Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Berkali-kali raut wajah Kepala Pusat Pengkajian Strategis Brigadir Jenderal TNI Totok Imam Santoso menunjukkan kekaguman ketika Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando menceritakan betapa pentingnya peran perpustakaan bagi pengembangan keilmuan dan pengetahuan, terutama di dunia kemiliteran. Referensi koleksi kemiliteran yang dimiliki Perpusnas dirasa sudah cukup alasan pihaknya ingin merevitalisasi perpustakaan yang diakuinya hanya memiliki koleksi tidak lebih dari 500 eksemplar.
“Selain melakukan silaturahmi, saya berharap referensi yang dimiliki Perpusnas, terutama yang berkaitan dengan hankam, politik, militer, civil war, bisa dipinjam atau dihibahkan,†ujar Brigjen Totok Imam dihadapan Kepala Perpusnas, Rabu, (23/1).
Keinginan Kapusjastra TNI semakin berlipat ketika Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Woro Titi Haryanti menyebutkan ratusan ribu hingga jutaan koleksi e-book dan e-journal yang dimiliki Perpusnas terkait hal tersebut.
“Saya menginginkan revitalisasi perpustakaan di Pusat Pengkajian Strategis menjadi pilot project di lingkungan Mabes TNI. Kami siap jika harus dilakukan semacam perjanjian kerja sama,†ungkapnya.
Meski baru menjabat beberapa pekan sebagai Kapusjastra, Brigjen Totok tidak main-main terhadap pengembangan perpustakaan. Seorang prajurit selain harus tangkas di medan perang, tapi juga harus cukup punya wawasan keilmuan tentang banyak hal. Bahkan, ia mengaku akan melengkapi perpustakaan dengan ruang audio hingga kafe. Upaya tersebut dilakukan demi merangsang minat baca.
Brigjen Totok mengakui peran perpustakaan sudah tidak bisa dikesampingkan. Dulu, paradigma yang beredar dan yang didengar kalau perpustakaan merupakan tempat buangan atau yang ingin memasuki masa purna. “Dan yang lebih menyedihkan lagi, perpustakaan dianggap sebagai tempat menaruh orang-orang yang bermasalah,†katanya.   Â
Sebelum mengakhiri kunjungan, Kepala Perpusnas turut mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kontribusi nyata TNI dan Polri membantu penyebaran buku-buku di daerah-daerah perbatasan sehingga kebutuhan informasi dan pengetahuan masyarakat yang bertinggal disitu dapat terfasilitasi. Â
Â
Reportase     : Hartoyo Darmawan
Fotografer    : Radhitya Purnama