Pustakawan Utama Diharapkan Menjadi Pelopor Perubahan

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta -- Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando, meminta kepada para pustakawan ahli utama untuk segera mengambil peran menjadi pelopor perubahan fundamental dalam merumuskan redefinisi, reorientasi, serta reimplementasi perpustakaan di masa yang akan datang. Sehingga diharapkan peran pustakawan lebih dapat dirasakan oleh masyarakat.

“Perubahan cara pandang terhadap perpustakaan harus segera diubah untuk meyakinkan stakeholder untuk memastikan eksistensi perpustakaan di masa depan. Dengan perubahan ini diharapkan kita bisa menjawab tantangan global ke depan,” ujar Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando pada Kegiatan Audiensi Pustakawan Ahli Utama Perpusnas RI, Kamis (7/1/2021).

Dijelaskan, layanan perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas pada bagaimana cara mendapatkan buku, tetapi bagaimana masyarakat mendapatkan layanan ilmu pengetahuan dari buku yang ada.

“Karena itu saat ini bukan lagi pustakawan mencari buku, mengumpulkan, mengolah dan menyimpan. Tetapi bagaimana buku ini kita cari, kumpulkan kemudian diolah, diimplementasikan serta di review hasil dari penerapannya,” jelasnya.

Syarif Bando mengajak pustakawan utama untuk mengkaji persoalan yang ada di perpustakaan, seperti masih rendahnya budaya baca, indeks literasi yang masih rendah. Bagaimana persoalan itu terjadi harus dipahami, jangan lihat dari hulu nya saja tetapi perlu dikaji apa persoalan yang ada di hilir. Misalnya, kurangnya bahan bacaan sehingga masyarakat.

“Pustakawan harus peka terhadap perubahan, kita harus jadi pelaku perubahan. Dan kami menaruh harapan pada Pustama untuk segera mengambil peran demi kemajuan serta perubahan perpustakaan,” lanjutnya.

Sementara itu, Koordinator Pustakawan Utama Perpusnas, Dedi Junaedi mengaku siap dalam rangka mengubah mindset perpustakaan, sekaligus ingin menjawab fungsi hilir dalam persoalan rendahnya minat baca masyarakat, salah satunya melalui kajian pustaka potensi wilayah.

“Dalam kajian pustaka potensi wilayah, yakni buku-buku harus diperbanyak sesuai dengan kebutuhan wilayah masing-masing. Di wilayah perbatasan ketika butuh buku kita siap bekerjasama dengan penulis dan penerbit,” ungkapnya.

 

 

Reportase: Wara Merdeka

Fotografer: Ahmad Kemal Nasution

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung