Bedah Pidato Sukarno: Gemparkanlah Dunia, Hai Pemuda-Pemudi Revolusioner

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Gracak UM, Malang--Masih dalam rangkaian HUT Perpusnas dan juga Bulan Bung Karno, Perpustakaan Bung Karno menggelar kegiatan Bedah Pidato Sukarno, Selasa (15/6/2021) di Graha Cakrawala Universitas Negeri Malang. Bedah Pidato Sukarno yang bertemakan Gemparkanlah Dunia, Hai Pemuda-Pemudi Revolusioner itu merupakan hasil kerjasama UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno dengan UPT Pusat Pengkajian Pancasila Univ Negeri Malang. Kegiatan juga ditandai dengan penandatanganan berita acara kerjasama antar kedua lembaga ini yang diwakili oleh Kepala Perpustakaan Bung Karno Janti Suksmarini dan Kepala UPT Pusat Pengkajian Pancasila Slamet Sujud Purnawanjati dengan disaksikan Rektor UM Prof. Dr. H. Ahmad Rofiuddin.

Janti Suksmarini menyampaikan kegiatan Bedah Pidato Sukarno merupakan kegiatan yang menggali pemikiran tokoh proklamator Indonesia Bung Karno yang banyak menjadi referensi di Perpustakaan Bung Karno di Blitar. Pidato Bung Karno yang begitu banyak tersimpan dalam dua jilid buku  Dibawah Bendera Revolusi, dan dari beberapa pemikirannya  itu di pecah lagi menjadi beberapa buku yang menjadi kajian kita bersama. "Dan hari ini atas kerjasama yang baik antara UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno dan UPT Pusat Pengkajian Pancasila kita dapat menggelar kegiatan bedah pidato, yang salah satunya dari pidato tersebut adalah Ilmu dan Perjuangan, Gerakan massa dan mahasiswa, serta Warisilah api sumpah pemuda," ujarnya. Lebih lanjut, Janti mengatakan hasil dari kerjasama ini semoga menjadi inspirasi kita bersama untuk memajukan peran masing-masing lembaga, dan buat kami, Perpustakaan Bung Karno menjadi pusat pengkajian pemikiran Bung Karno yang dapat diberdayakan untuk kemajuan bangsa Indonesia, demikian halnya juga dengan Pusat Pengkajian Pancasila yang menjadi mercusuar dalam memberikan peningkatan literasi Pancasila bagi kalangan generasi muda Indonesia.

Sementara Rektor UM Prof. H. Ahmad Rofiuddin dalam sambutan pembukaannya menyambut baik inisiasi untuk kerjasama saling menguntungkan di kedua belah pihak, dan berharap implementasi dari kerjasama tersebut segera di realisasikan, walaupun masih dalam kondisi pandemi, mana yang lebih tepat yang bisa dijalankan dengan luring atau daring, disesuaikan dengan kondisinya," katanya. Bahkan Rektor UM tersebut mengajak seluruh mahasiswanya bisa menggali kembali pengayaannya tentang tokoh proklamator, baik Bung Karno maupun Bung Hatta sebagai tokoh pemersatu Indonesia yang begini luasnya. Tidak bisa dikesampingkan sampai kapanpun peran dari proklamator itu untuk kemajuan Indonesia sampai hari ini dan sampai generasi mendatang.

Yang menarik dari bedah pidato Sukarno ini, yaitu dengan menghadirkan sejarawan muda yang lagi menjadi sorotan masyarakat intelektual yaitu JJ Rizal. JJ Rizal cukup menarik perhatian peserta yang mengikutinya secara luring maupun daring karena sejarawan ini memang banyak dimintai pendapatnya berkaitan dengan sejarah Indonesia yang sedang berkembang saat ini. Tak pelak, sejarawan yang juga editor terbitan  buku Mustikrasa: Resep Masakan Nusantara Warisan Sukarno terbitan Komunitas Bambu itu banyak menyoroti terkait materi yang berkaitan dengan pemikiran Bung Karno, khususnya buku pidato Ilmu dan Perjuangan. 

Menanggapi pertanyaan peserta terkait dengan de-sukarnoisasi, Rizal mengatakan, bulan Juni adalah bulan lahirnya Pancasila dan Sukarno penggali Pancasila tetapi juga bulan kematiannya Nugroho Notosusanto, propagandis utama Orba, operator dibalik penghilangan sejarah Pancasila dan sejarah Bapak Pendiri Bangsa. Juni adalah suatu berita sandi kepada tokoh politik dan cendekiawan tentang betapa berbahayanya jika fakta atau proses sejarah dipakai seenaknya untuk melakukan desukarnoisasi. "Tetapi lebih berbahaya lagi jika memuja-muja Sukarno setinggi langit  sambil diam-diam mengkhianati bagian-bagian terpenting  dan pokok pikiran serta  perjuangannya, sebab ketidakjujuran dan kemunafikan ini sangat merusak hari ini, esok dan masa depan," ujarnya.

Acara yang digelar selama dua hari ini, menurut Agus Sutoyo selaku Koordinator Pengelola Pengembangan Pelestarian Bahan Perpustakaan dan penanggungjawab kegiatan, karena menaati protokol kesehatan yang ditetapkan di tim satgas covid UM yang membatasi waktu pelaksanaan dan hanya mengijinkan 30 persen peserta yang seharusnya 200 orang dibagi dalam dua hari (2 sessi). Agus menyampaikan dalam laporannya, hasil yang ingin dicapai dari pertemuan ini, agar pemuda, mahasiswa, organisasi kepemudaan dan generasi muda lainnya memberikan langkah strategis untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, pemikiran tentang nasionalisme dan literasi Pancasila, sehingga pemberdayaan perpustakaan dari kedua lembaga ini lebih intensif  dalam sinergitas yang dibangun. Selain itu, berkaitan dengan pemikiran dan nasionalisme Bung Karno melalui berbagai koleksi tentang Bung Karno, dan peserta bisa memahami tentang pentingnya informasi yang akurat dan tepat dalam memaknai pemikiran-pemikiran tokoh proklamator Indonesia. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, ujar Agus Sutoyo, kami menghadirkan nara sumber yang sangat kompeten berkaitan dengan pemikiran-pemikiran Bung Karno yang tertuang dalam tiga buku pidato tersebut, yaitu JJ Rizal, Prof. Imam Mukhlis dan Wahyu Widodo. Semoga ke depan Perpustakaan Bung Karno tetap konsisten dalam meningkatkan literasi sejarah, literasi pancasila, dan literasi Kebungkarnoan untuk menambah cakrawala pemikiran kita yang visioner berdasarkan referensi yang "berserakan" di perpustakaan. Selama Indonesia masih berdiri, sampai kapanpun sejarah akan bercerita tentang Bung Karno. Salam Literasi. Salam Pancasila.***

 

Reporter: Aji Subekti

Fotografer : Dimas A. Gammayani

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung