Perkuat Literasi dengan Kearifan Lokal

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI kembali menggelar workshop penulisan yang diinisiasi oleh Penerbit Perpusnas Press pada Senin (16/8/2021). Kegiatan workshop penulisan ini merupakan salah satu bagian dari rangkaian kegiatan Inkubator Literasi Pustaka Nasional yang pada tahun ini mengambil tema “Kearifan Lokal untuk Memperkuat Literasi”. Workshop tersebut menghadirkan narasumber Guru Besar Universitas Andalas Gusti Asnan dan praktisi media research and development Bonny Irawan. Seperti halnya penyelenggaraan yang pertama kali pada tahun 2020, workshop diselenggarakan secara daring via Zoom dan YouTube Perpusnas Press.

Kegiatan rutin ini disambut dengan antusias oleh masyarakat, terbukti dari 300 naskah yang masuk ke panitia. Setelah melalui penilaian oleh dewan juri, akhirnya terpilih 20 peserta yang hari ini akan mengikuti workshop.  

Adapun workshop diselenggarakan dalam dua sesi, yaitu sesi pertama yang terbuka untuk umum, sedangkan sesi kedua diperuntukkan khusus bagi 20 peserta yang naskahnya telah terpilih di mana narasumber memberikan pendampingan khusus terkait setiap tulisan.

Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Sri Marganingsih mengapresiasi partisipasi dan kontribusi semua peserta, baik yang terpilih maupun yang belum terpilih. Sri berharap workshop ini dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam bidang penulisan agar dapat menghadirkan penulis baru dari seluruh penjuru negeri dan melahirkan karya yang dapat diterbitkan dan disebarluaskan ke tengah masyarakat.

“Nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan semoga dapat menambah semangat gelaran workshop penulisan ini,” terangnya pada sambutan kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati 76 tahun kemerdekaan Indonesia.

Guru Besar Universitas Andalas Gusti Asnan menyatakan ini merupakan momentum awal untuk kerja besar kita di masa yang akan datang dalam rangka menghargai kearifan lokal, karena ia sangat yakin bahwa kearifan lokal telah teruji waktu dan perlu untuk dikaji dan disebarluaskan.

Lebih lanjut, ia menceritakan pengalamannya saat membuat tulisan terkait kearifan lokal. Menurutnya yang paling utama adalah memahami terlebih dahulu mengenai kearifan lokal, kemudian memilih topik dan mempertimbangkan kelayakan topik apakah memungkinkan untuk diteliti, melakukan penelitian, lalu menulisnya sesuai dengan gaya masing-masing.

Selain itu, Gusti memberikan tips agar suatu tulisan dapat diterima dan menarik pembaca, yaitu dengan menulis tentang topik yang aktual. Ia juga menyarankan agar memilih topik sesuai dengan minat pribadi sehingga dalam proses penulisannya akan didasari oleh cinta.

“Kalau dengan cinta kita meneliti dan menulis sebuah tema, kita akan lakukan dengan all out, pasti dikerjakan dengan sungguh-sungguh,” urainya.

Mengamini pernyataan Gusti, praktisi media research and development Bonny Irawan menyatakan penelitian wajib di dalam menulis, supaya tulisan berbasis informasi yang valid yang juga bisa memberikan informasi yang benar. “Tujuan kita menulis, kan ingin memberi inspirasi, memberi informasi pada orang lain,” ujar Bonny.

Ia menambahkan menulis memiliki dua manfaat, pertama manfaat yang berwujud yaitu dapat memberikan informasi, inspirasi, dan membuka wawasan pembacanya. Kedua, manfaat yang tidak berwujud, yaitu citra dan reputasi bagi penulis dan penerbit.

Bonny menyambut baik diselenggarakannya workshop ini karena ia melihat Indonesia masih kurang narasi. “Banyak hal-hal yang menarik di daerah kita yang belum terekspos,” ujar Bonny.

 

Reportase: Eka Cahyani

Dokumentasi: Noviani Maghfiroh

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung