Raker PP-IPI 2019 : Saatnya IPI Bersinergi

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Salemba, Jakarta—Sejumlah harapan dan semangat optimisme coba ditularkan Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando saat memberikan arahan pada Rapat Kerja Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) 2019 yang berlangsung di Audiorium Perpusnas Salemba, Selasa, (26/2).

Kepala Perpusnas menceritakan pengalamannya ketika menghadiri perhelatan Conference Director Nastional Library Asia Oceania (CDNL-AO) di Singapura pertengahan Februari kemarin. Saat disana, Kepala Perpusnas kagum karena seluruh pustakawan dan volunteer tuan rumah mampu menghadirkan kenyamanan, kemudahan, seluruh peserta dan tamu CDNL-AO. Bahkan, kreasi-kreasi yang dipamerkan selama penyelenggaraan adalah hasil para pustakawan.

Meski demikian, hampir semua negara CDNL-AO mengagumi keberhasilan lembaga perpustakaan di Indonesia yang berperan aktif, bergerak di berbagai komunitas dan masyarakat sebagai upaya peningkatan kesejahteraan kehidupan. Ketertarikan negara-negara organisasi CDNL-AO atas keberhasilan Indonesia mengembangkan perpustakaan dibuktikan dengan menghendaki Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan CDNLAO di tahun 2020. “Padahal, Iran dan Qatar sudah mengajukan diri secara resmi,” ungkap Kepala Perpusnas.     

Terkait dengan Rapat Kerja IPI, Kepala Perpusnas meminta IPI bersama Perpusnas merevisi semua regulasi. Apakah itu regulasi yang terkait dengan Tim Penilai, butir-butir angka kredit, termasuk standar-standar.

Lalu, pustakawan harus dilibatkan dan mampu menganalisis kinerja pengembangan perpustakaan umum di tiap provinsi. Di samping itu, lakukan penyuluhan perpustakaan berbasis wilayah. Bagaimana menyusun program kerja, regulasi, hingga tren perpustakaan.

Alvin Toppler, peneliti dari Amerika Serikat, pernah mengadakan riset sederhana. Dalam riset tersebut, dia mengatakan bahwa kegemaran membaca warga kulit putih di Amerika Serikat cenderung menurun. Dia memprediksi bahwa 20-30 tahun ke depan, warga kulit hitam Amerika Serikat akan menjadi pemimpin. Ucapan Alvin terbukti dengan tampilnya Barrack Obama sebagai Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat.

“Banyak penelitian yang membawa hasil bahwa minat baca maupun angka literasi di Indonesia rendah. Menempati urutan bawah. Tapi, kita tidak pernah tahu bagaimana data yang dipakai diperoleh. Apa alat ukurnya. Bagaimana pelaksanaannya, siapa saja respondennya. Lalu, dari mana dana yang dipakai dalam suatu penelitian,” beber Kepala Perpusnas.

Ke depan, IPI harus membuka diri. Membuka ruang untuk bersinergi.  Bersinergi dengan Dinas-dinas perpustakaan yang berada di provinsi, kabupaten, dan kota. Jika memang harus berswakelola, IPI bisa bersinergi dengan memaksimalkan dana-dana lewat program-program Corporate Social Responsibility (CSR) yang ada pada BUMN, ataupun pihak swasta. “Bisa dipakai untuk membangun gedung atau pengadaan sarana penunjang IT, maupun pengembangan fasilitas layanan perpustakaan,” lanjut Kepala Perpusnas.

Rapat Kerja PP-IPI kemudian membagi tugas kepada delapan komisi yang sudah dibentuk sebelumnya untuk memaparkan program kerja dari tiap komisi sebagai acuan yang nantinya akan disampaikan pada Rakerpus IPI mendatang di Batam, Kepulauan Riau. 

 

Reportase : Hartoyo Darmawan

Fotografer: Hartoyo Darmawan

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung