Rencana Repatriasi Benda Budaya Indonesia, Colonial Collection Committee Belanda Telusur Perpusnas
Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Colonial Collection Committee dari Belanda berkunjung ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) untuk menindaklanjuti rencana repatriasi Benda Budaya Indonesia yang berada di Belanda.
Komite dari Belanda yang dipimpin oleh Lilian Goncalves-Ho Kang You bersama dengan enam orang lainnya diterima oleh Kepala Pusat Preservasi dan Alih Media Bahan Perpustakaan, Tri Luki Cahya Dini, Kepala Bagian Umum, Chaerul Umam, Ketua Kelompok Kerja Pengelolaan Naskah Nusantara (Lontara), Aditia Gunawan, dan Ketua Kelompok Kerja Alih Media, Khosyi Alfin Maulana.
Komite meninjau ruang penyimpanan naskah kuno Nusantara yang terletak di Lantai 9 Gedung Fasilitas Layanan Perpusnas, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta, pada Selasa (27/5/2025). Selain itu, Komite juga berdiskusi mengenai upaya digitalisasi naskah kuno Nusantara yang dilakukan Perpusnas.
Ketua Kelompok Kerja Lontara Aditia menjelaskan, kelembaban dan suhu di ruang penyimpanan naskah kuno Nusantara selalu dipantau setiap hari. Mengingat kelembaban di Kota Jakarta yang cukup tinggi, kelembaban di ruang penyimpanan dijaga agar selalu dalam kondisi moderat.
“Kami memastikan air conditioner menyala selama 24 jam. Alat humidifier juga aktif selama 24 jam dan kami mengganti air yang ada di alat tersebut, setiap hari,” tuturnya.
Dia menambahkan, setiap tahunnya, Pusat Preservasi Perpusnas juga berperan aktif melakukan survei untuk memastikan kondisi naskah kuno Nusantara dalam kondisi baik.
Saat ini, koleksi naskah kuno Nusantara Perpusnas sudah didigitalisasi. Dengan begitu, pengguna perpustakaan dapat mengakses koleksi yang ada di Perpusnas secara daring melalui situs web, Khastara.com. Khastara merupakan akronim dari Khazanah Pustaka Nusantara.
“Secara umum, Khastara merupakan repositori dari koleksi khusus Perpusnas. Di situ, masyarakat dapat mengakses naskah kuno, surat kabar, majalah, buku langka, dan lainnya. Jadi koleksinya tetap terjaga, tanpa disentuh langsung,” terangnya.
Pengetahuan yang ada di naskah kuno, tegasnya, harus disampaikan ke masyarakat. Dia menekankan naskah kuno Nusantara tidak hanya bermanfaat bagi peneliti, tapi juga bagi generasi muda. Oleh karena itu, koleksi Naskah Kuno Nusantara yang ada di Perpusnas telah dialihwahanakan dalam bentuk komik. Salah satu yang dipamerkan dalam kunjungan tersebut adalah komik yang bersumber dari Babad Diponegoro.
“Kami memastikan tidak hanya akses untuk membaca Naskah Kuno yang tersedia untuk masyarakat, tapi juga pengetahuan yang ada di dalamnya. Ribuan halaman autobiografi Babad Diponegoro dialihkan dengan lima komik. Semua dapat diakses secara daring. Yang utama adalah menyampaikan pengetahuan di manuskrip,” paparnya.
Ditambahkan bahwa atas usaha pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara, Perpusnas mendapatkan penghargaan UNESCO/Jikji Memory of the World (MoW) Prize edisi ke-10 tahun 2024. Penghargaan diberikan pada 4 September 2024 di Cheongju, Korea Selatan. Perpusnas menjadi lembaga kesepuluh yang mendapatkan anugerah ini sekaligus yang pertama dari Indonesia.
Para juri menilai kontribusi luar biasa Perpusnas terhadap usaha pelestarian dan perluasan akses terhadap naskah Nusantara, melalui pelaksanaan program ekstensif dalam penyelamatan dan peningkatan akses warisan dokumenter selama dua dekade terakhir. Hal ini dilakukan sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang meliputi beragam kegiatan yakni advokasi, inventarisasi, akuisisi, preservasi, digitalisasi, peningkatan kapasitas SDM, hingga kajian dan diseminasi naskah Nusantara bagi berbagai kalangan.
Di ruang penyimpanan, Komite melihat secara langsung koleksi Perpusnas yang mendapatkan pengakuan sebagai Ingatan Dunia atau Memory of The World (MoW) oleh UNESCO yakni Babad Diponegoro dan Negara Krtagama. Sejumlah koleksi juga menarik perhatian rombongan komite di antaranya naskah kuno Sunda yang direpatriasi Perpusnas pada Agustus 2024 dari Yayasan Ngariksa Budaya Indonesia, manuskrip Batak berupa kalender, dan manuskrip Bali yang terbuat dari lontar. Komite berkunjung ke Bangunan Cagar Budaya.
Pada akhir kunjungannya, Lilian mewakili Komite mengucapkan terima kasih atas penerimaan dari Perpusnas. Kunjungan ditutup dengan penyerahan cendera mata berupa buku Ikon MoW. Komite dijadwalkan berkunjung ke Indonesia pada 25-29 Mei 2025.
Reporter dan dokumentasi: Hanna Meinita
Galeri


