Perpusnas Jajaki Pertemuan Awal dengan PSB bersama ANRI dan BRIN

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jakarta - Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI bersama Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), melakukan pertemuan awal dengan Pusat Sejarah Brunei (PSB) secara daring melalui Zoom Meeting, Rabu (8/6/2022) untuk menjalin silaturahmi dan kerja sama dalam bidang kebudayaan khususnya sejarah.

Pegawai Sejarah Kanan PSB, Muhammad Syahmi bin Halimshah, mengatakan PSB didirikan pada 26 Januari 1982. Seiring perkembangan dalam bidang sejarah, Pusat Pengkajian Borneo (penBorneo) dibentuk pada tahun 2012 sebagai pusat yang dikhususkan dalam menyimpan rekaman-rekaman Borneo untuk dibuat kajian.

Adapun Visi dari PSB adalah Sebagai Pusat Sumber Persejarahan Negara Brunei Darussalam yang Autoritif. Sedangkan Misinya antara lain untuk menanamkan perasaan cintakan Raja, Agama, Bangsa, dan Negara, untuk mendokong falsafah Negara Melayu Islam Beraja, dan untuk memasyarakatkan persejarahan Negara Brunei Darussalam kepada rakyat dan penduduk di Negara Brunei Darussalam.

Pada kesempatan yang sama Sekretaris Utama Perpusnas, Ofy Sofiana, mengapresiasi tujuan dari diadakannya kegiatan ini. Dia menyampaikan bahwa Perpusnas telah melakukan 11 MoU dengan perpustakaan nasional di 11 negara. Selain itu Ofy juga menceritakan dari sekitar 12.000 koleksi naskah yang dimiliki oleh Perpusnas, salah satunya ada yang membahas tentang Brunei Darussalam.

“Kami menyambut baik niat Pusat Sejarah Brunei untuk berkolaborasi melakukan kerja sama. Karena kami juga memiliki koleksi tentang Brunei dan saya yakin Pusat Sejarah Brunei juga memiliki koleksi yang bisa kita kerja samakan ke depan. Dengan demikian kita bisa sama-sama menggali kearifan lokai di daerah masing-masing,” ungkapnya.

Dipaparkan oleh Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, bahwa unit kerja yang dinaunginya bertugas melaksanakan riset, inovasi pengembangan, pengkajian melalui kegiatan observasi, survei, eskavasi, preservasi, konservasi, pendampingan, serta evaluasi di bidang Arkeologi, Bahasa dan Sastra. Sehingga ke depan dia mengharapkan dapat mulai menjajaki kemungkinan capacity building, riset, dan kegiatan lain dengan tiga lembaga tersebut.

“Hal-hal terkait riset itu ada di tempat kami. Mudah-mudahan di dalam pertemuan ini kita bisa berkomitmen untuk melakukan semacam regular conference dengan topik khusus terkait dengan sejarah, manuskrip, dan lain sebagainya,” harapnya.

Direktur Preservasi ANRI, Agus Santoso, menjelaskan kegiatan yang dilakukan ANRI salah satunya adalah mencoba untuk melakukan kembali pengurusan arsip pasif tentang Indonesia yang ada di negara lain. Begitu pun dengan Brunei Darussalam yang masih satu rumpun dengan Indonesia, kelak kerja sama yang akan terjalin mampu saling melengkapi sejarah dari kedua negara. Selain itu, Agus menerangkan ANRI juga menangani perbaikan dan digitalisasi arsip.

“Kerja sama juga perlu dilakukan dalam hal perbaikan arsip karena arsip yang hanya disimpan akan mengalami kerusakan. Upaya restorasi arsip dapat memperpanjang usia arsip. Digitalisasi arsip berfungsi untuk meminimalisir kerusakan arsip asli yang diakibatkan oleh sentuhan tangan manusia,” terang Agus.

Dalam upaya memperkokoh hubungan kebudayaan yang terjalin antara Indonesia dan Brunei Darussalam, Perpusnas, ANRI, BRIN, dan PSB berencana untuk menyelenggarakan webinar dalam waktu dekat.

Reporter: Basma Sartika

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung