Salemba, Jakarta- Insan perpustakaan memiliki tugas yang sangat penting dalam memastikan bahwa sejarah bangsa dapat dipelajari dan dipahami oleh generasi penerus bangsa.
Demikian disampaikan Pustakawan Ahli Utama Mujiani Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) dalam apel pagi yang bertepatan dengan hari peringatan Gerakan 30 September 1965/PKI (G30S/PKI), Senin (30/9/2024).
“Kita memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi yang akurat, objektif dan komprehensif mengenai peristiwa-peristiwa sejarah. Melalui koleksi buku, arsip dan literatur yang kita miliki tentu kita dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk mempelajari sejarah bangsa kita,” tuturnya.
Dia menekankan pentingnya mengingat sejarah sebagai pembelajaran dan peringatan agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
“Melalui peringatan ini, kita diingatkan akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta tetap waspada terhadap segala bentuk ancaman yang dapat merusak integritas dan stabilitas negara,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dia menyampaikan beberapa hal yang dapat dilakukan Perpustakaan Nasional sebagai bentuk komitmen dalam menjaga dan melestarikan sejarah bangsa. Pertama adalah peningkatan koleksi dan sumber informasi.
“Perpustakaan Nasional harus terus berupaya untuk menambah koleksi buku yang berkaitan dengan sejarah Indonesia termasuk peristiwa G30S/PKI. Kita harus memastikan bahwa koleksi ini mencakup berbagai perspektif sehingga masyarakat dapat memahami peristiwa tersebut secara menyeluruh,” jelasnya.
Kedua, melalui penyelenggaraan program edukasi seperti seminar, diskusi dan pameran yang dapat menjadi wadah untuk mendiskusikan dan menganalisis peristiwa secara kritis sehingga meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya sejarah.
Ketiga, melakukan kolaborasi dengan institusi lain seperti institusi pendidikan, lembaga penelitian dan organisasi lainnya untuk melakukan kajian mendalam mengenai peristiwa sejarah agar dapat menyusun materi edukatif yang lebih komprehensif dan terpercaya.
Yang terakhir adalah peningkatan literasi sejarah melalui kampanye literasi sejarah.
“Kita juga harus mendorong masyarakat untuk lebih tertarik dan aktif dalam mempelajari sejarah dengan mengajak masyarakat untuk membaca buku, baik dalam bentuk buku digital maupun buku-buku cetak yang telah disediakan oleh Perpustakaan Nasional,” jelasnya.
Dia pun berharap agar upaya-upaya tersebut dapat mengingatkan masyarakat akan sejarah bangsa khususnya bagi generasi muda.
“Marilah kita bersama-sama menjadikan Perpustakaan Nasional sebagai pusat pengetahuan dan informasi yang dapat diandalkan oleh masyarakat. Dengan demikian, kita turut berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjaga nilai-nilai sejarah yang dimiliki,” pungkasnya.
Reporter & Dokumentasi: Anastasia Lily