Perkuat Literasi Kebangsaan, Perpusnas Akan Terbitkan Buku Bertema Sejarah
Salemba, Jakarta - Perkuat Literasi Kebangsaan, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) akan terbitkan buku alih aksara dan alih bahasa Babad Diponegoro.
Hal ini disampaikan dalam pertemuan Kepala Perpusnas, E. Aminudin Aziz, dengan penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) untuk membahas potensi penerbitan buku bertema sejarah, Kamis (20/2/2025).
Aminudin menyampaikan bahwa akses masyarakat terhadap literatur sejarah nasional perlu diperluas. Menurutnya, produk naskah kuno yang tersimpan di Perpusnas seperti Babad Diponegoro, ketika dialihbahasakan akan menjadi produk baru yang penting bagi ilmu pengetahuan.
“Ini merupakan langkah kami untuk meningkatkan literasi kebangsaan dan pemanfaatan pengarusutamaan naskah Nusantara, sekaligus menjaga dan menyebarluaskan warisan sejarah bangsa agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat,” tuturnya.
Hadir pada kesempatan yang sama, Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas, Aditia Gunawan, menyampaikan bahwa buku alih bahasa dan alih aksara Babad Diponegoro akan diterbitkan dalam dua jilid. “Selain itu, ada buku lain yang potensial untuk diterbitkan, yaitu “Perjalanan Ke Yogyakarta 2025” Jurnal Harian Antoine Payen,” imbuhnya.
General Manager Publishing I GORP (Group of Retail & Publishing) Gramedia Pax Benedanto menyambut baik inisiatif ini dan menyatakan kesiapannya untuk mendukung penerbitan serta penyebarluasan buku tersebut. ”Tentunya kami menyambut gembira tawaran ini. Kalau ini bisa berjalan akan banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperkaya literatur sejarah nasional,” ungkapnya.
Selain penerbitan buku, akan digelar juga rangkaian kegiatan dalam rangka peringatan 200 tahun Perang Jawa. Diantaranya siniar bersama tokoh sejarahwan Peter Carey, seminar, peluncuran 25 seri komik berbasis naskah Babad Diponegoro, pameran budaya, dan lain-lain.
Babad Diponegoro merupakan naskah kronik otobiografi Pangeran Diponegoro, yang ditulis dalam pengasingan di Sulawesi Utara pada tahun 1831-1832. Ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Jawa Pegon, naskah ini merupakan dokumen otobiografi pertama dalam sastra Jawa modern dan terpilih menjadi Warisan Ingatan Dunia (Memory of the World) pada tahun 2013.
Sementara itu, Jurnal Harian Antoine Payen menghadirkan perspektif seorang seniman dan pelukis Belgia yang mendokumentasikan peristiwa penyerangan Tegalrejo pada 20 Juli 1825.
Reporter: Gilang Arwin Saputri
Dokumentasi: Prakas Agrestian