Menulis itu Mudah dan Bikin Bahagia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Menulis merupakan hal yang mudah dan bisa mendatangkan kebahagiaan. Untuk menjadi penulis andal yang menghasilkan tulisan yang menarik dan enak dibaca harus memperhatikan tiga hal, yaitu minat untuk membaca dan menulis, niat untuk belajar dengan sungguh, dan merawatnya dengan konsisten dalam menulis. Penulis buku laris “Jodoh Tepat Waktu”, Wulan Darmanto, menuturkan dalam proses penulisan, penulis diminta agar tidak mengandalkan mood atau suasana hati.

“Jangan menuruti suasana hati dan jangan terpaku mood. Luangkan satu kali dalam sehari untuk menulis, karena ketika kita paham bahwa kita harus menulis, maka flow itu muncul, kita akan mood untuk menulis,” jelas penulis 10 buku ini saat menjadi pembicara dalam talskhow “Easy Writing: Menulis Ringan untuk Hobi dan Kebahagiaan” di Ruang Teater Soekarman Gedung Fasilitas Layanan Perpustakaan Nasional, Sabtu, (14/9). 

Wanita yang aktif menulis sejak 2007 ini menjelaskan, rajin berlatih dan proses yang panjang harus dilalui untuk menjadi seorang penulis. “Jadi jangan bilang saya tidak berbakat. Atau gimana saya mau nulis? Studi menunjukkan bahwa dibutuhkan 10 ribu jam agar seseorang menjadi ahli di bidangnya. Kuncinya rajin berlatih dan terus berproses,” urainya.

Menurut Wulan, ada delapan manfaat menulis yang bisa mendatangkan kebahagiaan bagi penulis dan pembacanya. Pertama, menulis bisa membangun impian. Pada saat impian ditulis, maka itu akan menjadi motivasi hidup. Kedua, menulis membuat pikiran menjadi lebih jernih. “Menulis sangat efektif untuk orang introvert, pemarah. Menulis dapat membantu berpikir lebih jernih, dengan melepaskan emosi-emosi negatif, yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata. Menulis terbukti dapat mencegah orang bercerai. Teman saya sendiri yang mengalaminya,” tuturnya.

Mantan jurnalis ini menyebut enam hal hal lainnya yakni menulis bermanfaat untuk mengatasi kegalauan; menulis adalah pengalaman menyenangkan yang menggali momen-momen sedih dan bahagia dalam hidup; menulis membangun pribadi yang adaptif; menulis melatih fokus; menulis adalah terapi jiwa untuk mengatasi kesedihan; dan menulis membantu melewati masa sulit.

Wulan menjelaskan, menulis sangat efektif dalam melewati masa sulit. Dia mencontohkan Presiden ketiga RI, BJ Habibie, yang mengatasi masa sulit setelah kehilangan Ibu Ainun Habibie dengan menulis buku “Ainun dan Habibie”. “Saat depresi, Habibie diminta dokter untuk menulis. Dan ternyata dalam 2,5 bulan ditulislah buku Ainun dan Habibie. Ditulis saat depresi dan sembuh tepat saat halaman terakhir dituntaskan. Ini adalah bukti bahwa ketika menulis, masa sulit itu akan terlewati. Dan ketika sudah bahagia, itu akan menjadi monumen untuk kita,” urainya.

Tulisan yang menarik akan menarik minat masyarakat untuk membaca. Ide atau gagasan tulisan bisa hal ringan yang ada di lingkungan sekitar atau pengalaman hidup sendiri dan orang lain. “Saya menulis hal-hal ringan yang receh, itu saya bagikan di website. Yang receh-receh pun laku, ada yang baca. Menulis itu tidak berat. Dampak dari tulisan yang menarik, pembaca jadi ingin baca, butuh baca, dan pembaca mengalami ketergantungan baca,” pungkasnya.

Reportase: Hanna Meinita/Alfian Hadi Nugroho

 

 

 

PerpusnasPerpustakaan NasionalBuku TerbaruPerpusnas RIPerpustakaan Nasional Republik IndonesiaKoleksi Digital

Hak Cipta 2022 © Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jumlah pengunjung