koleksi, pemustaka atau pengunjung, sistem layanan, promosi, indeks kegemaran membaca, indeks literasi, sarana dan prasarana, digitalisasi, transfer knowledge, dan testimoni penerima manfaat.

Terkait indeks kegemaran membaca, Syarif Bando meminta agar perguruan tinggi menargetkan mahasiswanya agar membaca buku dalam sehari di rumah atau di mana saja, tidak hanya saat jam kuliah. Karena ini akan berdampak pada indeks literasi mahasiswa. Dia berharap perguruan tinggi bisa melakukan reformasi sistem pendidikannya agar mengarah kepada bagaimana menghasilkan mahasiswa yang bisa menciptakan barang dan jasa yang mampu dijual dan bersaing di pasar global.

Saat ini, ada 2.057 perpustakaan perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, perpustakaan yang terakreditasi sesuai Standar Nasional Perpustakaan sebanyak 392. Direktur Standardisasi dan Akreditasi Perpusnas Supriyanto menyatakan tahun ini, pihaknya menargetkan akreditasi terhadap 1.000 perguruan tinggi di Indonesia. “Sehingga jumlah perpustakaan PT yang akan diakreditasi mencapai 60-70 persen. Saat ini yang sudah terakreditasi 392 atau baru 19,1 persen,” jelasnya.

Padahal, akreditasi perpustakaan perguruan tinggi merupakan unsur penting karena ikut berkontribusi dalam keberhasilan proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Akreditasi menjadi syarat pengajuan program studi dan jurusan di perguruan tinggi serta peningkatan status perguruan tinggi dari sekolah tinggi menjadi institut, dan dari institut menjadi universitas.

“Dan akreditasi ikut berkontribusi untuk akreditasi lembaga PT. Bahwa perpustakaan yang sudah diakreditasi, nanti untuk penilaian akreditasi perguruan tingginya untuk komponen perpustakaan tidak perlu dinilai ulang hanya perlu memperlihatkan sertifikat akreditasi dari Perpusnas,” pungkasnya.

Reporter: Hanna Meinita

Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung